Bi ijah masuk ke dalam kamar Rendy dengan membawa semangkuk bubur serta teh hangat. Berjalan mendekat kearah Rendy yang tertidur bahkan remaja itu belum mengganti pakaian nya. Ya, Rendy baru saja pulang dari kantor.
Wanita paruh baya itu memegang kening Rendy seketika rasa panas menjalar ke telapak tangan nya, Rendy demam.
"Astagfirullah demamnya tinggi banget."
Bi ijah keluar dari kamar Rendy untuk mengambil kompresan. Ia juga menghubungi Zira agar bisa memeriksa keadaan Rendy. Karena, bi ijah tau keadaan Rendy saat ini. Ia tidak boleh menyepelekan penyakit Rendy.
Bi ijah memeras kain yang sudah ia celupkan ke dalam air hangat lalu menempelkan nya di kening Rendy.
Bi ijah melihat kearah pintu saat mendengar suara pintu terbuka. Di sana Zira berjalan mendekat, wajahnya terlihat panik. Tentu saja, saat ia sedang di jalan menuju pulang tiba-tiba bi ijah menelpon nya mengatakan Rendy demam tinggi.
Tanpa pikir panjang Zira memutar balikan mobilnya menuju rumah Rendy.
"Gimana bi panas nya sudah turun?" Bi ijah menggeleng.
"Belum non, padahal sudah saya kompres dengan air hangat tetapi demam nya belum turun juga." Zira mengangguk dan menempelkan tangan nya di kening Rendy.
Rendy terbangun saat merasakan telapak tangan dingin mbaknya. Rendy sempat terkejut tetapi itu hanya beberapa saat saja.
"Mbak," Suaranya terdengar lirih dan lemas.
"Hmm? Kamu butuh sesuatu?"
"Dingin."
"Bi boleh minta tolong ambilkan selimut?" Bi ijah mengangguk dan berjalan mengambil selimut yang tersimpan apik di lemari, karena Rendy jarang sekali menggunakan selimut.
"Ini selimutnya non."
"Makasih bi."
"Kamu ganti baju dulu, kuat nggak?" Rendy mengangguk.
"Sebentar mbak ambilin baju nya dulu."
Zira memberikan Rendy baju yang lukayan tebal dan celana training "Nggak usah mandi, ganti baju aja." Rendy kembali mengangguk.
"Mau mbak bantu?" Rendy mendelik, mbaknya ini mau lihat badan nya yang seksi apa ya.
"Aku bisa sendiri mbak, ya kali mbak mau gantiin baju aku, ntar suami mbak cemburu karena liat badan aku yang seksi ini, terus mbak tergoda."
"Idih pikiran kamu tuh yah, mbak tuh mau bantuin kamu jalan ke kamar mandi, bukan mau bantuin kamu ganti baju. Lagian badan kerempeng begitu seksi dari mana nya?"
"Nggak usah aku bisa sendiri. Mbak nggak tau aja kalau aku punya roti sobek."
"Mana coba liatin ke mbak."
"Mbak liat aja di lemari dapur." Rendy langsung saja masuk ke dalam kamar mandi.
"Anak itu." Zira gregetan sendiri dengan kelakuan keponakan nya itu.
Tak berapa lama Rendy keluar dari kamar mandi, ia sudah mengganti pakaian nya.
"Sekarang kamu tiduran, mbak mau periksa dulu."
"Nggak usah ngapain sih di periksa segala, aku nggak papa."
"Nurut nggak?!" Tidak ingin mencari ribut akhirnya Rendy mengalah.
"Buka mulutnya." Rendy membuka mulutnya dan mbak Zira memasukan termometer lalu meletakkan termometer itu di bawah lidah, setelah termometer tersebut berbunyi Zira mengangkatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Teen FictionSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...