60. Extra Part (II)

6.5K 221 18
                                        

Jangan lupa vote nya, ya. Terimakasih yang udah vote cerita ini🥺❤️

Tolong bantu aku sampe 2k vote🥺

Happy Reading 💞

* * *

Antaris yang terlebih dahulu bangun pun, langsung melangkah ke arah dapur. Di dapur, ia bisa melihat Bi Emar, pembantu baru di rumahnya sedang memasak makanan. Lantas, ia berjalan menghampiri Bi Emar.

"Bi, tolong masak yang banyak, ya. Soalnya, teman-teman dan keluarga saya pada mau datang ke sini," perintah Antaris yang dibalas anggukan oleh Bi Emar.

"Baik, Pak." setelahnya, Bi Emar kembali memasak.

Sedangkan Antaris, ia kembali berjalan ke arah kamarnya untuk melihat Bella. Antaris membuka pintu kamarnya pelan, takut Bella keganggu. Ia tersenyum tipis saat melihat Bella yang masih tertidur. Lalu, Antaris menghampiri Bella, dan ia duduk di ranjang, di samping Bella. Ia mengusap lembut rambut Bella, kemudian tatapannya turun ke arah perut Bella. Lagi-lagi, ia tersenyum saat mengingat bahwa ada anaknya, di dalam perut Bella.

Antaris menatap wajah Bella yang sedang tertidur, kemudian ia menundukkan wajahnya untuk mencium kening Bella. "Tidur yang nyenyak ya, cantik." Antaris tersenyum, kemudian ia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Bella menggeliat pelan, kemudian ia mengucek-ngucek matanya. Ia mendudukkan dirinya di atas ranjang sambil tatapannya menatap ke sekeliling kamarnya untuk mencari keberadaan Antaris, suaminya.

"Antaris?" panggil Bella dengan suara sedikit tinggi. Tak ada jawaban, membuat perasaan Bella sedikit khawatir. Ke mana Antaris? Kenapa ia tidak ada di kamar?

Beberapa menit kemudian, Antaris ke luar dari kamar mandinya. Tatapannya terhenti pada Bella yang sedang menundukkan kepalanya. Dengan perasaan khawatir, Antaris pun langsung melangkah tergesa menuju Bella.

Antaris duduk di samping Bella, kemudian ia langsung memeluk Bella yang sudah menangis. "Hei, kamu kenapa, Bel? Kok nangis?" tanya Antaris sambil mengusap lembut punggung Bella.

Bella membalas pelukan Antaris dengan erat. Ia tidak mau Antaris-nya pergi lagi. "Aku khawatir sama kamu, Ris. Aku takut kamu kenapa-napa, soalnya pas aku bangun, kamu udah gak ada di kamar." Bella menjawab dengan lirih sambil terisak pelan.

Antaris terkekeh pelan mendengar ucapan Bella. Ia pikir Bella kenapa, ternyata Bella hanya terlalu mengkhawatirkannya. "Ssttt ... udah ya, kamu jangan nangis lagi. Sekarang 'kan aku udah di sini, di dekat kamu. Jadi kamu gak perlu khawatir lagi."

Bella melepas pelukannya, kemudian ia menatap Antaris dengan matanya yang sudah terlihat memerah sehabis nangis. "Emang tadi kamu ke mana, Ris?"

"Tadi aku ke kamar mandi dulu, Bel. Mau mandi." Antaris menjawab pertanyaan Bella sambil mencubit pipi chubby Bella dengan gemas.

Bella mengangguk-anggukan kepalanya. "Kok tumben pagi-pagi udah mandi, Ris? Bukannya hari ini kamu libur ya kerjanya?"

Antaris terkekeh. "Kamu lupa, ya? Hari ini 'kan teman-teman kita mau ke sini, Bel. Mama Papa kita juga."

Bella menepuk jidatnya pelan, kemudian ia nyengir. "Lupa."

Antaris tertawa sambil menyentil jidat Bella pelan. "Dasar!"

Bella mengusap-usap jidatnya, kemudian ia juga ikut tertawa. "Ya udah deh, aku mau mandi dulu, ya."

"Mau mandi bareng, Bel?" tanya Antaris sedikit menggoda Bella, sambil menaik-turunkan alisnya.

Bella mencubit pinggang Antaris pelan, dengan pipinya yang terlihat merona, membuat Antaris tertawa gemas melihatnya. "Kamu 'kan udah mandi, Ris."

"Berarti kalau aku belum mandi, kamu mau mandi bareng sama aku?" tanya Antaris lagi sambil tersenyum menggoda.

ANTARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang