49. Penyesalan

1.3K 91 7
                                    

Hari ini Rendy memiliki janji dengan Kevin untuk keluar mencari udara segar, sebenarnya perasaan Rendy sejak tadi tidak karuan mungkin dengan dirinya keluar rumah akan dapat menenangkan dirinya.

Rendy menoleh kearah pintu saat ada yang mengetuk pintu kamarnya, ia bangkit dari sisi ranjang dan membuka pintu. Saat membukanya Rendy dapat melihat wanita yang telah melahirkannya.

"Kamu mau kemana udh rapi gini, Rendy?" Tanya Dira tak biasanya Rendy rapi seperti ini.

"Aku mau keluar sama kevin, ma."

"Kamu bawa mobil atau motor?"

"Aku bawa mobil, ma." Rendy tidak mau ambil risiko jika harus membawa motor ditambah udara luar sangat dingin malam ini.

"Yaudah kamu hati-hati yah." Rendy mengangguk.

Rendy menunduk dan mengelus perut Dira yang sudah buncit itu.

"Adek bayi sehat-sehat yah disini, kakak Rendy sayang adek."

"Ma, aku berangkat ya. Rendy sayang mama papa, maaf belum bisa jadi anak yang membanggakan."

"Kamu ngomong apa si," Mendengar itu perasaan Dira menjadi tidak karuan.

"Aku cuma mau bilang aku sayang mama dan papa."

"Kamu makin aneh, kamu ngga usah keluar ya di rumah aja." Rendy menggeleng

"Aku udh janji sama kevin ngga enak kalau ngebatalin tiba-tiba. Mama ngga usah khawatir aku ngga akan kenapa-napa,"

"Aku berangkat ya, ma." Lanjut Rendy menyalimi tangan Dira dan mencium pipi Dira.

Saat Rendy sudah pergi perasaan Dira semakin tidak karuan, Dira menggeleng mungkin ini hanya perasaannya saja. Dira yang melihat kamar Rendy dan membawa langkahnya memasuki kamar anak tunggalnya yang sebentar lagi akan menjadi kakak.

Pandangan Dira mengedar ke seluruh ruangan matanya terpaku pada kertas yang ada di meja belajar Rendy.

Surat dari rumah sakit

***

Saat ini Rendy sedang menikmati secangkir coffe bersama Kevin, sesuai janjinya yang akan menemui satu-satunya sahabat yang ia miliki sekarang.

"Ren, gua kangen kumpul berempat kaya dulu." Rendy menunduk, jika ditanya jelas ia juga rindu, dirinya sangat merindukan kebersamaan mereka berempat. Canda tawa yang mereka lalui selama ini, suka duka yang mereka lewati, dan uluran tangan yang senantiasa mereka berikan padanya Rendy tau itu tulus.

Hanya saja mungkin keadaan yang membuat semuanya menjadi runyam seperti sekarang.

"Maaf, ini semua karna gua persahabatan kita jadi hancur." Rendy sangat menyesali atas apa yang terjadi selama ini, tetapi tak bisa di pungkiri bahwa dengan kejadian itu ia bisa bertemu dengan mereka. Jika tidak ada mereka ia tidak yakin dirinya bisa bertahan sejauh ini. Hidupnya dulu bagaikan anak sebatang kara yang tidak memilki siapapun semenjak kehadiran mereka hidupnya jauh lebih berwarna dan sejak saat itu ia memiliki tujuan hidup.

"Vin, kalo ada cara buat hubungan kita jadi seperti dulu lagi apapun itu akan gua lakuin." Jika ada, tapi antara yakin dan tidak sebab pertemuan terakhir antara dirinya dengan Ricky dan Satya jelas ia tau bahwa tatapan benci itu sangat besar dan mungkin sulit untuk dimaafkan.

"Ini ngga sepenuhnya salah lo juga Rendy, semua ini kesalahpahaman. Pasti ada cara agar semua bisa kembali seperti semula." Rendy berharap seperti itu.

"Gua boleh minta tolong untuk terakhir kalinya Vin?" Kening kevin berkerut tidak suka dengan kalimat Rendy, perasaannya menjadi gelisah.

I'M OKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang