BAB 33

865 109 12
                                    

Careless | Lagi-lagi ceroboh
.
.
.

Rose membuka matanya perlahan. Sinar matahari pagi menembus tirai kamar dan memantul di dinding berwarna krem, menciptakan suasana tenang yang seharusnya menenangkan. Namun, hatinya justru terasa berat. Ia meraba sisi ranjang di sebelahnya, kosong. Jeffrey tidak ada disana.

Ia duduk, menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, mencoba mengingat percakapan semalam. Jeffrey telah menceritakan semuanya dengan suara pelan, seolah takut membangunkan malam yang sudah terlalu larut. Tentang Juan yang akan pergi keluar kota, tentang bagaimana Juan berdoa agar Jeffrey dan Rose bahagia. Kata-kata itu masih terngiang di telinganya, seperti gema yang sulit hilang.

Rose mengerti. Tentu saja ia mengerti. Tetapi pagi ini, entah kenapa, perasaan itu menjadi lain. Ada sesuatu yang kosong, menggantung di udara, seperti ada bagian dari dirinya yang hilang.

Ia turun dari tempat tidur, kakinya menyentuh lantai dingin dan mulai berjalan menyusuri setiap sudut rumah. Ruang tamu kosong. Dapur pun sepi. 

"Mas Jeffrey?" Panggilnya, tetapi nihil.  Tidak ada jawaban.

Rose menatap ponselnya di tangan, ia mencoba menghubungi Jeffrey. Tiga kali nada sambung, lalu voicemail. Rose menggigit bibirnya frustrasi. Ia menghela napas panjang, lalu berjalan ke ruang tengah, di mana Lilyana tengah duduk dengan santai, membaca buku favoritnya.

Melihat putrinya muncul dengan wajah kusut, Lilyana menurunkan bukunya sedikit. "Kamu cari apa sayang?" tanyanya lembut.

"Mas Jeff kemana bunda?"

Lilyana menutup bukunya sepenuhnya, menaruhnya di pangkuan. "Oh, Jeffrey tadi pagi pergi keluar kota. Dia titip pesan ke bunda katanya kamu nginep di sini aja. Dia khawatir kamu kesepian di rumah, soalnya kemungkinan Jeffrey pergi 3-4 hari di luar kota."

Rose mendengarnya dengan alis berkerut "Kenapa mas Jeffrey nggak bangunin aku aja sih?" Suaranya terdengar seperti gerutu kecil, jelas menunjukkan rasa tidak senangnya.

Lilyana tertawa pelan, seperti menemukan sesuatu yang lucu. "Jeffrey nggak tega sayang.. Katanya kamu tidur nyenyak banget, dia nggak mau ganggu."

Rose mendengus, melipat kedua tangannya di dada. "Tapi tetap aja... Ah yaudah aku mau pulang aja deh bun."

Lilyana mengerutkan kening, jelas bingung dengan perubahan sikap anaknya. "Lho, kenapa? Biasanya kamu kalau di rumah malah ngerengek pengen nginep di sini. Sekarang kok malah buru-buru mau pulang?"

Rose menggigit bibirnya, seolah sedang berpikir keras sebelum menjawab. "Aku mau di rumah aja, nunggu mas Jeffrey pulang."

Lilyana tidak langsung membalas. Ia memandang Rose dengan lekat, mencoba menangkap perubahan kecil di wajah putrinya. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, senyum seorang ibu yang tahu betul apa yang sedang terjadi di hati anaknya.

"Oh, begitu." 

Rose mendongak, merasa sedikit malu dengan jawaban yang keluar dari mulutnya. Ia berusaha menjaga wajahnya tetap datar, tapi jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kenapa ia jadi begini? Kenapa ia tiba-tiba merasa begitu gelisah ingin ada di rumah, meskipun tahu Jeffrey tidak akan ada di sana selama tiga hari ke depan?

Lilyana menatap Rose dengan senyuman yang lebih lebar, matanya bersinar lembut. "Kamu kelihatan lebih bahagia dengan Jeffrey sekarang." 

"Bahagia?" Rose mengulang kata itu, memiringkan kepalanya. "Bunda ngomong apa sih?"

Lilyana menghela napas kecil, meletakkan bukunya di meja samping. Ia mendekati Rose dan meraih tangan putrinya dengan lembut, menatapnya penuh kasih. "Dulu waktu kamu masih sama Juan, Bunda lihat kamu bahagia. Tapi bahagianya seperti bunga di musim semi. Indah, tapi mudah layu. Sekarang, Bunda lihat kamu bahagia seperti pohon yang kokoh, yang akarnya kuat. Kamu kelihatan lebih tenang, lebih percaya diri, seperti kamu sudah tahu di mana tempatmu."

MBW || jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang