ch 15 - F I F T E E N

13.3K 2K 64
                                    

[Karena updatean sebelumnya aman, kita lanjut double up~]

______________

"Tidak ada."

"Huh?"

"Kubilang tidak ada, tak usah banyak tanya dan cepat pergi," sahutku ketus. Kulirik sekilas tatapan wajahnya yang tampak bingung. "Terserah kau mau percaya atau tidak, aku tak peduli."

Aku hendak mengambil langkah menuju pintu ruang kamarku, sebelum sebuah tangan meraih pergelangan tanganku. "Tunggu sebentar, apa kau sedang serius sekarang? Atau kau sedang sakit? Atau kau sedang kekurangan sesuatu?"

"Ugh … sudah kubilang tidak ada! Aku tidak membutuhkan apa-apa, tidak ada niat apa-apa, tidak sakit, dan tidak ada hal aneh lainnya. Apa salah bagiku untuk berubah hah?!"

"Tapi—"

"Terserah kalau kau masih mau diam disini, yang pasti aku pergi dulu, sampai jumpa!" potongku yang langsung berjalan menuju pintu dan tanpa pikir panjang keluar dari kamarku. Langit masih terang dan moodku sudah hancur, sunggu hari yang luar biasa.

___________________

"Tuan, Nyonya, kita telah sampai."

Aku menghela nafas berat dan menolehkan kepalaku ke arah jendela untuk melihat sebuah bangunan raksasa yang amat terang, sangat berbeda dengan menara gelap yang tampak seperti bangunan tanpa pencahayaan.

Luca turun terlebih dahulu dari kereta kuda kemudian menyodorkan tangannya ke arahku. Untung saja aku penggemar novel, film, dan hal-hal berbau kerajaan di kehidupanku yang sebelumnya, setidaknya sekarang aku paham sedikit mengenai etika yang biasa dilakukan oleh seorang wanita bangsawan di jamannya.

Setelah turun dari kereta, aku dan Luca pun berjalan perlahan masuk ke dalam ballroom istana tempat dimana Luca mengadakan banquetnya dengan persetujuan dari sang Raja.

"Duke Lucelence Evigheden Acrasia beserta Putri Galatea Opheli de Agarsia telah tiba!"

Sepasang manikku menatap sekeliling dan memperhatikan orang-orang yang menatap penuh benci ke arahku, tidak hanya itu, bahkan aku dapat mendengar dengan jelas bermacam-macam perkataan buruk yang mereka tujukan untukku.

"Ini banquet pertama Duke Lucelence, aku tak rela kalau wanita gila itu meruskannya lagi kali ini."

"Jika sampai dia benar melakukannya maka peduli setan dengan gelar, aku akan langsung menampar dia."

Fyuh, sabar Galatea, orang sabar di sayang Tuhan. Rupanya hidup di dalam tubuh Galatea ini tidak hanya pelatihan untuk melatih emosi, tapi mental pun dilatih di sini.

Aku menolehkan kepalaku ke samping untuk melihat Luca yang saat ini mengenakan sebuah topeng putih untuk menutupi wajahnya. Semenjak kejadian di siang hari tadi, dia tidak ada mengatakan apa-apa kepadaku. Selama berada di kereta kuda, memang sepasang manik matanya menatap lekat ke wajahku, namun ia tidak bersuara barang sedikit pun.

"Salam Berkah kepada Duke Lucelence dan Putri Galatea," ucap seorang wanita bergaun merah yang tiba-tiba berjalan mendekati kami. Dia tersenyum manis ke arah Luca, kemudian memberikanku tatapan sinis. Sungguh dualitas yang luar biasa. "Ah benar, saya dengar Putri Galatea sedang menjalani hukumannya di menara gelap."

Ah, jenis orang macam ini lagi.

Kedua sudut bibirku terangkat dan aku memberikan senyuman semanis mungkin hingga cukup membuat dua orang yang menyaksikan senyumanku ini merasa terkejut. "Terima kasih atas perhatiannya, memang beberapa minggu lalu saya meminta pada Yang Mulia untuk memberikan saya hukuman atas perbuatan yang telah saya lakukan sebelumnya."

It's Hard To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang