Setelah 5 hari menginap di rumah sakit dan bolos sekolah tanpa keterangan, akhirnya hari ini Rendy boleh pulang dan itu pun ia memaksa agar bisa cepat pulang. Ia tidak terlalu suka bau obat-obatan di sana.
ia rindu kasur miliknya, ya walaupun cita-cita nya menjadi dokter Rendy pasti nanti akan di sana terus, tapi tidak untuk menjadi pasien.
Rendy rindu kelas nya lebih tepat rindu pujaan hati nya.
Pemuda itu memasuki kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di kasur. Matanya melihat ke langit kamar. Memikirkan kedua orangtuanya yang tidak ada disampingnya saat ia bangun dan saat ia berada di rumah sakit pun orangtuanya tidak ada. Segitu pentingkah urusan pekerjaan daripada anak nya sendiri?
"Ma, Rendy kangen masa kecil Rendy. Kangen dipeluk, dinyanyiin, dimasakin. Kalau Rendy lagi main terus jatuh pasti mama khawatir dan langsung bawa Rendy ke rumah sakit, padahal lukanya nggak parah, hanya luka lecet." Rendy diam sejenak, menghalau rasa sesak yang sekarang hinggap. Entahlah ia terlalu lemah jika menyangkut keluarga.
"Kenapa kemarin Rendy masuk rumah sakit mama nggak ada di samping Rendy?? Menurut Rendy sakit Rendy kemarin lebih parah dari luka lecet." Ujar Rendy sendu. Pemuda itu rindu keluarga nya yang dulu keluarga hangat yang diidamkan setiap anak. Tetapi sekarang hanya kesunyian yang dapat ia rasakan.
Rendy mengalihkan pandangannya saat ia mendengar suara pintu dibuka. Senyum Rendy mengembang saat ia lihat kedua orangtuanya berjalan kearahnya dengan senyuman manis mereka.
"Mama? Papa?" Wajah Rendy yang awalnya murung sekarang berubah menjadi ceria.
Rendy mendekat kearah mereka, tetapi saat ia mendekat ia tak melihat siapa pun. Lantas siapa yang tadi ia lihat. Apa ia berhalusinasi? Atau karena ia sangat rindu pada mereka?
"Ma? Pa? Kalian disini kan?"
"..." Sunyi, tak ada jawaban.
"Huft!"
"Rendy kira kalian beneran pulang ternyata cuma halusinasi Rendy aja hehehe... Rendy terlalu berharap."
Pemuda itu berjalan menuju ranjang dan menjatuhkan tubuhnya tak lama ia tertidur. Dengan rasa rindu yang seakan menyiksanya.
***
Pagi ini Rendy sudah rapi dengan seragam sekolah nya. Rendy bergegas menuju sekolah, ah Rendy sangat rindu fayra.
Rendy mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Sesampainya di sekolah banyak yang memandanginya dengan pandangan yang sulit di artikan. Tidak menghiraukan pandangan itu Rendy terus melangkah menuju kelas.
"Ra?" Panggil Rendy saat berpapasan dengan fayra.
"Apa?"
"Lo mau kemana? Ini udh mau bel, kenapa malah keluar kelas?" Tanya Rendy penasaran, tak biasanya gadis itu keluar kelas disaat sudah mau bel.
"Bukan urusan lo, nggak usah ikut campur urusan gue!" Saat fayra akan pergi Rendy lebih dahulu menyangkal tangan gadis itu.
"Lo udh maafin gua kan? Kenapa sikap lo masih kayak gini?"
"Gue emang udh maafin lo, tapi lo nggak bisa ikut campur urusan gue, lo bukan siapa-siapa. Dan lo harus tau kalo Gue tuh risih sama kehadiran lo!" Rendy kira setelah kejadian kemarin hubungan nya dan fayra akan membaik ternyata sama saja.
"Maaf udh bikin lo risih." Rendy langsung pergi meninggalkan fayra di sana.
Di kelas pun banyak anak yang memandangnya sinis. Rendy mengerutkan keningnya, ia salah apa? Rendy tidak merasa melakukan kesalahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Teen FictionSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...