ch 22 - T W E N T Y T W O

12.1K 2.1K 103
                                    

Hmm … penobatan Clarence sebagai Raja akan dilaksanakan satu bulan dari sekarang tepat setelah masa berkabung usai. Kalau begitu seharusnya aku masih memiliki waktu sekitar satu bulan juga sebelum diriku akan kebanjiran oleh Quest.

Clarence yang menjadi Raja, wah akhirnya alur cerita utama akan dimulai sebentar lagi. Dan aku masih terjebak di dalamnya.

Tok! Tok!

"Nona, ini saya Ilory."

"Ya masuklah!"

"Apa nona akan tidur sekarang?"

Aku menganggukkan kepalaku pada Ilory yang saat ini sedang mempersiapkan tempat tidurku. Kurasa dalam istana ini satu-satunya orang yang masih mengakui keberadaanku sebagai sosok Putri hanyalah Ilory.

Setelah tempat tidur selesai dipersiapkan, Ilory pun mematikan lampu kemudian pergi dari kamarku. Dan ….

Inilah saatnya untuk beraksi.

Dengan cepat aku berganti dari pakaian tidur menjadi pakaian pria, kemudian aku berlari ke balkon kamarku dan menurunkan kain panjang yang ujungnya sampai menyentuh tanah.

Walau aku memiliki rintangan Quest, namun aku masih tetap harus memiliki cadangan rencana. Karena tidak mungkin Quest akan terus ada bahkan sampai alur usai nanti. Yang aku harus lakukan sekarang adalah bertahan hidup hingga di akhir Quest nanti, kemudian keluar dari istana setelah alur cerita usai.

Happy Ending untuk semua!

Saat ini diriku mengendap-endap keluar istana kemudian pergi menuju toko tempat diriku membeli properti dulunya. Di sana tampak seorang pria yang mengenakan topeng hitam berdiri di depan meja resepsionis.

"Kau bukan orang yang biasanya," ujarku menatap pria itu.

"Ah, aku pemilik tempat ini jadi kau tak perlu khawatir," sahutnya tenang.

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan menampilkan raut wajah tak tertarik. Suaranya terasa tidak asing, tetapi aku tidak terlalu memikirkan hal tersebut. "Omong-omong bagaimana dengan yang kuminta? Apa semua sudah siap?"

Pria itu tampak mengambil tumpukan kertas dari balik tasnya, kemudian memberikan semua kertas tersebut kepadaku. "Sudah semua, periksa saja dari isi-isi di berkas ini. Perabotan, surat perijinan, dan juga tempat sudah tersedia."

Hmm … ini kurang. Aku tidak bisa mengatur semuanya sendiri sekarang.

Tanganku bergerak meraih sekantung emas di tasku kemudian menyodorkannya kepada si pria pemilik itu. Dia menatap lama ke arah emas yang kuberikan lalu memberikan tatapan penuh tanya. "Apa ini?"

"Carikan pekerja untuk tempat itu. Pastikan mereka berpengalaman lalu berikan semua berkas calon pekerja tersebut padaku. Sisa emas yang ada anggaplah sebagai biaya tutup mulut. Sekian."

Dia mengangguk dan menerima sekantung emas tersebut. Setelahnya, dia tidak menanyakan apa-apa lagi. Tapi jika kulihat-lihat, perawakannya tampak sangat tidak asing. "Hei, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyaku.

Pria itu menoleh ke arahku, dan senyuman pun muncul di sela bibirnya. "Tidak mungkin Nona, saya hanya pemilik toko dan Nona adalah Putri, jadi tidak mungkin kita pernah bertemu sebelumnya."

"Kau sedikit mirip dengan orang yang kukenal. Apa kau memiliki saudara?"

"Identitas saya bukanlah hal yang penting dalam kerajaan ini Nona. Saya seorang anak tunggal dan saya adalah rakyat biasa serta pemilik tempat ini," sahutnya tenang.

Jujur, dia tampak sedikit mirip Lucien. Walau aku tak tahu perawakan di balik topengnya namun postur tubuh serta warna rambut mereka mirip. Ya sudahlah, ada begitu banyak orang di dunia ini jadi kemiripan seperti itu bukanlah suatu hal yang langka juga.

It's Hard To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang