62. Extra Part (IV)

6.3K 226 39
                                        

Halooo aku update lagi nih🤩

Jangan lupa vote sama komen nya, ya. Jangan lupa juga follow akun aku 🥺❤️

Happy Reading 💞

Semoga suka. ❤️

* * *

3 Bulan Kemudian ...

Tangisan bayi yang baru saja lahir langsung menggelegar di salah satu ruangan rumah sakit Melati. Keluarga Bella dan keluarga Antaris yang menunggu di luar ruangan tersebut langsung tersenyum bahagia saat mendengar suara tangisan bayi tersebut.

"Alhamdulillah, bayinya perempuan, Bu. Cantik kayak Ibunya," ucap Dokter Riana sambil menggendong bayi yang baru saja lahir itu. Kemudian, bayinya ia serahkan kepada suster yang ada di sana untuk dibersihkan terlebih dahulu.

Bella hanya tersenyum lemah membalas ucapan Dokter Riana. Sedangkan Antaris, ia langsung mencium kening Bella dengan perasaan bahagianya. Bella memandang Antaris dengan tatapan sayunya. "Alhamdulillah, Ris."

Antaris mengangguk dengan senyumnya yang belum pudar sama sekali di wajahnya. "Terima kasih, Bel."

Bella mengangguk lemah, sambil tersenyum. Kemudian, Bella menatap ke arah Dokter Riana yang sedang menggendong bayinya yang sudah terlihat bersih.

Dokter Riana mendekat ke arah Bella, lalu ia menyerahkan bayi yang ada digendongannya itu kepada Ibunya, Bella.

Bella tersenyum saat melihat wajah cantik bayinya yang kini sudah berada di dalam gendongannya. Antaris berdiri di samping Bella sambil menatap Putrinya yang terlihat cantik. Setelahnya, Antaris mengambil alih gendongannya. Dan kini, Putrinya itu sudah berada di dalam gendongannya. Antaris menarik nafas terlebih dahulu, lalu ia mulai meng-adzan 'kan Putrinya yang baru saja lahir itu. Setelah selesai, Antaris menyerahkan kembali Putrinya kepada Bella.

"Anak kita cantik banget, ya. Kayak Mamanya," ujar Antaris sambil mengelus pipi anaknya itu yang sudah tertidur pulas digendongan Bella.

Bella terkekeh pelan, kemudian ia mengusap kepala anaknya dengan lembut. "Kamu mau kasih dia nama apa, Ris?"

Antaris berfikir sebentar, kemudian ia berdehem pelan. "Aku mau kasih dia nama, Utara Bianca Auristela. Gimana, Bel? Bagus, gak?"

Bella mengangguk sambil tersenyum. "Bagus. Aku mau panggil dia, Ara." Bella terkekeh pelan.

Antaris mengangguk sambil ikut terkekeh sebagai jawabannya. Satu menit setelahnya, orang tua mereka datang dengan senyuman bahagia yang terukir di wajah mereka.

"Alhamdulillah. Ya Allah, cucuku cantik banget kayak Neneknya," ujar Adira, Mama Bella, sambil tersenyum menatap cucunya yang sedang tertidur.

"Kalian udah kasih dia nama?" tanya Cyrinda sambil mengelus lembut kepala cucunya.

Bella dan Antaris kompak mengangguk sambil tersenyum ke arah mereka.

"Kalian kasih nama dia apa, Ris, Bel?" tanya Vano yang terlihat penasaran.

"Aku kasih dia nama, Utara Bianca Auristela. Gimana, Pah? Bagus, gak?" tanya Antaris sambil tersenyum.

Vano mengangguk. "Bagus."

Antaris tersenyum bangga. Sedangkan Bella, ia hanya terkekeh pelan melihatnya.

"Teman-teman kalian udah pada tahu belum kalau Bella udah lahiran?" tanya Arga sambil memandang cucunya, kemudian beralih menatap Bella dan Antaris.

"Udah. Katanya, sebentar lagi mereka mau ke sini," jawab Bella lembut dengan bayinya yang masih berada digendongannya.

Setelahnya, pintu kembali terbuka memperlihatkan sahabat-sahabat Bella dan Antaris yang baru saja datang sambil membawa buah-buahan yang terlihat segar.

"Ya Allah Bel anak lo lucu bangett," ujar Eca sambil memandang bayi yang berada digendongan Bella dengan mata berbinar.

Bella terkekeh. "Iya, lucu kayak gue, Ca."

Eca menggeleng tak setuju. "Gak, lah! Lucuan anaknya dari pada Mamanya juga."

Ales dan Meta langsung tertawa, sedangkan Grisel hanya tersenyum tipis mendengarnya. Bella mendengkus kesal setelah mendengar ucapan Eca barusan.

"Ris," panggil Garrick. Antaris yang sedang fokus menatap Putrinya pun langsung mengalihkan tatapannya ke arah Garrick.

"Anak lo cakep juga, ya," ujar Garrick sambil menatap anak dari sahabatnya itu.

Antaris tersenyum sambil menepuk dadanya bangga. "Iya, lah. Hasil coblosan gue mah, gak pernah gagal!"

"Anying! Coblosan gak, tuh." Alfio langsung terbahak setelah mendengar ucapan Antaris.

"Dikira lagi milih Jokowi kali, ya. Pake coblos-coblosan segala." Ander ikutan terbahak setelah mendengar ucapan Antaris.

Antaris memutarkan bola matanya malas saat melihat kedua sahabatnya itu sedang terbahak. "Ngerti dikit, kek." Antaris berucap pelan.

Arrion hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kelakuan sahabat-sahabatnya itu. "Sampai sekarang, kelakuan lo pada masih belum berubah juga."

Garrick mengangguk setuju, kemudian ia menepuk-nepuk pundak Arrion pelan. "Iya, cuman kita berdua doang emang yang masih waras."

"Kita? Gue aja kali," sarkas Arrion membuat Garrick menatapnya dengan kesal.

"Sialan, lo!"

"Ris, selamat, ya. Semoga anak lo nantinya jadi anak yang sholehah. Dan, jadi anak yang berbakti sama gue." Garrick bertutur sambil mengulurkan tangannya ingin menyalimi Antaris.

Antaris mendelik saat mendengar kata-kata Garrick yang terakhir. "Mau yang kanan apa yang kiri, Rik?" tanya Antaris menunjukkan kedua tangannya yang terkepal ke hadapan Garrick.

Garrick meringis kemudian ia tertawa canggung. "Gue cuman bercanda, Ris. Beneran dah." Garrick mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

"Mampus, lo! Emang enak?" Alfio mengejek Garrick sambil tertawa diikuti oleh Ander.

Dengan perasaan kesal, Garrick langsung menginjak kaki Alfio dan Ander dengan keras secara bergantian. Membuat mereka berdua terpekik kesakitan.

"SAKIT, SAEPUDIN!"

Setelahnya, orang-orang yang berada di ruangan tersebut langsung tertawa saat mendengar pekikan Ander dan Alfio.

* * *

Tidur Bella dan Antaris sedikit terganggu karena suara tangisan dari si kecil Utara. Antaris langsung bangun untuk menggendong Utara yang terus menangis.

"Biar aku aja yang gendong, Bel," ujar Antaris sambil menggendong Utara. Kemudian, ia mengusap-usap kepala Utara dengan lembut.

"Ris, sini, biar aku aja yang gendong. Kamu 'kan besok harus pergi ke kantor," ucap Bella pelan.

Antaris menggeleng. "Enggak! Gak papa, biar aku aja, Bel. Aku tahu, kamu pasti capek, 'kan?"

Bella mengangguk jujur. Antaris tersenyum, kemudian ia menghampiri Bella. "Ya udah, kamu tidur, gih."

"Terus kamu gimana?" tanya Bella yang merasa tak enak. Memang, sekarang badannya terasa lelah dan ingin segera tidur saja rasanya. Tapi, ia juga tidak mau membiarkan Antaris menenangkan anak mereka seorang diri.

"Aku mau nenangin Ara dulu biar gak nangis lagi. Nanti aku nyusul kamu tidur," balas Antaris sambil tersenyum dengan tangannya yang terus mengelus lembut pucuk kepala Utara.

"Aku mau nemenin kamu aja," ucap Bella, yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Antaris.

"Gak! Aku tahu kamu lagi lelah hari ini. Makannya itu aku suruh kamu tidur, biar besok badan kamu gak terlalu lelah kayak sekarang." Antaris menjelaskan.

"Tap---"

"Tidur, sayang."

* * *

-To Be Continued-

ANTARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang