ch 44 - F O U R T Y F O U R

2.2K 333 24
                                    

"ARGH SIAL!"

Calix melempar semua barang-barang di mejanya dan membakar seluruh isi kamarnya, ia tak menyangka kalau Marquis Eliot akan menyaksikan semua tindakannya dan melaporkan hal tersebut kepada Clarence hingga membuat menaranya mengalami kerugian dan penghinaan berat.

Tangannya itu kembali bergerak untuk melempar sebuah pigura kecil yang biasa bertengger manis di sudut mejanya, namun ia tiba-tiba berhenti saat menyaksikan sesosok anak kecil bersurai hitam dengan senyuman yang sangat indah hingga mampu memadamkan api Calix.

"Sudah kuduga cuma itu yang bisa memadamkanmu."

Sesosok wanita tua hadir dari balik kegelapan dan menghampiri Calix yang kini telah memadamkan seluruh apinya. Iris hijaunya memperhatikan seluruh kekacauan yang dibuat oleh anaknya itu. "Pelayan," panggilnya, "bersihkan semua kekacauan ini."

"Baik, Nyonya."

Calix mengepalkan tangannya dengan sangat erat, dia terus-menerus menatap ke arah pigura tersebut. "Saya mohon, tolong pergilah dari sini," ucapnya kepada wanita tua tersebut.

Wanita tua itu terdiam dan mengenggam erat kipas yang dipegangnya, tak lama kemudian ia menghembuskan nafas panjang dan membalikkan badannya. "Baiklah, kurasa sedang sedikit gila hari ini," ucapnya, "aku sudah terbiasa menghadapi orang seperti kalian."

Wanita itu pun keluar dan disusul dengan suara pintu ruangan Calix yang ditutup. Bertepatan dengan suara pintu yang ditutup, lutut pria  itu lemas seketika dan dia memeluk erat pigura yang hampir saja dirusaknya.

"Maafkan kakak," gumamnya pelan, "kalau saja di hari itu aku dapat melawannya, mungkin kau ada bersamaku sekarang, William."

"Silas!" panggil Calix.

Sesosok pria bertubuh kekar dan bersurai coklat pun melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut dan menundukkan kepalanya. "Ya, Tuan," sahutnya.

"Cari tahu tentang Marquis Eliot Killian de Elios secepatnya!"

"Baik, Tuan!"
_________

Di taman kerajaan yang amat luas, seluruh pandangan para pelayan terpaku pada sesosok pria bersurai panjang yang mengenakan topeng untuk menutupi setengah wajahnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Lucelence mengurus seorang bocah cilik hanya demi seseorang yang sedang menjadi tahanan kamar.

"Lihat-lihat! Bukankah itu Duke Lucelence yang terkenal dengan pesonanya?" gumam para pelayan saat melihat pria tersebut sedang berjongkok di taman sambil menatapi serangga bersama-sama dengan William.

"Betul, itu dia! Eh, tapi anak siapa disampingnya?"

"Bukankah itu anak yang dibawa Nona Galatea?"

"Oh Tuhan, mereka terlihat seperti ayah dan anak!"

"Tunggu ... apa kalian memikirkan apa yang kupikirkan?"

Lucelence dapat mendengar semua bisikan tersebut dan dirinya mendapatkan sebuah firasat yang amat buruk saat ini.

"JANGAN-JANGAN DUKE ADALAH AYAH KANDUNGNYA?!"

Sialan batin Lucelence pasrah.

"Nona Galatea dengan Duke Lucelence?"

"Tidak! Aku tidak akan merestui mereka sampai kapanpun! Bagaimana bisa orang seperti Duke ... bersama dengan si palsu itu?"

"Meski begitu mereka memang sudah saling mengenal sejak kecil bukan? Bahkan Nona Galatea selalu mengejar Duke! Jadi bukankah hal seperti ini berkemungkinan untuk terjadi?"

"EKHEM!"

Seluruh pelayan yang sedang sibuk berbincang itu tiba-tiba dikejutkan dengan suara dehaman yang cukup kencang dari seorang pria bersurai hitam dengan jubah agungnya. "Sa-Salam kepada Yang Mulia!" ucap mereka serentak.

"Kalian membicarakan siapa dengan siapa tadi?" tanya Clarence dengan nada bicara yang cukup membuat para pelayan tersebut tertekan hanya dengan mendengarnya.

"Uh ... itu ..."

"Cepat Jawab!"

"Nona Galatea dan Duke Lucelence, Yang Mulia!" jawab pelayan tersebut dengan cepat.

Perempat siku hadir dengan jelas pada pelipis Clarence, pria itu menatap para pelayannya dengan tatapan yang mengintimidasi. "Lain kali jika ingin membicarakan soal Galatea, letakkan juga namaku di dalamnya, bukan nama pria lain."

"Eh?" bingung seorang pelayan pria, namun belum sempat dia mengatakan apa-apa, tangan Clarence sudah bertengger manis di bahu pelayan pria tersebut dan mencengkramnya erat.

"Apa kalian mengerti?" tanyanya penuh penekanan.

"Ka-Kami mengerti, Yang Mulia!"

Clarence menganggukkan kepalanya dan melepaskan cengkraman tangannya pada bahu pelayan tadi, ia pun kembali melanjutkan perjalanannya dan meninggalkan taman kerajaan. Kepergian Clarence membuat pelayan kembali dapat bernafas lega.

Sementara itu disisi lainnya, keringat dingin mengalir deras dari pelipis Lucelence yang mendengar segala hal yang baru saja terjadi. Pria itu menatap sosok William yang sedang sibuk bermain di taman istana kerajaan, kalau bukan demi Galatea mungkin dirinya tidak akan sudi untuk melakukan pekerjaan ini.

Keputusan untuk memisahkan William dengan Galatea membuat dirinya harus memperhatikan anak ini dengan hati-hati, karena kalau terjadi apa-apa pada anak ini maka Galatea mungkin akan kehilangan semangat hidupnya lagi.

"Hei, nak," panggil Lucelence pada William yang dibalas dengan tolehan kepala. "Apa belakangan ini Gala ada mengatakan sesuatu yang aneh atau menunjukkan tindakan aneh?"

William tampak berpikir sejenak, dia mengusap dagunya pelan, "Hmm ... aku tidak tahu," sahutnya, "Lulu lebih dekat dengan Gala dibanding aku, dia sering menemani Gala, kakak tanyakan saja pada kak Lulu!"

"Lucien? Apa dia sedekat itu dengan Galatea?" heran Lucelence yang dibalas dengan anggukkan kepala oleh William.

Anak itu pun bangkit berdiri untuk meraih sebuah batu krikil kecil sebelum kembali berjongkok di dekat Lucelence, ia mulai menggunakan batu tersebut untuk menggambar. "Kalau bisa dibilang, Gala seperti ibuku dan Lulu seperti ayahku! Mereka cocok sekali loh!"

Perempat siku tercetak di dahi Lucelence saat melihat lukisan keluarga bahagia yang dibuat oleh William itu. Entah mengapa dirinya merasa sangat kesal melihat manusia bernama Lucien yang sering menempel pada Galatea itu. "Hei apa kau tidak merasa kalau Lulu itu mencurigakan?" balas Lucelence.

William menggeleng cepat, "Tentu tidak! Kenapa kak Lulu mencurigakan? Dia tampan, pintar, dan baik!"

"Justru itu membuatnya semakin mencurigakan!"

"Ah, kakak iri ya?"

"TIDAK!"

Tapi dia beneran mencurigakan.

______________

Kiw kiw~

Gaes minta doanya ya besok aku ada OSCE, semoga aman-aman aja //hiksrot

Btw besok setelah ujian aku akan update cerita ini lagi yaw, so stay tune besok 👋🏻

It's Hard To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang