13. Pupus

1.6K 121 0
                                    

Seorang wanita cantik memasuki kamar Rendy dan mendekat ke arah ranjang di mana pemuda itu tertidur. Wanita itu dengan sangat lembut membangunkan anaknya sambil mengusap surai hitam milik Rendy.

"Rendy bangun sayang." Ucap wanita itu lembut. Pemuda itu dengan sekuat tenaga menahan rasa kantuk nya.

"Mama?!" Mata Rendy membelalak sempurna, jika ini mimpi tolong jangan bangun kan Rendy!. Tapi jika ini kenyataan tolong jangan hanya sekali ini saja, kalau bisa selamanya!. Pemuda itu menepuk-nepuk pipi nya sendiri agar ia tau ini mimpi atau kenyataan. Benarkah yang ada didepannya ini mama nya?

Perih! Berarti ini bukan mimpi. Ya Tuhan akhirnya orang tua Rendy mempunyai waktu sebentar untuknya.

"Hei kamu kenapa sayang?"

"Kok tumben mama ada di rumah?"

"Tadi malam kita pulang, eh kamu nya udah tidur, jadi mama nggak mau ganggu."

"Ya sudah kamu mandi sana, mama tunggu di meja makan ya?" Ucap Dira lembut. Demi apa mereka akan Makan bersama?? Ini yang Rendy ingin kan dari dulu akhir nya terwujud. Ia senang sekali, lebih baik seperti ini daripada harus janji-janji tapi tidak di tepati seperti sebelum-sebelumnya.

Pemuda itu melompat dari kasurnya dan dengan semangat empat lima berjalan menuju kamar mandi. Ini adalah hari menyenangkan bagi diri nya. Pemuda itu hari ini sangat-sangat senang.

Setelah 10 menit  Rendy sudah siap. Ia langsung turun dengan semangat empat lima dan duduk di samping mama.

Sejak tadi pemuda itu tidak henti nya tersenyum, mungkin jika orang lain melihat Rendy sudah seperti orang gila, karena Senyum senyum sendiri.

"Rendy." Panggil Aldy. Rendy langsung mengalihkan atensi nya ke hadapan aldy.

"Kenapa pa?"

"Kami akan keluar negri untuk mengurus perusahaan di sana dan kami tidak tau kapan akan pulang, mungkin setelah pekerjaan di sana selesai."

Deg!

Pemuda itu tersenyum miris, ternyata mereka hanya meminta izin untuk pergi. Rendy kira mereka akan kembali seperti dulu lagi, ternyata harapannya kembali pupus. Seharusnya Rendy sadar, ia tak boleh banyak berharap pada orangtuanya. Jika ia terus berharap maka besar kemungkinan ia akan kecewa nantinya.

Rendy menarik napas dalam dan menghembuskan nya kasar. Rendy masih sangat merindukan mereka. Tetapi mereka akan pergi keluar negri.

"Bukannya kemarin papa sama mama baru pulang. kenapa pergi lagi?" Tanya Rendy mengulurkan waktu. Ia ingin berlama-lama dimeja makan dengan mereka, berbincang-bincang sebenar, kapan lagi?

"Perusahaan papa di sana mengalami kendala jadi kami harus ke sana dan harus kami yang menangani nya."

"Iya pa." Ia bingung harus menjawab apa selain 'iya' karena jika ia melawan pun percuma orangtuanya tetap akan pergi. Jadi, tak ada gunanya ia melawan.

"Rendy?" Aldy kembali memanggil Rendy. Kali ini wajahnya lebih serius dari sebelumnya.

"Sebentar lagi kamu akan kelas tiga bukan?" Rendy mengangguk.

"Satelah itu kamu lulus? Kamu akan memilih jurusan apa?" Kali ini Dira yang bertanya.

"Rendy mau masuk kedokteran." Kedua orang tua Rendy menghembuskan napas kasar. Berat mengatakan ini tetapi ini harus mereka lakukan.

"Kami ingin kamu meneruskan perusahaan papa dan mama."

Deg!

"Bukankah dulu kalian setuju jika Rendy masuk fakultas kedokteran? Kenapa sekarang kalian ingin Rendy meneruskan perusahaan kalian?" Tanya Rendy tidak Terima. Karena mereka dulu sudah mengizinkannya menjadi dokter dan dokter adalah cita-cita Rendy sejak kecil.

I'M OKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang