Di pagi hari ini langit yang mendung seakan menambah kesan tersendiri untuk Rendy. Pemuda itu memetik gitar dan menghasilkan alunan nada yang sangat indah di dengar.
Matanya terpejam diiringi suara yang keluar dari celah bibirnya.
Bila ku tak pernah sanggup untuk bangkit dari
Kegagalan yang tak seharusnya kau sesali
Karena kenyataan hidup yang aku jalani
Tak seindah saat ku dengar engkau bernyanyiPeluklah lelah jiwaku mama
Yang terluka dipecundangi dunia
Hanya kasihmu yang mampu lindungi lemah hatiku
Yang tak sekuat hati ... muPeluk hati kecil yang penuh dendam ini
Ajari tuk menghapus sebuah rasa benci
Biarkan kasih lembutmu sentuh hatiku
Ubah aku jadi buah hati yang duluPeluklah lelah-
Drtt drttt
Rendy langsung berhenti dan menengok kearah ponselnya yang bergetar bertanda panggilan masuk. Saat Rendy lihat ternyata mamanya yang menelfon. Benarkah ini yang menelfon mama nya? Rendy takut, sungguh, Rendy takut bahwa dirinya halusinasi. Mana mungkin mereka menelfon nya. Sebagai pembuktian Rendy menampar dirinya sendiri.
Plak!
Perih! Berarti ini nyata! Sungguh Rendy sangat bahagia. Pemuda itu langsung menekan tombol hijau dan terhubung. Rendy rindu suara orangtuanya.
"Selamat ulang tahun Sayang, maaf mama telat ngucapin nya, mama lupa karena disini banyak sekali yang harus mama urus." Ucap Dira menyesal diseberang sana. Ia menyesal sungguh pekerjaan di kantor membuatnya lupa dengan hari anaknya terlahir ke dunia.
Rendy tersenyum walau hati nya sakit. Orangtuanya lupa dengan ulang tahunnya sendiri dan penyebabnya ialah pekerjaan.
"Selamat ulang tahun Son." Dilanjut suara Aldy di seberang sana.
"Nggak apa-apa. makasih ma, pa." Rendy tersenyum jika dilihat lebih detail itu adalah senyum sendu, Senyum penutup luka, Senyum penuh kekecewaan, senyum getir dan Senyum penuh kepalsuan sayangnya mereka tidak melihat itu.
"Sama-sama sayang. Kamu mau kami belikan apa?? Mobil?? Apartemen?? Atau apa nanti pasti kami berikan hm??"
Rendy menggeleng yang ia butuhkan bukan itu semua. Melainkan kasih sayang, perhatian, dan waktu kedua orangtuanya ia sangat butuh itu saat ini tidak lebih. semuanya sangat mengecewakan dan Rendy sangat membutuhkan mereka sekarang.
"Rendy nggak butuh itu semua ma. Mama papa ngucapin aja Rendy udah seneng." Lebih seneng lagi jika kalian tepat waktu ngucapinnya. Lanjut Rendy dalam hati.
"Yaudah gimana nanti malam kita makan malam di Restoran biasa?" Rendy tersenyum akhirnya orangtuanya punya waktu untuk pergi bersama walau hanya makan di Restoran itu sudah cukup membuatnya senang.
Tetapi senyumnya luntur saat mama nya menyebut 'restoran biasa' kita tidak punya restoran biasa untuk kita makan bersama, ma. Mungkin itu tempat biasa kalian makan bersama tanpa Rendy. Ujar Rendy dalam hati tersenyum miris.
"Sayang." Panggil Dira di seberang sana saat tidak ada sautan dari Rendy.
"Restoran biasa mana ma?" Ayolah tidak mungkin ia menebak sesuka hati kalau nanti ia salah dan kedua orangtuanya menunggu sama saja ia menghancurkan impian nya yang tidak akan mungkin terulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Teen FictionSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...