"Aku tinggal disini?!"
Tentu saja Lisa terkejut. Tadi saat jam makan siang Ten datang, awalnya Lisa pikir pria itu datang untuk menjemputnya dan mereka akan kembali ke apartemen bersama. Tapi, perkiraan perempuan itu salah besar. Ten justru memintanya untuk menetap di rumah yang berpenghuni banyak ini.
"Hanya untuk sementara, Lisa. Bukan untuk selamanya." Balas si pria menenangkan kepanikan Lisa.
"Tapi, kenapa?"
"Aku hanya takut kau kesepian..." Ten menjeda sebentar ucapannya. "...kau sedang masa pemulihan, kau juga sedang hiatus dari semua jadwal. Dan ku pikir, kau butuh teman untuk mengusir rasa bosanmu." Jelas pria itu lagi.
Lisa terdiam. Jujur saja, dia sama sekali tidak masalah kalau harus tinggal sendiri di apartemen. Toh, perempuan itu sudah terbiasa. Tapi, melihat Ten sampai melakukan semua ini Lisa benar-benar tak bisa menolak.
"Baiklah. Aku akan tinggal disini."
Ten tersenyum hangat. "Mereka akan menjagamu, kau tidak perlu takut." Lisa menatap lamat sang suami, kalimat itu seperti sebuah pesan dalam yang sengaja diutarakan padanya.
"Hng... apa aku akan tidur sendiri?" Tanya Lisa ragu-ragu.
"Tentu saja. Kenapa? Ingin ku temani?" Gelengan heboh dari Lisa membuat Ten tertawa. "Kenapa pipimu semerah tomat. Apa tebakanku benar?"
Lisa melempar cushion sofa secara brutal pada suaminya. Rasa malu dan kesal bercampur menjadi satu. Ten tertawa puas, Lisa mendengus sebal.
"Bukankah mereka terlihat sangat serasi?" Celetuk Ennik yang sejak tadi berada di kitchen bar bersama Hendery—menyesap honey lime buatan pemuda itu.
Hendery mengangguk setuju. "Tanpa dikatakan pun semua yang melihat bisa tahu bagaimana perasaan Tuan pada istrinya."
Ennik mendelik, "Kau masih memanggilnya dengan sebutan itu?" Hendery mengangguk.
Kemudian Ennik bertanya keberadaan si anak kembar, meskipun faktanya mereka lahir dari rahim yang berbeda. Pemuda itu mengatakan kalau keduanya sedang berada di apartemen Rose mengantar perempuan itu kembali ke tempat tinggalnya.
✖️✖️✖️✖️✖️
Jennie sudah kembali beraktifitas seperti biasa, dia mulai datang ke agensi sekali pun tidak memiliki jadwal. Seperti hari ini, pagi sekali perempuan itu sudah muncul di studio Yoshi."Jaden..." sapa perempuan itu begitu membuka pintu studio. Yoshi berbalik dan sedikit terkejut melihat seniornya berada diambang pintu studio.
"Noona? Masuklah. Kenapa berdiri disana." Suruh si pemuda, dia bahkan bangkit dan menghampiri Jennie yang masih berdiri di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts
FanficTen Lee dan Lalisa... Teman kecil yang akhirnya berubah menjadi teman hidup. Satu keputusan terpaksa yang harus diambil keduanya demi kebebasan masing-masing. Dua manusia berbeda mulai dari keseharian, karir juga kesibukan. Dua manusia berstatus men...