16📨

588 112 28
                                    

Warning 21+ ⚠️

Deringan ponsel yang terdengar menghentikan Rose dari aktifitas menyantap sarapannya. Dengan roti yang berada diantara deretan giginya, perempuan itu bangkit dan berjalan menuju kamar untuk mengambil si benda pipih yang masih terus berdering.

Roti yang masih tersisa setengah terlepas begitu saja dari gigitan saat Rose membaca nama yang tertera dilayar ponsel. Ia terlalu terkejut, ini merupakan kejadian langkah yang bisa saja ia jadikan sebagai hari yang bersejarah. Demi memastikan kalau yang terjadi bukan mimpi, ia bahkan mencubit kuat lengannya yang membuat perempuan itu meringis kesakitan kemudian.

"Halo?" Sapanya ragu-ragu.

"Dimana?" Kembali mendengar suara orang di seberang sana membuat hati Rose mendesir.

"Aku di apartemen."

"Ada yang ingin aku bicarakan."

Dahi perempuan itu semakin berlipat, "Apa terjadi sesuatu?" Bingungnya.

"Aku kesana. Tunggulah sebentar."

"Tapi—" Belum selesai si perempuan menyelesaikan kalimatnya, panggilan itu sudah terputus secara sepihak.

Rose menatap nanar layar ponsel yang sudah meredup. Jantungnya masih bertalu dengan cepat, sebenarnya ada apa? Tidak biasanya orang itu akan menghubunginya duluan. Akhirnya Rose memutuskan untuk menunggu dan segera menghubungi Taehee, meminta manajernya itu untuk langsung menjemput Lisa sekaligus memberitahu kalau ia akan sedikit terlambat sampai di agensi.

Sembari menunggu, perempuan itu membersihkan remahan roti di lantai juga mulutnya. Ia bahkan berlari ke meja makan, merapikan selai juga roti yang berserak. Memeriksa persediaan bahan di kabinet dapur dan juga kulkas, siapa tahu orang yang sedang ditunggunya ingin memakan sesuatu sebelum ia pergi nanti. Rasanya Rose sungguh tidak sabar.

Bel apartemen perempuan itu berbunyi setengah jam kemudian. Rose bahkan sudah mengganti pakaiannya, ia kini memakai dress selutut berwarna pastel dengan motif bunga dibeberapa sisinya. Terlihat manis dan juga sangat cocok dengan lekuk tubuhnya. Perempuan itu melangkah buru-buru menuju pintu, tak lupa ia memeriksa kembali penampilannya pada kaca yang berada di ruang tamu sebelum membuka pintu.

Rose menampilkan senyum terbaiknya untuk menyambut sang tamu. Tapi, begitu pintu itu terbuka senyuman diwajah Rose pun perlahan memudar. Orang yang muncul di hadapannya tampak berantakan dan tidak baik-baik saja.

"Jaehyun..." Lirihnya nyaris berbisik.

Si pemilik nama menatap datar perempuan cantik didepannya. "Boleh aku masuk?"

Rose nampak gelagapan, ia mengangguk dan mundur selangkah membuka lebar pintu mempersilahkan Jaehyun untuk masuk. Ia sempat terdiam beberapa saat meski pintu unitnya sudah tertutup. Pikirannya berkecamuk memikirkan hal apa yang akan dibicarakan Jaehyun sampai pria itu mendatanginya ke apartemen.

"Duduklah." Suruh Rose saat bergabung di ruang tamu dan melihat Jaehyun hanya berdiri sembari menunduk. "Ingin ku buatkan sesuatu?" Tanyanya lagi saat Jaehyun membalas tatapannya dengan intens.

"A—aku akan membuatkanmu minum." Kata Rose yang langsung menghilang menuju dapur. Ditatap sedemikian intens oleh Jaehyun benar-benar nyaris membuat Rose kehilangan akal sehatnya. Dan kabur adalah pilihan yang sangat tepat untuk saat ini.

Rose berusaha menetralkan debaran jantungnya. Kehadiran Jaehyun benar-benar sebuah kejutan yang tak pernah ia duga. Rose menghembuskan nafasnya panjang, ia harus bisa mengontrol diri. Sangat tidak lucu kalau ia mendadak pingsan hanya karena tatapan Jaehyun.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang