Setalah mengantarkan fayra pulang ke rumah dengan selamat. Rendy bergegas pulang, badannya sudah menggigil sedari tadi, tetapi pemuda itu mengabaikannya.
Rendy langsung memarkirkan motornya. Rendy masuk kedalam ruang tamu, bertepatan dengan itu bi ijah lewat. Wajah bi ijah langsung berubah khawatir saat melihat Rendy yang basah kuyup.
"Aden, kenapa hujat-hujatan atuh?" Tanya bi ijah khawatir saat melihat Rendy dengan pakaian basah kuyup serta badan yang menggigil.
"Rendy ng-gak hujat-hujatan bi." Wanita itu langsung menepuk jidatnya. Gara-gara nonton tiktok yang banyak di hujatan jadi salah ngomong kan.
"Maksudnya hujan-hujanan den hehe bibi kebanyakan nonton orang yang di hujat."
"Ah bentar den, bibi ambilin handuk dulu." Bi ijah langsung berlari untuk mengambil handuk, setelahnya bi ijah langsung memberikan handuk itu ke hadapan Rendy. Rendy hanya bisa menggeleng.
"Ma-kasih bi" Ujar Rendy terbata.
"Aden masuk kamar terus mandi ya, bibi siapin air anget." Rendy mengangguk dan berjalan menuju kamarnya.
***
Setelah mandi Rendy langsung menjatuhkan badannya di ranjang. Pemuda itu menarik selimut hingga sebatas dada. Badannya menggigil kedinginan, padahal pemuda itu sudah menyalakan penghangat ruangan.
Ceklek!
Bi ijah masuk dengan nampan yang berisi sup hangat dan teh manis. Wanita paruh baya itu mendekat dan menaruh nampan itu di atas nakas samping ranjang Rendy.
"Aden, bibi bawain sup hangat dimakan atuh." Rendy mengangguk, pemuda itu mencoba bangun walau rasa pusing itu sekarang sudah singgah kembali. Setelah duduk Rendy mengambil nampan yang bi ijah berikan padanya.
Pemuda itu tersenyum membayangkan jika yang merawatnya seperti ini adalah mamanya. Tetapi itu hanya mimpi belaka, kedua orangtuanya tak akan pernah ada waktu untuknya. Semua waktu diberikan pada berkas-berkas di kantor.
"Makasih bi dan maaf ngerepotin."
"Nggak ngerepotin atuh den, udah jadi kewajiban bibi buat ngurus aden." Rendy tersenyum membalas ucapan bi ijah. Bukan kah itu tugas orang-tua kandungnya?
"Ya udah, sup nya aden abisin ya? Bibi kebawah dulu." Lagi dan lagi Rendy hanya mengangguk.
Setelah bi ijah keluar Rendy memandangi balkon, Rendy jadi rindu mamanya. Kapan ya mereka akan mempunyai waktu untuknya? Ia ingin full time bersama kedua orangtuanya.
"Ma, Rendy rindu semua tentang kita."
***
Pagi ini Rendy sudah siap dengan seragam sekolahnya. Walaupun keadaan nya jauh dari kata baik, tetapi pemuda itu malas berada di rumah. Lebih baik dirinya disekolah, lebih menyenangkan.
Rendy berjalan menuju meja makan, ah pemuda itu sangat malas untuk sarapan. Sudahlah lebih baik dirinya langsung berangkat ke sekolah.
"Bi, Rendy berangkat"
"Iya den, Hati-hati." Rendy mengangguk dan berjalan menuju garasi, pemuda itu mengeluarkan motornya dan setelahnya melesat membawa motor itu menuju sekolah.
Rendy langsung mendudukkan bokongnya di bangku. Tak ada yang dilakukannya selain berdiam diri. Teman-temannya sibuk dengan ponsel masing-masing.
Entahlah Rendy khawatir pada fayra, pemuda itu menunggu kedatangan fayra tetapi gadis itu tidak datang sampai bel berbunyi. Apakah gadisnya sakit? Gadisnya?
"Napa lo, Ren?" Tanya kevin saat melihat Rendy yang begitu cemas.
"Eh kalo ngejenguk orang itu bawa apa?"
"Emang siapa yang sakit?"
"Nggak tau, buat jaga-jaga aja." Kevin mengangguk mengerti.
"Biasanya sih orang bawa buah."
"Kalo bawa boneka atau bunga boleh?" Ingin rasanya kevin menenggelamkan Rendy ke lautan paling dalam.
"Lo mau ngejenguk atau mau nembak?" Oh iya kan niatnya mau ngejenguk bukan mau nembak ya.
"Jadi bawa buah ya?"
"Bukan, bawa rumah sama surat tanah."
"Terus gue nggak punya rumah dong." Kevin langsung menjitak kepala Rendy. Terlanjur kesel sama manusia yang ada di depan nya.
"Sesuka mu miskah dan sebahagia mu markonah."
"Nama gue Rendy bukan miskah ataupun markonah mungkin mereka itu mantan lo vin." Wajah kevin sudah memerah ingin segera menenggelamkan Rendy sekarang juga.
"Rendy ke laut yo sekarang!"
"Ngapain?"
"Tenggelemin lo!"
"Jahat banget lo?! Nanti lo sedih lagi kalo gue udah nggak ada."
"Bahagia kita kalo lo nggak ada." Ujar kevin dan satya bersamaan.
"Awas ya kalo gue nggak ada lo pada nangis."
"Nggak akan, malah kita bahagia ya vin?"
"Bahagia banget."
"Sad banget ya hidup gue." Ujar Rendy dramatis.
***
Disinilah Rendy berada sekarang, didepan rumah mewah yang tak jauh berbeda dengan rumahnya. Terselip rasa takut untuk masuk memecat bel, takut di usir.
Saat disekolah Rendy menunggu fayra datang tetapi gadis itu tidak masuk dan saat istirahat Rendy menanyakan dimana rumah fayra pada Erika-teman fayra. Dirinya khawatir, maka dari itu Rendy nekat datang ke rumah fayra. Semoga saja dirinya tak di usir.
Rendy memecat bel dan tak lama gerbang rumah itu dibuka oleh seorang satpam. Rendy tersenyum kearah satpam itu.
"Ada apa ya?" Tanya satpam itu, Rendy menggaruk Tengku nya yang tidak gatal.
"Eum fayra nya ada pak?"
"Oalah non fayra nya ada, didalam sedang tidak enak badan." Pasti itu karena kemarin kehujanan, Rendy jadi merasa bersalah.
"Boleh saya ketemu fayra nya, pak?" Tanya Rendy, pak satpam itu tersenyum dan mengangguk.
"Masuk atuh den, di rumah lagi pada pergi jadinya sepi." Rendy mengangguk dan tak lupa mengucapkan terimakasih setelah itu masuk kedalam.
"Assalamualaikum." Salam Rendy dan tak lama pintu itu di buka oleh wanita paruh baya.
"Waalaikumsalam Nyari siapa ya?"
"Fayra nya ada, bi?"
"Oh non fayra, ada atuh den, masuk dulu non fayra nya lagi di ruang tamu." Rendy mengangguk dan mengikuti langkah wanita paruh baya itu.
Dapat Rendy lihat fayra sedang menonton Televisi sambil nyemil makanan. Rendy bersyukur fayra sudah lebih membaik.
"Ra," Gadis itu menengok ke asal suara.
"Ngapain lo kesini?!" Rendy kembali menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, fayra pasti tidak suka dengan kehadirannya.
"Ngejenguk lo, ra." Gadis itu kembali memberikan tatapan tajam kearah Rendy. Pemuda itu menghela napas panjang.
"Gue nggak minta lo jengukin gue!"
"Ya emang nggak ada yang minta, 'kan ini inisiatif gue sendiri hehe. Maaf ya gara-gara kemarin lo jadi sakit gini." Gadis itu diam tak menjawab.
"Cepet sembuh ra, senin kita udah UAS." Ucap Rendy mengingatkan.
"Yaudah gue pulang yang penting gue tau lo nggak pa-pa. Nih buah nya dimakan ra, biar cepet sembuh." Rendy langsung keluar dari rumah fayra. Yang terpenting sekarang Rendy tidak merasa cemas karena sudah tau keadaan fayra.
Gadis itu memandangi punggung Rendy yang menghilang di balik pintu. Ada rasa bersalah juga memperlakukan Rendy seperti itu. Tetapi, dirinya sungguh membenci kehadiran Rendy.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Teen FictionSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...