Ch 7 - S E V E N

18.4K 2.9K 102
                                    

Manik gelap mataku bergerak menatap satu persatu pedagang serta toko-toko di pinggir jalan kota ini. Cara jual beli di tempat ini tidak jauh berbeda dengan cara jual beli di kehidupanku sebelumnya, bahkan cara jualan orang-orang di sini pun tidak jauh berbeda.

"Nona, disini tempatnya."

Aku pun menoleh ke arah tempat yang ditunjuk oleh Ilory, kemudian berjalan masuk ke dalam tempat tersebut.

Sesampainya di dalam, seorang pria berpakaian rapi tampak mendatangi kami dengan senyum di wajahnya. "Selamat siang Nona, dan selamat datang! Apa yang Nona cari di sini?"

"Hm, bangunan, perabotan, dan sertifikat kepemilikan usaha," sahutku singkat, padat, dan jelas. Mataku melirik ke arah pria tersebut yang tampak memasang wajah kagetnya di hadapanku. "Ada apa? Apa keinginanku aneh?" heranku.

Dia sontak menggelengkan kepalanya sambil melambaikan tangan. "Bu-Bukan begitu, hanya saja kalau saya tidak salah bukankah Nona adalah … Tuan Putri?"

Ugh, apa wajahku terlalu sering terpampang di lembar pertama kertas koran sampai-sampai masyarakat pun menghafal bagaimana rupaku?

Aku menghela nafas berat sebelum kemudian kembali menatap lurus ke arah pria yang menjadi pegawai toko ini. "Benar, aku Putri Galatea Opheli de Agersia, dan sebagai tuan putri serta orang yang akan menjadi pelangganmu aku berharap agar kau dapat merahasiakan kedatanganku kemari, bagaimana?"

Pria itu seketika tampak terkejut dan langsung menganggukkan kepalanya berulang kali di hadapanku. "Akan saya lakukan, akan saya lakukan! Tuan Putri ingin mencari apa di tempat ini?" sahutnya.

"Carikan aku tiga buah bangunan yang paling strategis di tengah kota," timpalku, "sederhana, dan jangan terlalu mewah, meski begitu harus tampak menonjol di mata orang-orang. Apa permintaanku itu terlalu sulit?"

"Ah! Tidak-tidak, kami memiliki bangunan seperti itu!" sahutnya antusias.

Aku pun menganggukkan kepalaku dan melirik kecil ke arah Ilory yang sedang berdiri di belakangku. "Ilory, kantong," ucapku singkat, meski begitu wanita tersebut dapat langsung menyadarinya dan menyerahkan sebuah kantong berisikan banyak sekali koin emas di dalamnya.

"Kemudian isi salah satu bangunan itu dengan perabotan-perabotan restoran, satu bangunan dengan perabotan butik, dan satu bangunan dengan perabotan untuk perhiasan. Apa kalian bisa?" tanyaku lagi.

"Tentu saja, Tuan Putri!" sahutnya.

"Dan yang terakhir … berikan aku sertifikat atas kepemilikan usaha-usaha tersebut. Sudah itu saja, apa kalian bisa mengurus semuanya?"

"Kami bisa!"

Sudut bibirku sontak terangkat naik dan diriku meletakkan sekantong penuh emas tepat di depan meja pria tadi. Dia tampak kebingungan kemudian menatap lama ke arah kantong emas yang kubawa, "Tuan Putri akan membayarnya langsung?" tanyanya.

"Kenapa? Kau berharap aku akan menggunakan dana kerajaan untuk hal ini"

"Ah tidak-tidak!"

Hm, sudah kuduga jika aku membayarnya secara langsung dengan danaku maka riwayat pembelanjaanku tidak akan tersampaikan ke kerajaan. Untung saja sebelum menghampiri toko ini, diriku menyempatkan diri membeli banyak berlian di toko perhiasan dengan menggunakan uang kerajaan, kemudian langsung pergi mengadaikannya dan mendapat koin emas sebanyak ini.

"Semua koin emas ini untuk membayar semua pesananku, tetapi tidak hanya itu …."

Aku mengangkat salah satu tanganku ke arah Ilory kemudian dalam sekejap Ilory langsung memberikanku sekantong emas lainnya. "Kemudian kantong kedua ini …" Aku meletakkan emas tersebut di depan muka pria itu.

It's Hard To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang