Tujuan Fada saat ini adalah kota Solo. Kota dimana ia membuka lembaran baru bersama anak yang berada dalam perutnya. Hanya anaknya yang memotivasi Fada untuk semangat dan kuat menjalani hidup. Hidup harus tetap berjalan walaupun keadaan saat ini berbeda.
Untuk menghemat pengeluaran, Fada memilih kontrakan kecil yang baginya bisa untuk berteduh dan beristirahat dengan tenang, sedikit mencoba melupakan Arya yang begitu menyakiti hati Fada dengan perkataan.
"Gue harus kerja apaan ya? Kayaknya gk mungkin kalau gue kerja di kantor, ijazah cuma SMA. Apa gue coba usaha, tapi apa?"
Fada menghitung sisa uang yang ia punya. Memperkirakan apakah uang yang ia miliki bisa untuk persalinan nanti. Iya kalau norma, tapi kalau Caesar?
"Yaudah gue ambil 5 juta buat modal sewa kios sama modal belanja roti, ya mudah-mudahan cukup." ucap Fada pada dirinya sendiri.
Karena kontrakan Fada terbilang tidak di daerah plosok, membuatnya mudah membeli bahan roti. Butuh waktu 5 menit jalan menuju ke pasar.
Sebelumnya Fada sudah membuat daftar belanjaan dan juga kebutuhan rumah. Ia dipaksa untuk menjadi wanita kuat oleh keadaan."Berapa total belanjaan saya, Bu?" tanya Fada ke penjual.
"Selawe uwu, Nduk," Fada bingung dengan bahasa yang digunakan ibu penjual.
"Bahasa Indonesia nya berapa, Bu?" tanya Fada sopan.
"25 ribu," ucap ibu penjual.
Fada segera mengeluarkan uang 25 ribu dan memberikannya ke Ibu penjual.
"Sampean ora asli wong jowo, nduk?" tanya Ibu penjual menggunakan Bahasa Jawa.
"Maksudnya apa ya?" Ibu penjual ketawa karena lupa bahwa wanita yang berada di depannya tak mengerti apa yang ia ucapkan.
"Kamu bukan asli orang jawa, Nak?"
"Bukan, Bu. Saya dari Jakarta, baru pindah kesini hari ini." jawab Fada.
"Oalah. Ini belanjaannya,"
"Terima kasih, Bu." Fada pamit pergi mencari bahan lainnya.
Dirasa sudah belanja sesuai dengan daftar belanjaan Fada memutuskan pulang. Melihat ada penjual es dawet membuat Fada ingin, ia berfikir apa ini yang namanya nyidam?
"Pak beli es dawetnya 1 ya,"
"Baik, mbak."
Fada menatap keadaan pasar sangat ramai dengan ibu-ibu yang berbelanja.
"Mbak ini es dawet nya,"
"Berapa, Pak?"
"Kaleh ewu,"
"Bahasa Indonesia nya berapa, Pak?"
"2 ribu. Mbak nya bukan orang jawa ya?"
"Bukan, Pak. Saya baru pindah kesini." ucap Fada memberikan uang 2 ribu.
"Yang betah mbak disini!"
"Iya, Pak. Kalau begitu saya permisi."
Fada pulang dengan menenteng plastik belanjaannya di tangan kanan dan kiri. Menikmati suasana sejuk di pagi hari, hanya sedikit motor berlalu lalang karena daerah ini memilih berjalan kaki. Banyak pemuda-pemudi berolahraga menyehatkan tubuh.
"Selamat pagi, Bu," sapa Fada.
"Pagi, mbak. Habis dari pasar ya?"
"Iya, Bu."
"Panggil aja Bu Salma. Nama mbak siapa?" tanya Bu Salma.
"Saya Fada, Bu."
"Kalau ada apa langsung ke rumah aja mbak!"
"Terima Kasih, Bu. Kalau begitu saya masuk ke dalam dulu," izin Fada.
Sesampainya di dalam rumah Fada mengistirahatkan tubuhnya dengan menyender di tempat duduk yang terbuat dari kayu.
"Alhamdulillah, Nak. Warga disini ramah Mommy pasti betah di sini, kamu juga harus betah tinggal disini!"
Ucap Fada kepada anak yang berada dalam perutnya."Sekarang kita istirahat dulu, Nak." Fada selalu mengajak anaknya berkomunikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAT MEN (END)
General FictionSeorang anak kecil mengklaim seorang gadis SMA menjadi Mommy nya. Lalu, akan kah itu menjadi nyata??? Dimohon Follow terlebih dahulu sebelum membaca !!!! cerita udah END dan tidak dilanjutkan lagi🙏🙏🙏🙏 Rating #5 Cuek 13-6-2021 #2 Mencair 13-6-202...