Di Koridor rumah sakit pagi ini sangat mencengkram brankar tempat Rendy berbaring terus didorong masuk ke dalam UGD. Bi yang terlampau panik hampir saja masuk kedalam UGD kalau saja suster disana tidak mencegahnya.
"Ibu tunggu di luar ya, kita akan menangani pasien terlebih dahulu." Ucap suster itu dan bi ijah mengangguk ia tidak mau menggangu saat dokter sedang menangani Rendy.
Bi ijah dengan kecemasan yang sudah di ujung tanduk terus saja mondar-mandir tidak jelas. Ia khawatir sungguh ia tidak sanggup melihat Rendy seperti ini.
"Mas, den Rendy," Ucap bi ijah bergetar sekarang bi ijah ketakutan ia tidak mau Rendy kenapa-napa. Mang ucup memeluk istri nya dan mengelus punggung bi ijah sekadar menenangkan saja.
"Den Rendy nggak apa-apa bu, kita doain aja dari sini." Ucap mang ucup menenangkan.
Walau pun ia sama khawatir nya seperti bi ijah karena mereka sudah menganggap Rendy seperti anak nya sendiri. Sebab mereka sudah merawat Rendy sedari kecil. Mereka yang mengajak Rendy bermain disaat orangtuanya disana sibuk dengan berkas.
Masih teringat jelas bayangan Rendy yang tergeletak di lantai dengan bibir yang berumuran darah serta lantai yang penuh dengan darah muntahan Rendy. Bi ijah tidak bisa membayangkan betapa sakitnya Rendy saat itu.
"Kenapa tuan dan nyonya sangat jahat sama den Rendy, mas. Mereka tega mengurung Rendy di gudang padahal mereka tau setelah kejadian itu Rendy takut berada di dekat gudang."
"Biarkan saja bu, suatu saat mereka akan menyesali semua perbuatannya."
Sudah dua jam bi ijah menunggu tetapi belum ada tanda tanda pintu akan terbuka. Ia sudah tidak sabar mendengar keadaan Rendy.
30 menit berlalu akhirnya pintu dibuka terlihat dokter Zira keluar dengan wajah lelahnya. Bi ijah langsung berjalan mendekat kearah Zira.
"Gimana keadaan den Rendy dok?" Tanya bi ijah dengan wajah yang ketara sekali khawatir.
"Keadaan Rendy memburuk itu disebabkan Rendy yang mengonsumsi alkohol yang berlebihan. Tapi sekarang keadaan Rendy sudah lebih membaik. Setelah ini Rendy akan di bawa ke ruang rawat."
Dokter Zira meminta penjelasan kepada bi ijah apa yang terjadi sehingga membuat keponakan tersayang nya itu sampai seperti ini dan bi ijah menceritakan semua nya. Dari mulai Rendy yang pulang dengan keadaan mabuk lalu di bawa ke gudang dan melihat Rendy tergeletak tak sadarkan diri di gudang.
Zira yang mendengar itu tentu saja merasa geram.
Apa mereka tidak tau keadaan anak mereka sendiri?? Oiya dirinya lupa yang ada di pikiran mereka hanya lah berkas berkas.
Lihatlah akibat kebodohan mereka Rendy harus kembali ke rumah sakit dengan keadaan yang tidak dapat di bilang baik, Rendy harus masuk kedalam ruang yang begitu menyeramkan dengan berbagai alat yang akan memenuhi tubuhnya.
Setelah mengucapkan terimakasih dokter Zira kembali ke ruangnya dengan amarah yang ingin sekali ia ledakan.
***
Saat ini Bi ijah berada di depan ruang rawat Rendy. Sedangkan mang ucup berjaga di rumah sebab di rumah tidak ada orang.
Bi ijah dan Zira sengaja tidak memberitahukan keadaan Rendy pada kedua orangtuanya. Lagipula percuma mereka memberitahukan ini semua pada Aldy dan Dira toh mereka tidak akan peduli. Mereka akan tetap berada disana dengan berbagai tumpukan berkas.
"Bangun den, bibi kangen senyum manis aden." Wanita paruh baya itu menghapus jejak air mata yang kembali jatuh. Menyakitkan melihat Rendy terbaring lemah di ranjang pesakitan.
Ia tidak berani masuk kedalam itu terasa menyakitkan baginya. Setelah mendengar penjelasan dari Zira mengenai penyakit yang di derita Rendy membuat hati bi ijah terasa sakit. Selama ini ternyata Rendy menyimpan rasa sakitnya seorang diri.
Dokter zira sengaja memberitahukan perihal ini karena Rendy perlu pemantauan. Ia tidak bisa memantau Rendy setiap saat. Mungkin dengan bi ijah mengetahui perihal penyakit Rendy ini wanita paruh baya itu bisa menjaga Rendy dan mengingatkan nya untuk selalu menjaga kesehatan.
Mata bi ijah masih setia memandang tubuh Rendy yang terbaring lemah satu hal yang membuat hati bi ijah terenyuh yaitu saat melihat Rendy tertidur dengan tenang didalam sana, tidak seperti tidur Rendy saat di kamarnya sendiri, bi ijah sering melihat Rendy tidur gelisah dan jangan lupakan keringan yang bercucuran di pelipisnya. Karena selama ini bi ijah yang selalu memantau keadaan Rendy hanya tidak tertangkap layar saja.
"Tumben temen aden nggak nanyain keadaan aden? Waktu itu juga. Biasanya mereka selalu ketakar ketikir klo aden nggak ada kabar." Bingung bi ijah.
Biasanya setiap Rendy tidak ada kabar seperti saat ini ketiga teman nya itu pasti akan kalang kabut dan menanyakan kondisi Rendy bahkan mereka langsung bergegas menuju tempat Rendy berada. Tapi lihatlah sekarang? Mereka semua seakan tidak mempedulikan Rendy lagi.
***
Sedangkan ditempat lain dua orang berbeda jenis kelamin sedang berseteru.
"Apa kita nggak keterlaluan kalau nyebar foto ini?"
"Nggak lah, ini nggak seberapa sama yang dia lakuin dulu. Impas bukan? Sekarang kita tunggu sebentar lagi Rendy bakalan hancur."
"Tapi itu udah berlalu gue juga udah ngelupain semuanya."
"Gue tau masalah itu nggak bakal bisa hilang dari ingatan lo dan gue pengen bales dendam sama apa yang dia lakuin dulu. Di benci satu sekolah seperti nya seru."
"Seterah lo aja lah, padahal lo sahabat dia sendiri tapi kelakuan lo kayak musuh aja."
"Gue sama dia emang musuh asal lo tau. Gue sengaja deketin dia."
"Kenapa gitu?"
"Lupain, kita mulai rencana awal kita."
Tunggu kehancuran lo Rendy. Batin pria itu.
***
Dikit dulu yee
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OKE
Fiksi RemajaSelama ini Rendy selalu berharap dapat merasakan kebahagiaan itu lagi sebelum semuanya berakhir, Karena selama ini ia hanya dapat merasakan kesunyian, kesepian dan kekecewaan yang disebabkan orangtuanya. Disaat ia sudah diterbangkan tinggi-tinggi Ol...