Tadi malam Rendy sudah di perbolehkan pulang oleh mbaknya itupun dirinya harus memaksa.
Pagi ini Rendy sudah rapi dengan serangan putih abunya. Rendy memandang tubuhnya di kaca full body, tubuh yang semakin lama semakin kurus. Berat badan nya pun menurun drastis.
"Makin lama makin ngelunjak aja lo kaot, dah kek keripik beling gue, tipis banget."
Kaot (kanker otak)
Tadi malam pun penyakit itu kembali berulah membuat Rendy tidak bisa kemana mana selain di kamar, karena, kakinya kembali tidak bisa di gerakan. Hal seperti ini sudah beberapa kali terjadi padanya.
"Dulu waktu kecil gue pengen mati karena gue pikir ga ada yang sayang sama gue. Sekarang disaat gue udah punya semangat hidup penyakit ini dateng mau ngebunuh." Rendy menggeleng heran.
Semangat untuk hidupnya adalah membahagiakan kedua orangtuanya. Rendy ingin sekali membalas kebaikan mereka selama ini.
"Semoga aja gue masih bisa banggain mama papa."
Rendy langsung menyambar tasnya yang berada di kursi belajar. Bergegas menuju sekolah dengan menggunakan si black. Rendy jadi rindu kebut-kebutan di jalan.
"Aden, aden mau kemana?" Tanya Bi ijah yang sekarang berdiri di hadapan nya.
"Mau ke tempat yang jauh banget."
"Ngomongnya ih aden, nggak boleh ngomong gitu. Bibi jadi takut." Rendy terkekeh
"Mau sekolah atuh bi liat nih Rendy aja make baju sekolah."
"Aden kan baru pulang dari rumah sakit kemarin, istirahat dulu aja ya sekarang."
"Rendy udah sehat nih, yaudah bi Rendy berangkat, dadahhh." Rendy langsung ngacir begitu saja sambil melambaikan tangan.
Ia langsung menaiki si black mengelus motor itu lalu berucap.
"Nanti malem kita main."
***
Rendy memarkirkan motornya lalu melepas helm yang ia gunakan. Saat itu juga ia mendapatkan tatapan yang begitu tak mengenakan. Semua pandangan siswi begitu sinis padanya.
"Nyesel gue pernah ngidolain dia, kalo tau kelakuannya kayak gitu. Malu maluin sekolah aja."
"Nggak punya malu apa ya dia udah bikin sekolah malu, beberapa hari ini nggak dateng ke sekolah dan sekarang dateng dengan Watadosnya."
"Pengen banget gue keluarin dari sekolah."
"Iya, pantes aja kita-kita di tolak sama dia, orang dia sukanya sama tante-tante, ups!"
"Kalo cara gue sih malu ya, mending pindah sekolah."
"Eh tapi emang ada sekolah yang mau nerima dia? Hahaha..."
"Gue nggak nyangka sih kalo kak Rendy bisa main ke tempat kayak gitu!"
"Tampang nya aja yang masih polos gitu tapi udah pernah begituan."
"Pengen hujat mereka juga tapi nanti makin panas, makin ribet yang ada. Biarinin aja kali kali cogan di gosipin." Rendy terkekeh ringan lalu membawa langkahnya menuju kelas.
"Rendy." Panggil guru di depan yang sedang mengajar.
Rendy yang sedang fokus pada buku di depannya langsung berhenti membaca saat teman sekelas nya menepuk bahunya keras.
"Iya bu?"
"Saya mendapat pesan dari kepala sekolah kalau kamu harus ke ruangan beliau." Rendy mengangguk lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Teen FictionSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...