ch 20 - T W E N T Y

12.2K 2.1K 110
                                    

Author POV

"BERITA DUKA! YANG MULIA RAJA TELAH TIADA!"

Dua minggu terlalu berlalu semenjak hari dimana Galatea telah memutuskan untuk berhenti menemui Clarence lagi. Kematian sang Raja pun sudah terjadi dari dua hari yang lalu, dan langit telah gelap gulita selama dua hari juga dikarenakan sihir hitam yang tiba-tiba keluar dari menara gelap.

Segalanya sesuai dengan apa yang terjadi dalam novel sesungguhnya.

Saat ini, gadis yang berpakaian serba hitam dari ujung kepala hingga kaki tersebut menatap lama ke arah foto seorang pria tua yang merupakan Raja terdahulu sekaligus ayah palsunya.

Sepasang manik birunya menatap ke arah sekeliling untuk memperhatikan beberapa tokoh-tokoh sampingan dalam novel yang banyak bermunculan di saat seperti ini. Seperti sosok itu salah satunya ....

Galatea menatap ke arah sesosok pria berwajah tegas dengan bekas luka sayatan di mata kanannya. Badannya besar dan perawakannya sangat tegas. Tunangan Galatea.

Ricardo Louis van Lux, panglima kerajaan. Pria yang disegani namun juga banyak dibicarakan oleh orang-orang karena berani menerima lamaran Galatea sebagai tunangannya. Semakin banyak orang yang mengutuki Galatea karena telah mengambil sosok panglima Ricardo sebagai tunangannya.

Namun sebenarnya, alasan dibalik Ricardo menerima lamaran pertunangan dari Galatea bukanlah karena cinta, tetapi karena dia tidak tertarik.

Ricardo sangat menggilai ilmu berpedang, bahkan kalau bisa ia tidak ingin menikah dan hanya tetap fokus sebagai panglima. Namun banyaknya tuntutan yang diberikan padanya untuk mulai memikirkan pasangan membuat Ricardo sangat terganggu sehingga ia menyetujukan saja permintaan Galatea.

Galatea bergegas mengalihkan pandangannya dan berdeham pelan saat pria bernama Ricardo itu menghampirinya. Ia tidak mengatakan apa pun melainkan hanya berdiam diri di samping Galatea untuk membuktikan bahwa dirinya telah menjalani tugas sebagai seorang tunangan dengan baik.

Waktu pun terus berjalan. Sepasang manik Galatea terus melirik ke arah pintu aula yang akan menjadi tempat munculnya Velma sekaligus pertanda akan dimulainya alur cerita dari novel The True Princess ini.

Dan ....

Brak!

Pandangan semua orang yang berada di dalam aula tersebut sontak tertuju ke arah pintu aula yang di dobrak kasar oleh seseorang. Perlahan tampak sosok gadis bersurai putih dengan iris lavendernya yang dikelilingi oleh sosok berjubah hitam yang tak lain merupakan orang-orang menara.

"Telah dimulai," gumam Galatea sedikit tersenyum.

Dia benar-benar tidak sabaran ingin keluar dengan semua alur cerita utaman ini. Bahkan sebelum datang ke aula, dirinya sudah menyiapkan banyak koper serta mengucapkan selamat tinggal kepada semua orang yang mengikuti dirinya termasuk Ilory, Angelo dan Lucien.

Tak lama setelah kehebohan serta masuknya Velma ke dalam aula, dari belakang masuk juga sosok pria bersurai hitam yang tampak tak asing di mata Galatea. Kedatangan pria itu semakin menambah kehebohan di aula ini.

Ingin sekali Galatea keluar dari tempat berisik ini.

Iris birunya mendadak bertemu dengan iris merah pria itu. Dan Galatea mengernyit heran saat melihat tatapan aneh darinya. Clarence, tatapan matanya sangat datar dan kosong. Dia menatap Galatea seolah-olah tak pernah mengenal gadis itu.

Namun Galatea tak mau ambil pusing. Lebih baik seperti ini dari pada Clarence harus terus memikirkan dirinya. Toh dirinya akan pergi sebentar lagi.

"Hm."

Satu kata yang muncul dari sosok di belakangnya itu membuat Galatea terkejut dan sontak menoleh. "Ada apa?" tanyanya pada Ricardo.

"Tidak ada, hanya saja banyak hal mengejutkan datang hari ini," sahutnya tenang. "Selain itu, tidak kah kau seharusnya takut saat ini karena sang putri asli telah kembali? Kenapa raut wajahmu malah tampak senang?"

Dia memperhatikanku?

"Ya, tidak apa, hanya merasa senang saja karena akhirnya saya bisa bebas. Omong-omong Tuan Ricardo." Galatea membalikkan badannya menatap Ricardo. "Tampaknya sebentar lagi saya akan turun dari posisi saya, dan saya yakin pertunangan ini tidak akan bisa dilanjutkan."

Ricardo tampak berpikir sejenak kemudian menganggukkan kepalanya. "Apa kau akan mundur segampang itu?" tanyanya.

Dengan cepat Galatea membalasnya. "Yap, dengan tenang dan damai. Saya tidak ingin membuat kegaduhan atau pun memperbanyak konflik dalam istana."

"Sangat tidak seperti dirimu, huh."

Galatea meringis saat mendengarnya.

Pembicaraan pun berhenti sampai di situ. Di tengah kegaduhan saat dimana Galatea bukan lagi menjadi pusat perhatian orang-orang, gadis itu bergegas keluar dari aula dan pergi menuju tempatnya meletakkan semua barang-barang.

Setelah dirasanya aman, ia bergegas memasang kain penutup wajah dan melepas gaunnya. Ia sengaja mengenakan dua pakaian sekaligus untuk mempermudah dan mempercepat dirinya pergi keluar dari kerajaan.

Semua di rasanya sudah cukup. Gadis itu langsung pergi mengambil salah satu kuda kerajaan dan bergegas pergi meninggalkan kerajaan. Mungkin untuk beberapa bulan ia harus hidup di pinggir desa terlebih dahulu sampai suasana di kerjaan tenang, baru kemudian dirinya akan diam-diam kembali dan menjalankan bisnisnya di kerajaan.

"Selamat tinggal novel The True Princess!"

_________________

Gimana ni? Dah panjangan dikit belom? Muehehehehe, belom yak? Next la kupanjangin dikit.

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

It's Hard To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang