Bersatu

19.6K 1.2K 15
                                    

Fada mencari sumber suara itu dan betapa terkejutnya bahwa suaminya berada didepannya saat ini. Fada sendiri bingung apakah dia sudah damai dengan hatinya sendiri atau belum. Tapi setelah Fada pikirkan kembali kenapa ia tak mencoba untuk bisa memaafkan suaminya.

Arya melangkah mendekati Fada yang duduk dengan memegang mangkok ditangan yang berisikan es dawet.

"Fada,"

Tak ada balasan dari Fada, ia merasa bodo amat dan lebih mementingkan menikmati es dawet yang dibelikan Ria tadi.

Arya menghela nafas melihat Fada acuh terhadapnya. Arah mata Arya menatap perut Fada yang membesar. Miris banget, betapa bodohnya Arya sampai tak tau menahu soal kehamilan Fada.

"Sayang, kok gak jawab?"

"Hmm," ucap Fada datar.

Arya jongkok menyamaratakan tinggi dengan sang istri yang marah kepadanya.

"Mas mau minta maaf. Mas akui banyak salah sama kamu. Mas menyesal,"

Arya menunduk meratapi kesalahan yang ia perbuat.

"Terus?"

"Kamu pulang ke rumah ya!"

"Aku mau disini,"

"Kamu gak kangen sama Farel? Dia nyariin kamu, sikap Farel sekarang berubah,"

Fada menoleh kearah suaminya.

"Berubah gimana?" Tanya Fada.

"Dia jadi pendiam. Semua ini memang kesalahan ada di Mas. Mas gak becus mengurus keluarga Mas sendiri," Fada melihat suaminya meneteskan air mata.

Merasa iba melihat suaminya yang terkenal datar, kini meneteskan air mata.

"Udahlah, lupain aja. Toh sudah berlalu,"

Arya malu istri dengan mudahnya melupakan hal yang membuatnya sedih.

Fada berdiri dari tempat duduknya dan menaruh mangkuk. Menghampiri Ria orang kepercayaannya, izin untuk pulang. Keadaan hamil besar membuat Fada lebih mudah letih.

"Ria, Mbak pulang dulu, titip kios ya!"

"Iya, Mbag. Mau diantar?"

"Gak usah. Yaudah Mbak pergi ya!"

Arya masih berada ditempat tadi dengan melihat interaksi antara istrinya dan salah satu karyawan.

Arya melihat Fada melangkah ke arah pintu luar, dengan cepat ia menyusul agar tak sampai kehilangan isterinya untuk yang kedua kalinya.

"Mau kemana?" Tanya Arya.

"Pulang,"

"Mas antar!" Fada masuk kedalam mobil.

Mereka sudah tiba di kontrakan Fada yang kecil. Arya menatap kontrakan yang tak sebanding dengan rumahnya.

"Apa selama ini Fada sendirian?" Gumam Arya.

Fada merebahkan tubuhnya di kursi ruang tamu, letih tubuhnya saat ini. Arya menatap istrinya seperti kelelahan dengan cepat ia meraih tangan Fada dan memijatnya.

"Ehh... Apa yang kamu lakuin,Mas?" Tanya Fada.

"Mas lihat kamu kecapekan, biar Mas pijitin,"

"Emm...Mas boleh tanya?" Tanya Arya.

"Ini anak Mas kan?" Arya mengelus perut besar Fada.

"Iya,"

"Kenapa gak ngasih tau?"

"Gimana mau ngasih tau, Mas aja amnesia gak mau mengakuin Fada istrinya yang ada Fada diusir dari rumah," sindir Fada.

Sindiran Fada begitu tajam sampai ke hati Arya. Betapa kejamnya dia mengusir istrinya yang sedang mengandung anaknya.

"Mas minta maaf. Udah berapa bulan?"

"Udah jalan 8 bulan 3 Minggu,"

"Maafin Mas ya gak ada saat kamu butuh sosok suami yang selalu ada saat istrinya hamil,"

"Udah, gak papa Mas. Fada juga udah ikhlas,"

"Mas kok bisa kesini?"

Arya mengingat mimpi sebelum ingatannya kembali.

"Sebelum ingatan Mas kembali, Mas bermimpi didatangi seorang anak kecil yang menyuruh Mas buat cari Mommy Fada dan menemani persalinan nanti. Setelah bangun dari mimpi tiba-tiba kepala Mas sakit dan akhirnya ingatan Mas sudah kembali,"

"Mau, peluk!" Manja Fada.

Arya kangen dengan sikap manja istrinya.

"Sini, Mas kangen banget sama kamu!"

Akhiri dua sejoli itu menyalurkan rasa kangen yang menyelimuti mereka.

Arya mengelus perut Fada dan merasakan ada tendangan dari dalam.

"Sayang?"

"Iya, baby tau aja Daddy nya datang," mereka berdua tertawa.

"Baby jangan buat Mommy kelelahan ya!" Perintah Arya terhadap Baby yang berada dalam perut Fada.

"Aku gak nakal Dady." Jawab Fada meniru suara anak kecil.




FLAT MEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang