Pagi ini mereka berada di kelas kali ini berbeda Rendy akan mencoba mendekati fayra lagi setelah kedatangan gadis itu, Rendy selalu mendekatinya. Susah sekali mendekati fayra karena mendekati fayra sama saja seperti mendekati singa, tidak ini terlalu lebay. Hanya perlu sedikit usaha lebih keras lagi untuk bisa mendekati fayra.
"Ra, lagi apa sih, boleh duduk nggak?" Tanya Rendy tetapi tidak mendapatkan jawaban dari gadis pujaannya.
"Kalo lo diem terus berarti gue boleh duduk ya." Ucap Rendy dan ia langsung duduk di sebelah gadis itu tetapi gadis itu tidak terusik sama sekali.
"Ra, lo suka makanan apa? Minuman apa? Es apa? Cemilan apa?" Rendy langsung menyerbu fayra dengan berbagai pertanyaan yang menurut fayra tidak perlu ia meladeni pertanyaan Rendy.
"Jawab dong Ra, Biar gue tau 'kan nanti jadi gampang kalo mau ngasih apa-apa ke lo."
"Pasti lo suka seblak 'kan?" Fayra memutar bola matanya malas, tapi, memang ia menyukai seblak. Sudahlah ia tak mau memberitahu Rendy.
"Atau lo suka boba?"
"Coklat? Vanilla? Stroberi? Mangga? Apel? Anggur? Jeruk? Mel-"
"Bisa diem nggak? Berisik!" Rendy hanya cengegesan mendengar ucapan fayra tapi memang itu kenyataannya bahwa ia memang cerewet. Ah ia tak mungkin tiba-tiba jadi cowok dingin untuk mendapatkan fayra. Susah merubah dirinya dan inilah Rendy dengan segala kekurangannya.
"Itu mah emang sifat gue Ra, susah buat di ubah. Mau jadi pendiem nggak bisa, gue udah coba, tapi rasanya mulut gatel banget pengen ngomong terus hahaha, merubah diri itu nggak mudah." Rendy ingin mempunyai pasangan yang bisa menerima dirinya dengan segala kekurangannya.
"Lo harus sabar ya dengerin mulut gue yang udah kayak emak-emak komplek. Mungkin ada saatnya yang banyak bicara itu akan diem dan nggak menanggapi orang sekitarnya, bahkan nggak akan peduli."
"Gue ke bangku ya Ra, jangan kangen." Setelah itu Rendy kembali ke bangkunya berada. Gadis itu menepis semua pikirannya untuk apa ia memikirkan Rendy, tidak ada gunanya.
***
Sekarang Rendy, Ricky, kevin dan satya sedang berada di kantin. Mereka duduk di meja yang paling pojok tempat biasa mereka.
Setelah pesanan datang mereka memakan makanan dengan khidmat. Tetapi saat Rendy mendengar siswi yang sedang berbicara di sebelah nya. Entah karena apa Rendy jadi sedikit emosi.
"Gue kesel banget sama mama gue. lebay banget masa setiap hari gue di bawain bekel emang gue anak TK apa!" Ucap salah satu siswi di sebelah meja Rendy.
Rendy mendengar itu semua terkekeh sumbang seharusnya siswi itu bersyukur masih di perhatikan oleh orangtuanya, di luaran sana banyak anak yang ingin seperti siswi itu termasuk dirinya dan dia dengan gampang nya menyebut orangtuanya lebay. ia tidak tau rasa nya di abaikan mungkin jika ia tau ia akan menyesal telah mengucapkan itu.
"Seharus nya lo tuh bersyukur masih diperhatiin sama orang tua lo. diluaran sana banyak anak yang ingin di perhatikan sekecil apapun perhatian orangtuanya itu, mereka pasti akan bersyukur, tetapi mereka nggak mendapatkan perhatian itu."
Rendy menjeda ucapannya itu saat rasa pening kembali menghantamnya tetapi ia tidak memperdulikan itu sekarang. Ia tak suka jika ada seseorang yang mengabaikan perhatian orangtuanya sendiri. Karena Rendy tau bagaimana rasanya di abaikan.
"...Sedang 'kan lo dengan gampang nya menyebut orang tua lo lebay di depan temen lo sendiri karena mendapatkan perhatian itu. Gue rasa lo manusia bodoh yang nggak tau apa arti perhatian!" Lanjut Rendy.
Membuat siswi itu menoleh kepadanya dan menunduk entah karena malu atau karena merasa bersalah karena telah menyebut orangtuanya lebay. Dan Rendy tidak mempedulikan nya. Ia benar bukan?? Harus nya siswi itu bersyukur.
"Gue balik ke kelas duluan." Ucap Rendy ia sekarang tidak napsu untuk makan dan pening itupun masih ada, ditambah Ia kesal dengan siswi tadi dengan gampang nya menyebut orangtuanya sendiri lebay, karena ia tidak tau apa arti perhatian.
Entahlah Rendy sensitif jika itu berhubungan tentang orang tua. Karena bagi Rendy sekecil apapun perhatian orang tua pasti sangat berharga bagi dirinya yang kekurangan perhatian.
***
Rendy berjalan menuju balkon seperti biasa, dirinya menunggu bintang jatuh. Pemuda itu terus memandangi langit yang bertabur bintang malam ini. Sesekali pemuda itu memejamkan matanya.
Badan pemuda itu Tiba-tiba menggigil, Rendy tidak tau apa penyebabnya. Dengan terpaksa Rendy kembali kedalam kamarnya. Pemuda itu menarik selimut dan menghangatkan penghangat ruangan.
"Ma, dingin, Rendy butuh pelukan mama." Pemuda itu merapatkan selimut yang ia kenakan. Berharap dapat mengurangi rasa dingin itu. Padahal penghangat sudah di mode on tetapi tetap saja terasa sangat dingin.
Dulu, sebelum semua seperti ini biasa Rendy akan mendapatkan pelukan hangat papa dan mamanya. Sekarang ia tak bisa merasakan itu lagi. Semuanya berubah dalam sekejap mata. Ia tak tau apa yang terjadi sehingga kedua orangtuanya memilih untuk selalu sibuk dengan urusan di kantor.
Dahi pemuda itu berkerut menandakan ia sedang menahan rasa sakit sekarang. Pening itu seakan ingin sekali menjatuhkannya. Tiada hari tanpa pening itu singgah. Rendy ingin sekali memeriksakan dirinya tetapi dirinya terlalu takut. Takut apa yang ia pikirkan selama ini benar.
Ia takut impiannya tidak bisa terwujud. Banyak impian Rendy yang belum ia capai. Ia ingin mencapainya terlebih dahulu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Fiksi RemajaSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...