Keempat perempuan berparas cantik dengan kharisma yang menguar itu melemparkan senyuman terbaik mereka setelah berhasil menyelesaikan promosi disalah satu acara musik ternama; SBC Inkigayo. Menunduk penuh sopan dengan senyuman ramah selalu mereka berikan ketika berpapasan dengan rekan kerja atau staff yang berada disana. Promosi album yang berlangsung selama dua minggu itu akhirnya selesai, setelah ini jadwal mereka akan sedikit lebih santai.
"Lisa..." Panggilan dari Rose membuat si pemilik nama berbalik. "...kau ikut kembali ke agensi, kan?" Tanya perempuan cantik yang tumbuh besar di Australia itu.
Lisa mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, aku harus mengecek ponselku dulu." Rose yang paham maksud perkataan si rekan kerja memberikan kedua jempolnya sebelum hilang dibalik pintu ruangan ganti.
Perempuan asal Thailand itu menghela nafas panjang sebelum menghempaskan tubuh rampingnya ke atas sofa yang berada di sudut ruangan. Lelah menyerang, pening dikepalanya mulai terasa sedikit mengganggu.
"Kau baik-baik saja?" Lisa bisa melihat raut khawatir diwajah Jisoo; member tertua mereka begitu ia membuka mata.
Perempuan itu tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Eonni. Terima kasih sudah bertanya..."
"Istirahat jika memang kau kelelahan, jangan dipaksakan." Nasihat Jisoo lagi. Lisa hanya mengangguk patuh, lalu menerima ponsel yang baru saja diberikan salah satu staff padanya.
Lisa membuka applikasi pesan, ada beberapa pesan masuk yang ia terima; salah satunya dari sang ibu. Meskipun enggan, nyatanya perempuan itu tetap memilih membuka pesan dari ibunya terlebih dahulu.
Mommy
Kapan kau dan suamimu pulang ke Thailand?Dengusan kasar ia keluarkan begitu membaca sebaris kalimat tanya dari sang ibu. Pertanyaan yang sama, tidak pernah berubah sejak ia kembali ke Korea sebagai istri dari seorang pengusaha. Sama seperti sebelumnya, Lisa memilih mengabaikan; menutup applikasi pesan dan memasukkan si benda pipih ke dalam tasnya.
"Bisa kita pergi sekarang?" Tanya Tae hee, manajer mereka yang baru saja masuk ke ruang tunggu.
Mendengar itu, Jennie menyudahi panggilan teleponnya dan menoleh pada Lisa. "Kau ikut?" Tanya perempuan itu. Kali ini Lisa mengangguk, mengambil sling bag juga tumbler miliknya sebelum bangkit dan berjalan keluar ruangan bersama yang lain.
Ini sudah tahun ketiga sejak Lisa berhasil debut bersama grup BlackMoon. Grup beranggotakan empat orang itu langsung menyita perhatian penikmat musik bahkan sebelum mereka benar-benar debut. Berasal dari agensi besar yang berhasil melahirkan grup dan bintang dunia, kehadiran BlackMoon tentu sangat dinantinya banyak orang. Jisoo, Jennie, Rose dan Lisa; empat perempuan itu kini mendunia. Iklan dan wajah mereka terpampang dimana-mana, entah itu dalam promosi grup atau pun individu.
Deringan ponsel Lisa memecah keheningan di dalam van yang sedang melaju. Merasa lelah, ia pun hanya melirik singkat pada layar ponsel yang terus menyala. Decakan kesal dan malas terdengar begitu Lisa melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Tidak kau angkat?" Tanya Jennie saat melihat Lisa menggeser ikon merah pada layar ponsel. Perempuan itu kebetulan duduk bersebelahan dengan si main dancer hari ini.
Lisa menggeleng, mengambil tasnya dan bersiap turun begitu van mereka berhenti di depan lobby agensi. "Nanti saja. Itu bukan panggilan yang penting." Acuh si perempuan yang kini sudah memakai masker hitamnya.
"Termasuk panggilan dari suamimu?" Pertanyaan sarkas itu membuat Lisa mengurungkan niatnya untuk turun. Ia pun menoleh dan menatap Jennie tak suka.
"Penting atau tidak, itu urusanku. Kau tidak perlu ikut campur, Nona Kim." Ucap Lisa penuh penekanan sebelum akhirnya turun dan pergi dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts
FanfictionTen Lee dan Lalisa... Teman kecil yang akhirnya berubah menjadi teman hidup. Satu keputusan terpaksa yang harus diambil keduanya demi kebebasan masing-masing. Dua manusia berbeda mulai dari keseharian, karir juga kesibukan. Dua manusia berstatus men...