Galatea POV
Aku menatap lama ke arah sosok bayangan diriku di dalam cermin.
Satu-satunya hal yang dapat kusyukuri dari sosok Galatea ini hanyalah bahwa dia memiliki penampilan fisik yang bisa dikatakan sebagai idaman banyak orang.
"Hah ... andai saja dia tidak memiliki banyak rumor buruk maka dapat kujamin kalau akan ada banyak pria bangsawan yang mengantri untuk melamarnya," gumamku pelan sembari berjalan menuju ranjang dan menghempaskan tubuhku.
Hari demi hari terus berlalu semenjak diriku tiba di dunia asing ini. Aku pun lambat laun mulai terbiasa dengan hal-hal di dunia ini, ya walaupun kebanyakan hal yang terjadi padaku di dunia ini adalah hal buruk sih. Namun aku tidak dapat berkata apa-apa karena notabenenya diriku adalah sosok Galatea.
'Tok Tok
"Nona, ini Ilory."
"Ya, masuk," sahutku.
Tak lama kemudian pintu kamarku pum dibuka dan menampilkan sosok pelayan pribadiku tersebut. Ia membawa sepasang pakaian biasa yang kusuruh dia untuk membawanya. "Ini pakaian yang nona suruh saya ambilkan," ucapnya sambil menyodorkan pakaian tersebut.
Aku menatap lama ke arah pakaian yang dibawa oleh Ilory. Kurasa pakaian ini sudah cukup bagus untuk penyamaran. Tidak ada perhiasan, tidak ada permata, tidak ada manik-manik serta model pakaian yang ketinggalan jaman. Tidak ada yang akan mengira kalau aku bangsawan.
Kali ini pandanganku teralihkan ke arah kakiku yang sudah mulai membaik, setidaknya aku sudah bisa berjalan tanpa tongkat meskipun masih sedikit terlihat pincang.
"Kau bergantilah juga Ilory, kita pergi setelah ini."
_______________
Suara hiruk pikuk pasar memenuhi gendang telingaku. Saat ini diriku tengah membawa keranjang belanjaan dan berjalan di pasar bersama dengan Ilory. Saking hebat penyamaran kali ini, tidak ada satu orang pun yang mengira kalau diriku adalah bangsawan.
Entah mengapa suasana seperti ini membuatku teringat akan kehidupanku sebelumnya, memang suasana pasar tidak pernah berubah meski berbeda dimensi sekali pun.
"Berapa harganya?" tanyaku kepada seorang pedagang yang menjual roti di pasar.
"Satu keping logam untuk lima buah roti."
Aku pun memberi lima keping logam dan mendapat dua puluh lima buah roti. Kucicipi satu, dan memang ... makanan yang dibeli di pinggir jalan rasanya selalu lebih enak dibandingkan yang dimakan sehari-hari.
Setelah selesai berbelanja banyak sekali makanan, aku berjalan menuju sebuah tempat yang sepi nan kumuh. Tampak ada banyak sekali anak-anak serta orang yang terlantar dan tidur di pinggir jalan dengan hanya beralaskan kertas koran.
Yap, satu hal lagi yang kuuntungkan dari masuk ke tubuh Galatea. Dia banyak duit.
"Ilory, bantu aku membagikan semua makanan ini kepada mereka. Berikan juga lima koin logam untuk masing-masing mereka."
Ehe, akhirnya salah satu mimpiku di kehidupan sebelumnya berhasil terwujud juga saat ini. Di kehidupan sebelumnya aku tak memiliki uang sebanyak ini untuk dapat membantu banyak orang. Namun kali ini, aku tak perlu takut kehabisan uang dengan memberikan orang-orang ini makanan.
"Anu ...."
Diriku terkejut saat merasakan sebuah tangan mungil memegang tanganku. Sontak diriku menoleh dan mendapati seorang anak kecil bersurai hitam yang tengah menatapku dengan mata bulatnya itu. "Terima kasih Kak," ucapnya pelan.
ADUH DIABETES AKU
DIA IMUT SEKALI!!!
Kulitnya pucat karena terlalu lama di tempat suram ini dan jarang terpapar sinar matahari. Kemudian matanya bulat penuh dengan manik hazel, pipinya gembul walaupun badannya kurus. AKH KAWAI!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hard To Be A Villain
Fantasy[Special Réincarnation Series] Aku terjebak di dalam tubuh pemeran penjahat dari cerita yang pernah kubaca sebelumnya. Tubuh seorang putri palsu yang akan menemukan akhir mengerikannya. Yap, kupikir hanya itu yang terjadi, karena itu selagi diriku...