Huh? Aku? Menangis? Sejak kapan?
Tiba-tiba setetes air mata terasa mengalir turun dari pelupuk mataku disusul dengan butiran air mata lainnya yang mengalir deras dari pelupuk mataku. Benar, kurasa aku sangat lelah dengan semua ini.
"Ah! Apa itu karena aku menggenggam pergelangan tanganmu terlalu kencang saat aku tidur? Maafkan aku! Aku tidak sengaja! Aku akan mencari obat!"
Clarence bangkit berdiri dan hendak pergi keluar dari ruangannya untuk mencari obat, namun aku langsung menarik tangannya dan mendudukkan dia kembali ke ranjangnya karena aku tahu kalau itu percuma, tidak akan ada orang yang mau mendengar Clarence di tempat ini.
"Tidak, bukan karena itu, hiks," ujarku, "a-aku menangis, hiks, ka-karena aku lelah."
"Kau lelah? Ah! Apa mereka mempekerjakanmu dan memberikanmu hukuman berat karena kau tidak memasukkan racun ke dalam makananku waktu itu?!" teriaknya tiba-tiba yang jujur aku sama sekali tak mengerti apa yang sedang dibicarakan olehnya. "Aku akan memakan racun di depan mereka sekarang agar mereka tidak menghukummu lagi, tunggu sebentar!"
Dasar anak gila, hiks, orang lagi nangis dia malah mau minun racun, hiks.
Aku kembali menarik tangannya yang hendak keluar dari ruangan itu. "Hiks, aku lelah b-bukan karena itu, hiks, hanya saja ... aku lelah, ka-karena itu, hiks, tolong biarkan aku menenangkan diri disini sebentar, hiks."
Barulah setelah aku mengucapkan kalimat tersebut akhirnya dia diam di tempatnya dan membiarkanku duduk di atas ranjangnya sambil memeluk lututku untuk menutupi wajahku yang kujamin seratus persen terlihat sangat jelek saat ini.
Kurasa otakku merasa sangat terbebani selama satu bulan diriku berada di dunia asing ini sampai-sampai mentalku menjadi lelah. Meski begitu diriku harus sadar, masih ada banyak hal yang harus kulakukan ke depannya nanti, alur cerita utama belum mulai dan masih ada banyak adegan lebih buruk lagi yang belum kuhadapi.
Ugh ... tiba-tiba aku ingin memuntahkan sesuatu.
"Clarence aku pinjam jendelamu sebentar!" ucapku cepat yang langsung bergegas lari menuju jendela kamar Clarence kemudian membukanya lebar-lebar. Dapat kulihat Clarence yang hanya dapat menatapku bingung tanpa berkata apa-apa, sebenarnya aku ragu ingin memuntahkan ini, tapi aku sudah menahannya sejak lama sih jadi persetan lah.
"ARGHHH SIALAN GALATEA! KAU YANG MEMBUAT GARA-GARA DENGAN SIKAP BURUKMU TAPI KENAPA MALAH AKU YANG HARUS MENANGGUNG SEMUA INI SEKARANG! JIKA KITA BERTEMU AKU AKAN LANGSUNG MEMBERIMU PELAJARAN!"
Dan aku langsung menutup kembali jendela kamar Clarence, kemudian kembali ke posisiku semula sambil bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Ada apa denganmu?" bingung Clarence yang sedari tadi memperhatikan setiap tingkah serta gerak-gerikku dengan tatapan herannya.
"Tidak apa, hanya saja aku merasa sedikit depresi tadi, tapi sekarang tidak apa! Kau tak perlu mengkhawatirkanku lagi," sahutku dengan senyuman di bibirku. Setelah memuntahkan kata-kata barusan entah kenapa membuat diriku merasa jauh lebih baik sekarang, selain itu diriku juga yakin meski ada yang mendengar mereka juga tidak akan mengerti.
Clarence menghela nafas lega kemudian mendengus pelan. "Baguslah kalau begitu, kukira kau menangis karenaku," ucapnya.
Seperti yang diharapkan dari pemeran utama, dia memang terlalu baik. Kurasa aku harus melakukan sesuatu padanya untuk membalas kebaikannya. "Clarence, aku ingin memberikanmu satu trik jitu jika kau merasa tertekan dengan situasi dan pikiranmu namun tidak ada satupun orang di sampingmu yang dapat mendengarkanmu."
"Apa itu?"
"Mudah, kau lakukan seperti apa yang kulakukan tadi saja! Buka jendelamu, tarik nafas dalam-dalam kemudian teriakkan semua masalah yang ada di kepalamu dan biarkan semua masalahmu itu terbawa angin, dengan begitu kau pasti akan merasa baikkan."
Clarence mempautkan bibirnya kemudian mengalihkan wajahnya. "Tidak, itu memalukan sekali. Apa tidak ada cara lain selain itu? Aku juga sedang merasa sedikit depresi sekarang."
Ah, tanpa perlu dia katakan diriku sudah tahu kalau pria di hadapanku saat ini memiliki beban yang luar biasa besar di kepala dan hatinya. "Karena ada aku disini bagaimana kalau kau mengatakan semuanya padaku saja? Aku akan mendengarkanmu baik-baik."
"Kau akan melakukannya?"
"Ya, selama aku berada di sisimu maka aku selalu siap mendengarkan setiap keluhanmu."
"Kau janji?"
"Aku janji."
_________________
'Deng! Deng!
BODOHNYA DIRIKU!
Setelah mendengar semua keluhan Clarence dan memberikan dia beberapa saran, aku pun kembali ke kamarku. Kemudian setelah kembali ke kamarku, aku pun sadar dengan apa yang kukatakan pada Clarence tadi.
"Ya, selama aku berada di sisimu maka aku selalu siap mendengarkan setiap keluhanmu."
"Kau janji?"
"Aku janji."
Bisa-bisanya aku malah membuat janji yang semakin mengikat diriku dengan si pemeran utama pria disaat aku seharusnya menjauhinya, tak kusangka depresi dapat membuatku segila itu.
Tidak-tidak aku harus mengganti rencanaku sekarang. Tanganku bergegas membuka buku yang berisikan semua rencanaku untuk kedepannya kemudian aku langsung mencoret salah satu kalimat di buku yang bertuliskan 'tidak terikat pada apapun dengan pemeran utama manapun'.
Setelah kupikir-pikir, aku tidak harus menghindarnya tetapi aku bisa menggunakan ikatan ini untuk membangun hubungan serta kesan baik pada pemeran utama pria, dengan begitu maka ada kemungkinan kalau hal ini dapat bermanfaat di masa depan.
Duh pintar sekali diriku.
"Nona, sudah waktunya tidur."
"Ah, iya! Selamat malam!"
_______________
Hola gais~
Dah lama diriku ga update awokwokwok, ga tau masih ada yang nungguin updatean cerita ini ato ga nya, tapi moga aja masih ada. Btw, makasih banyak buat kalian yang masih Setia nungguin updatean cerita ini >_<
Belakang ini diriku agak sibuk sama urusan sekolah sama cerita-cerita yang mau terbit sebentar lagi kayak I Choose a Hot Daddy Route dan The Villain Twins.
Yaudah sampe disini cerocosan saia, babaiii~
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hard To Be A Villain
Fantasy[Special Réincarnation Series] Aku terjebak di dalam tubuh pemeran penjahat dari cerita yang pernah kubaca sebelumnya. Tubuh seorang putri palsu yang akan menemukan akhir mengerikannya. Yap, kupikir hanya itu yang terjadi, karena itu selagi diriku...