Hari ini Rendy kembali bersekolah karena sudah seminggu Rendy izin. Terlalu lama menurutnya, apalagi sekarang dirinya sudah kelas 12 yang mana seharusnya sekarang dirinya sedang sibuk-sibuknya menyiapkan diri untuk ujian nanti.
Saat ini Rendy sedang berada di halte menunggu bus datang, Rendy memutuskan untuk tidak menggunakan kendaraan sendiri karena hal itu sangat berbahaya untuknya.
Entah perasaannya saja atau memang seperti itu Rendy merasa papa nya sekarang selalu menghindar dari nya, selalu. Ketika sarapan saat Rendy sampai di ruang makan papanya langsung pergi begitu saja. Bahkan tanpa melihat dirinya, Rendy tidak tau apa salahnya kali ini.
Sedangkan hubungan Rendy dengan mamanya semakin lengket. Bahkan Dira sering sekali meminta Rendy untuk mengelus perut buncit nya itu, Dira bilang itu keinginan cabang bayinya.
Masih tersimpan rasa kecewa sebenarnya, tetapi, Rendy mencoba biasa saja dan tidak mengambil pusing masalah itu. Rendy hanya ingin hidup dengan tenang tanpa masalah, tapi Rendy sadar itu mustahil.
"Woii! Rendy, udh sehat lo?" Rendy menoleh kearah suara, ternyata itu kevin.
"Udh, vin. Tumben lo lewat sini?" Kevin malah cengar-cengir tidak jelas.
"Gabut, jadi gue muter-muter dulu aja. Mau bareng nggak? Gratis tanpa di pungut biaya."
"Boleh, lumayan irit ongkos." Rendy tanpa tau malu langsung menaiki motor kevin.
"Vin, gue pengen nyelesain masalah gue sama Ricky dan Satya."
"Udhlah lo nggak usah mikirin mereka, toh mereka yang ngejauh. Lagian nih ya menurut gue bukan salah lo sepenuhnya."
"Tapi, minta maaf bukan suatu hal yang salah bukan? Seenggaknya kalo gue udh minta maaf gue juga bisa tenang."
"Kita nggak ada yang tau hari esok akan gimana, bisa aja kan gue nggak sempet minta maaf sama mereka atau gimana gitu." Kevin merasa tidak nyaman dengan pembahasan Rendy kali ini.
"Kenapa nggak sempet? Kapan-kapan juga bisa kali Ren, emang lo mau kemana sih? Ngebet banget pengen minta maaf sama mereka."
Tak ada percakapan lagi setelah nya sampai motor kevin sudah terparkir apik di parkiran sekolah, Rendy turun. Bahkan sampai saat ini berita itu tetap menjadi perbincangan panas antara siswa-siswi sekolah ini.
Tatapan sinis, tidak suka, cacian, bahkan tatapan merendahkan mereka layangkan pada Rendy. Membuat remaja itu merasa tidak nyaman melihatnya, Rendy ingin bersikap tidak peduli. Tetapi, tidak bisa, ia tidak nyaman dengan tatapan mereka semua.
Roda memang cepat sekali berputar dulu ia begitu di banggakan sekarang dirinya malah seperti sampah begini. Mereka seolah melihat dirinya sebagai hama yang seharusnya di musnahkan.
"Nggak usah diliatin, anggap aja angin lewat."
Kevin menepuk pundak Rendy. Membawa sahabatnya itu melewati mereka semua, bahkan tanpa Rendy sadari bahwa kevin menatap tajam mereka semua yang terang-terangan menatap Rendy seperti itu.
"Langsung ke kelas aja sebentar lagi bel masuk."
Lagi dan lagi Rendy mendapatkan tatapan tidak mengenakan dari seluruh teman sekelas nya, bahkan kata-kata mereka pun ikut membuat Rendy merasa tidak nyaman.
Sangat tidak nyaman, rasanya Rendy ingin memutar waktu dan memilih untuk di rumah saja jika tau akan seperti ini jadinya. Memendam semuanya sendiri tanpa melakukan pelampiasan yang berakhir seperti ini.
Tatapan yang paling membuat Rendy tidak nyaman adalah tatapan Ricky, Satya dan Fayra. Tatapan mereka bertiga penuh dengan kebencian. Rendy tau apa yang membuat fayra benci dengan nya, tetapi, ia tidak tau salahnya pada Ricky dan Satya, itu masih menjadi tanda tanya dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Teen FictionSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...