Ch 4 - F O U R

19.2K 3K 74
                                    

Dan, tanpa terasa tiga hari sudah berlalu semenjak tibanya aku ditempat ini. Mungkin bagi beberapa orang tiga hari terasa sangat singkat, tetapi percayalah kalau bagiku tiga hari ini terasa sangat panjang dan melelahkan karena dipenuhi dengan makhluk-makhluk menyebalkan yang terus mendatangiku untuk marah-marah kepadaku.

Kalau Galatea mungkin dia sudah memarahi balik orang-orang yang memarahinya, tetapi berbeda dengan diriku yang sekarang sedang berusaha memperbaiki image.

Dan sekarang, aku memiliki satu tugas yang harus kulakukan sebelum berangkat menuju menara gelap satu minggu lagi.

'Budak.'

Galatea memiliki banyak sekali budak yang disimpannya di sebuah tempat rahasia, dan sekarang aku harus pergi ke sana untuk memperbaiki semuanya. Hah, manusia bernama Galatea ini benar-benar merepotkanku.

"Nona, kereta kuda sudah siap."

"Baiklah."

_______________

Demi apa Galatea, orang macam apa sebenarnya dirimu ini.

Mataku menatap nanar ke arah kumpulan pria berpakaian compang-camping yang berada di dalam salah satu ruang bawah tanah sebuah rumah terpencil di pinggir kerajaan. Tubuh mereka semua tampak penuh dengan memar dan luka.

Lebih parahnya, tatapan mereka semua terlihat sangat membenciku hingga ke tulang punggung mereka.

Hah, sudahlah, semenjak hidup di tempat ini membuat diriku merasa terbiasa dengan tatapan benci dari orang-orang.

Aku mengambil nafas dalam-dalam kemudian berkata dengan lantang, "Dengarkan semuanya!" Mereka pun sontak menoleh ke arahku. "Mulai besok aku akan melepaskan kalian semua dari sini dan kalian boleh menjalankan kehidupan bebas sebagaimana yang kalian inginkan, kemudian aku juga akan memberi uang yang cukup bagi kalian untuk dapat menjalani hidup yang tenang."

Yap, seketika ruangan yang tadinya sangat hening menjadi sangat ramai dipenuhi dengan suara kebingungan dari budak-budak tersebut. Diriku sontak terkejut saat merasakan adanya tangan dingin yang menyentuh pergelangan kakiku, kepalaku sontak menunduk menatap salah seorang budak yang tampak meraih kakiku.

"Ke-Kenapa kau tiba-tiba memberi kami kebebasan?" dan tampaknya satu pertanyaan itu mewakili mereka semua karena pada saat itu juga ruangan kembali menjadi hening.

Aku menghela nafas dan melambaikan tangan kepada para pelayan agar mereka keluar. Setelah hanya diriku di ruangan ini, aku pun duduk di atas tanah bersama dengan para budak lainnya dan hal tersebut membuat mereka terkejut.

Oke, waktunya akting. "Begini, aku merasa sangat menyesal atas perbuatan-perbuatanku kepada kalian sebelumnya, entah mengapa setelah merenungkan kembali segala perbuatanku, aku merasa seperti orang bodoh karena melakukan semua tindakan buruk ini. Mungkin uang dan kebebasan tidak akan bisa menghapus seluruh kesalahanku pada kalian, namun kuharap kalian menerima pemberianku ini."

Duh, jago sekali aktingku, kurasa setelah ini aku harus diberi penghargaan atas akting bagusku.

"Omong kosong."

Sontak kepalaku menoleh ke arah sumber suara. "Oh? Kenapa kau bisa berkata kalau aku mengucapkan omong kosong?"

Pada saat itu kerumunan budak tersebut tampak menyingkir dan memberikan akses pengelihatanku untuk melihat seorang pria bertudung hitam dengan pakaian compang-camping dan tubuh penuh luka. Meski ruangan ini cukup gelap, namun aku dapat melihat tatapan tajam yang penuh akan hasrat membunuh darinya.

"Kau memperlakukan kami lebih buruk dari hewan, kemudian dalam semalam kau langsung berkata kalau dirimu menyesal? Apa kau kira kita bodoh? Selain itu, apa kau ingat akan hal yang kau lakukan padaku?"

It's Hard To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang