6📨

773 128 10
                                        

"Lisa?" Ucap Ten terkejut saat melihat sang istri berdiri dihadapannya. "Sedang apa kau disini?" Tanya pria itu lagi.

"Harusnya aku yang menanyakan itu padamu, Tuan Lee." Sarkasnya. Kini mereka sedang berada di depan ruangan CEO agensi tempat Lisa bernaung. Tanpa menunggu lama, Lisa menarik kasar lengan suaminya menuju lift.

"Dari mana kau tahu aku ada disini?" Tanya pria itu setelah keduanya berada didalam lift. "Kau sudah makan? Ku dengar makanan di kantin agensi kalian sangat enak." Lanjutnya.

Lisa mendelik tajam, "Kenapa kau bertemu Yang Sajangnim?" Tadinya Lisa ingin menemui Ten dikantornya, tapi saat sampai disana ia justru mendapat informasi tentang kunjungan Ten ke agensinya dari Sana; salah satu asisten Ten yang kebetulan berada di kantor.

"Dari mana kau tahu aku disini?" Ten balik bertanya membuat Lisa mendengus. "Ah, apa kau datang ke kantorku?" Tebak pria itu.

"Kenapa kau malah balik bertanya? Jawab dulu pertanyaanku." Kini keduanya melangkah bersisian begitu keluar dari lift. Lisa membawa suaminya turun ke lantai tiga dan berniat meminjam salah satu ruang meeting disana yang ia yakini sedang kosong.

"Kenapa kau datang ke kantorku?"

"Ya!" Teriak Lisa penuh emosi begitu mereka masuk ke salah satu ruangan. Ia tidak mungkin meneriaki sang suami dilorong karena bisa dipastikan suaranya akan mengundang rasa penasaran karyawan yang sedang berada di lantai itu.

Ten tersentak, "Ya! Kenapa kau berteriak?" Kesalnya. Ia bahkan mengorek lubang telinganya menggunakan jari kelingking.

"Aish. Jawab dulu pertanyaanku!" Geram Lisa menatap tajam sang suami.

Pria itu mendengus, "Ada yang harus aku bicarakan dengan Hyunsuk Hyung." Kata Ten, ia bahkan sudah duduk disalah satu kursi yang berada disana.

"Tentang apa?" Tanya Lisa lagi. "Tentang ini dan itu." Jawab Ten cepat. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jas dan menarikan jari-jarinya diatas layar benda pipih itu.

Kini Lisa yang mendengus, Ten selalu saja seperti ini. "Apa ini ada kaitannya dengan kehamilanku?" Tebaknya. "BINGO!" seru sang suami menjentikkan jarinya.

Lisa meremas kuat rambutnya, rasanya dalam sehari ini ia terlalu banyak mendapat kejutan. Jantungnya lelah, jujur saja. Dengan kasar perempuan itu menjatuhkan bokongnya dikursi yang berada disamping sang suami.

"Apa Sajangnim marah? Sebanyak apa yang kalian bicarakan? Soal Jaehyun—kau tidak memberitahunya, kan?" Tanya Lisa dengan nada tidak sabaran. Ten menghentikan pergerakan jarinya, kemudian ia menoleh pada sang istri. "Kau mengkhawatirkan kekasihmu? Bukannya pria itu menolak untuk bertanggung jawab?" Sarkas pria itu.

Lisa menghela nafasnya. "Jaehyun tidak seperti itu, aku yakin dia hanya terkejut dan butuh waktu untuk berpikir." Jelas Lisa, kini perempuan itu tertunduk memainkan kukunya.

Melihat Lisa bertingkah seperti itu membuat Ten mendecih, "Kenapa kau terdengar sangat yakin? Semoga saja apa yang kau yakini itu benar." Cibir sang suami.

"Aku hanya memberitahu Hyunsuk Hyung soal kehamilanmu. Hyung bahkan tidak bertanya siapa ayah dari anak yang sedang kau kandung, meskipun aku yakin dia mengetahuinya dengan pasti—kau tahu kan sehebat apa CEOmu dalam menutupi skandal artisnya? Sekali pun itu terasa sulit, dia akan melakukan apa saja untuk melindungi kalian." Jelas Ten panjang lebar.

Terbersit rasa bersalah dihati Lisa, jika CEOnya sudah tahu maka cepat atau lambat para member pun akan mengetahui tentang kehamilannya. Bagaimana ini? Dia harus bersikap bagaimana sekarang?

Seakan mengetahui alasan diamnya sang istri, Ten menepuk pundak Lisa pelan. "Jangan takut. Semua akan baik-baik saja." Lisa menoleh, menatap datar sang suami yang terlihat santai. "Kau yakin?" Ragu perempuan itu. "Tentu saja, kau lupa siapa suamimu?" Angkuh Ten, tapi hal itu membuat Lisa tersenyum tipis.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang