Sudah dua hari Aldy menghindar dan tidak menunjukan batang hidungnya di hadapan Rendy. Sejak keluar dari ruangan Zira pria itu pergi begitu saja meninggalkan Rendy sendirian di ruangan yang paling anaknya itu benci, berjuang sendirian tanpa adanya penyemangat.
Dan hari ini Aldy memberanikan dirinya untuk datang ke ruangan Rendy, Aldy tidak tau perkembangan kesehatan Rendy seperti apa di sana. Karena selama dua hari ini Aldy selalu menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas yang sudah menumpuk dan menyelesaikan masalah yang terjadi.
Aldy pun dua hari ini menghindari Dira, karena wanita itu selalu menanyakan dimana Rendy. Aldy ingin jujur tetapi ia tak ingin terjadi sesuatu dengan janin yang ada di kandungan istrinya itu. Aldy sangat menantikan kelahiran anak keduanya.
Sudah hampir 15 menit Aldy berdiri mematung di depan ruang rawat Rendy. Ragu, itu yang Aldy rasakan saat ini. Ia hanya bisa memandangi Rendy dari balik kaca, bahkan sejak tadi Rendy tidak menyadari kehadiran nya karena anak itu membelakangi pintu.
Aldy memberanikan diri untuk membuka pintu ruang rawat Rendy, bahkan saat Aldy membuka pintu pun Rendy tidak membalikan tubuhnya. Anak itu masih setia di posisi membelakangi pintu, memandangi jendela yang memperlihatkan langit yang cerah hari ini.
Aldy berdehem mencoba mengambil alih fokus Rendy tetapi hal itu tidak berguna, Rendy tidak merubah posisinya.
"Rendy," Suara Aldy tidak berarti apa-apa, apakah Rendy tertidur?
Aldy berjalan menuju arah pandang Rendy, tatapan kosong yang dapat Aldy lihat di sana. Bahkan saat Aldy sudah berdiri di depan Rendy, anak itu tetap tidak merespon apapun bahkan menyadari kehadirannya pun seperti nya tidak.
Hati Aldy berdenyut nyeri melihat nya, tatapan Rendy sangat kosong seakan pemilik raga tidak ada di tempat nya. Apa yang sedang anaknya pikirkan?
"Rendy?" Aldy menyentuh pundak Rendy.
Berhasil.
Rendy memandang bingung kearahnya, kernyitan halus Rendy perlihatkan.
Aldy yang melihatnya tentu saja panik, apakah anaknya kesakitan?
"Rendy, Apa ada yang sakit? Bilang sama papa."
"Papa?" Aldy dapat melihat Rendy menggelengkan kepalanya. Kepala Rendy menunduk dan kembali mengangkat kepalanya.
"Papa ngapain disini?"
Kenapa suara Rendy seakan tak suka dengan kehadiran nya disini?
Apa ini hanya perasaan nya saja?
"Ah, maksud aku papa kenapa bisa tau aku disini?"
Apakah Rendy lupa jika Aldy pernah menjenguknya beberapa hari lalu? Pikir Aldy.
"Gimana keadaan kamu?" Aldy rasa ia tidak perlu menjawab pertanyaan Rendy.
"Emm, cukup baik."
"Mama nggak tau kan kalau aku di rawat disini?" Aldy menggeleng.
"Syukur deh."
"Aku pengen pulang, kangen sama mama. Papa bisa bawa aku pulang kan?"
"Keadaan kamu belum cukup baik untuk pulang hari ini." Aldy tidak bodoh untuk menyadari bahwa kondisi Rendy masih belum membaik.
"Aku udh nggak apa-apa pah, Aku pengen pulang. Pengen ketemu sama mama, kangen hehe."
"Tunggu kondisi kamu membaik."
"Kondisi aku udh membaik, ayo kita pulang sekarang. Papa minta izin sama mbak Zira ya, aku nggak sabar pengen ketemu mama."
"Tunggu sampai keadaan kamu lebih baik ya?" Ujar Aldy, tangan pria itu mengusap lembut surai hitam Rendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Ficção AdolescenteSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...