Dan ....
Tiba sudah saatnya.
"Lucien, tumben sekali," ucapku menatap angkuh ke arah seorang pria beriris biru yang sedang duduk di hadapanku dengan setelan lengkapnya itu. "Padahal aku ingat dulu kau berkata tidak menyukai acara formal."
Lucien terkekeh pelan, dia menatapku dengan tatapan menggodanya dan sebelah tangannya yang bersandar pada pintu kereta memangku dagunya. "Hanya merasa kasihan melihat kau datang sendirian tanpa pendamping, terlebih lagi setelah pembatalan pertunanganmu."
"Cih. Bodoh amat."
"Setidaknya kehadiranku lumayan membantu bukan? Belum lagi kurasa aku lumayan tampan untuk membuat gadis bangsawan lain beralih dari pasangan mereka dan merasa iri padamu," ucap Lucien sambil mengusap dagunya dan mengedipkan sebelah matanya ke arahku.
Sosok apa yang merasuki makhluk satu ini hah? Percaya dirinya melebihi langit. Ya, walau memang dia sangat tampan di karenakan identitasnya sebagai pemeran utama pria nomor dua. Tapi aku tak mau mengakuinya. "Oh astaga tiba-tiba aku ingin muntah saat mendengarnya."
"Wah, kau melukai hatiku Galatea, sakit sekali."
Aku terkekeh mendengarnya. Kurasa membawa Lucien bukanlah hal yang buruk, setidaknya aku jadi memiliki orang yang dapat kuajak berbicara selagi menunggu acara selesai. "Ya ya, kau tampan hari ini, terima kasih sudah ikut bersamaku," ucapku sambil terkekeh.
Lucien menggidikkan bahunya dan tersenyum bangga.
_______________
"Tuan Putri Galatea Opheli de Agersia dari keluarga kerajaan Agersia telah tiba!"
Pandangan orang-orang yang berada di dalam acara tersebut sontak menoleh ke arah diriku dan Lucien. Awalnya tatapan mereka menatap kagum ke arah Lucien yang auranya memang luar biasa kuat, namun tak lama tatapan mereka langsung berubah menjadi suram saat menyadari bahwa diriku berada di sampingnya.
Hahaha, sudah biasa.
Kami melangkah masuk dan berjalan ke salah satu meja berisikan minuman.
"Musuhmu luar biasa banyak," ujar Lucien. "Bahkan hanya dengan melihat tatapan. Dan ekspresi mereka saja aku sudah dapat melihat seberapa tinggi kadar kebencian mereka padamu."
"Sst, diam. Aku tahu dan kau tak perlu memberitahuku lagi," timpalku sambil meraih secangkir anggur putih. "Dan juga apa kau tidak ingin berkeliling melihat-lihat? Ini pertama kalinya kau di sini kan?"
Lucien tak menjawab apa-apa dan hanya merespon dengan gidikan bahu. Hah ... orang ini memang tidak jelas, aku sudah terbiasa.
"Calix Limerence von Joex dari keluarga Joex telah tiba!"
Nama ini ....
Aku sontak membalikkan badanku dan langsung menatap ke arah pintu masuk ballroom. Di sana berdiri sosok pria bersurai merah dengan iris merahnya yang rupanya juga terarah kepadaku, dan sepersekian detik kemudian dia langsung mengalihkan pandangannya.
Dahiku berkerut. Apa-apaan ini? Kenapa dia tampak seperti mengenaliku? Apa aku kelewatan sesuatu dari alur aslinya? Seingatku seharusnya mereka belum mengenal satu sama lain.
"Hm, kau mengenalnya?" tanya Lucien tiba-tiba yang menyadarkanku dari lamunan. Aku menggeleng sebagai balasan, meski begitu tatapanku masih menatap lekat ke arah pria bernama Calix itu.
Ciri-ciri dan nama itu, seharusnya tidak salah lagi, dia adalah si Penjahat Utama.
"Pangeran pertama, Aurelius Lucent de Agersia, Pangeran kedua, Alistair Hans de Agersia, dan Putri Velma Pulette de Agersia telah tiba!"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hard To Be A Villain
Fantasy[Special Réincarnation Series] Aku terjebak di dalam tubuh pemeran penjahat dari cerita yang pernah kubaca sebelumnya. Tubuh seorang putri palsu yang akan menemukan akhir mengerikannya. Yap, kupikir hanya itu yang terjadi, karena itu selagi diriku...