25📨

595 135 10
                                    

"Bolehkah kalau aku menyukaimu?"

Nyatanya kalimat sederhana itu tertahan diujung lidah. Lisa tidak berani menanyakannya, dia belum siap mendengar jawaban apa yang akan diberikan sang suami.

"Lisa?" Perempuan itu tersentak begitu merasakan sentuhan Ten di lengannya.

Lisa mengerjapkan mata. "Ya?" Perempuan itu bisa melihat raut khawatir di wajah Ten. "Kau melamun..." Kata pria itu masih berdiri di hadapan istrinya.

"Ah, ya. Maafkan aku..." Sesal Lisa merasa tak enak hati.

Ten tersenyum. "Apa terjadi sesuatu?" Tanya pria itu lagi. Lisa menggeleng pelan. "Tidak, Phi. Aku baik-baik saja."

"Kau yakin?" Melihat Ten yang nampak ragu membuat Lisa terkekeh geli. "Iya, aku baik-baik saja. Sungguh." Kata perempuan itu penuh keyakinan.

Ten menghela nafasnya lega. "Jangan ragu untuk mengatakan apapun padaku, mengerti?" Lisa mengangguk masih tersenyum tipis. Hatinya kembali terasa hangat juga nyeri disaat bersamaan.

"Phi."

Ten yang baru akan beranjak langsung menghentikan langkah begitu mendengar suara Lisa. Dia berbalik, kembali mendekat pada sang istri.

"Aku punya satu permintaan..." Kata Lisa saat mereka kembali berhadapan. "Hm? Apa itu?" Tanya Ten penasaran.

"Besok aku ingin pergi menemui, Rose." Begitu mendengar nama Rose, badan Ten langsung menegang. Lisa pun bisa melihat dengan jelas bagaimana raut wajah suaminya berubah.

"Rose?" ulangnya terdengar tak yakin.

Lisa mengangguk. "Iya, Rose. Aku ingin menemuinya."

"Tapi, untuk apa?"

Si istri tertawa pelan, "Hanya ingin bertemu. Bukankah dia juga terluka? Aku ingin menjenguknya." Kata perempuan itu berusaha bersikap sewajar mungkin.

Sang suami terlihat ragu. "Ayolah, Phi. Hanya menemui seorang teman..." Bujuknya sekali lagi.

"Pergilah. Tapi, Ennik akan ikut bersamamu..." Rahang Lisa terjatuh. Yang dia inginkan, pergi seorang diri bukan membawa seorang penjaga bersamanya.

"Astaga, Phi. Aku tidak butuh orang untuk menemaniku." Kesal perempuan itu.

Ten mendesah pelan. "Kau baru saja keluar dari rumah sakit, Lisa. Ennik hanya ikut untuk berjaga-jaga..." Ujar si pria tak mau kalah.

"Tapi, aku baik-baik saja. Sungguh!"

"Tidak, Lisa."

"Ayolah... aku bisa pergi sendiri, Phi."

"Pergi dengan Ennik atau tidak pergi sama sekali?"

"FINE! Aku pergi dengan Ennik."

Ten tertawa pelan, pria itu mengusak kasar rambut Lisa sebelum pergi dan bergabung dengan Changmin yang kini sedang sibuk dengan MacBook di pangkuannya.

"Kalau Ennik ikut, bagaimana caranya aku menjalankan rencana?"

✖️✖️✖️✖️✖️

Lisa terbangun saat sinar matahari mulai masuk melalui sela gordennya. Suara kicauan burung yang bersautan mulai terdengar dari balik jendela yang masih tertutup rapat. Lisa kemudian bangkit, membuka lebar gorden dan jendela membiarkan angin segar pagi hari masuk ke kamarnya.

tok tok tok

Suara ketukan membuat Lisa melangkah mendekati pintu dan membukanya. "Ennik? Ada apa?" Tanya perempuan itu saat melihat Ennik berdiri di depan pintu kamarnya.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang