34📨

632 109 8
                                        

Sudah dua jam lebih van itu berada di sana, terparkir di sudut parkiran apartemen berjejer dengan mobil penghuni lainnya. Entah bagaimana mereka bisa masuk, yang jelas kini dua orang yang berada di dalam van sedang menatap waspada disekitaran van mereka.

"Kali ini jangan sampai gagal, atau nyawa kalian taruhannya." Suara dengan nada mengancam itu terdengar jelas dari bluetooth headset yang terpasang di telinga masing-masing. Ravn, si pria berambut hitam menghela nafasnya panjang. Sedangkan Leedo, si pria berambut cepak menepuk kuat pundak rekannya memberi semangat.

"Ayo. Kita selesaikan ini dengan cepat dan pergi dari sini." Ucap Leedo memeriksa kembali isi revolver ditangannya.

Ravn tahu ini bukan pekerjaan yang mudah, pekerjaan kotor yang bahkan menjadikan nyawa sebagai taruhannya. Jika bukan karena adiknya yang membutuhkan biaya pengobatan mungkin Ravn takkan pernah terjun ke dunia hitam ini. Mengingat kembali kondisi sang adik yang drop malam tadi, membuat perasaan Ravn menjadi campur aduk.

"Bukankah kau harus pergi ke rumah sakit? Adikmu pasti sudah menunggu." Perkataan Leedo kembali mengambil fokus Ravn yang sejenak nampak ragu. Pria itu kemudian mengeluarkan revolver jenis webley dari laci dashboar van dan ikut mengecek isinya; terisi penuh.

"Hanya perlu menembak tepat sasaran, kan?" Kata Ravn menatap lurus pada pintu lift basement.

Leedo mengangguk. "Lakukan seperti biasa dan segera pergi dari sini."

Benar. Ravn harus menyelesaikan ini dengan cepat agar bisa segera bertemu dengan adik semata wayangnya.

Keduanya bersiap, Leedo dibalik kemudi dan Ravn bersiaga di sampingnya. Masker dan topi serba hitam nyaris menyembunyikan wajah mereka. Tak lama pintu lift basement terbuka menampilkan seorang perempuan dengan jaket juga jeans melangkah keluar menuju mobil yang terparkir tak jauh dari van mereka.

Perlahan Ravn keluar, berjongkok disamping van dan sesekali melihat guna memastikan jarak tembaknya dengan sang target. Pelatuk sudah ia tarik, hanya dengan sekali tembakan bisa dipastikan peluru miliknya akan menembus kepala perempuan yang kini hanya berjarak lima langkah dari pintu mobil.

Peluru sudah ia lepaskan, suara tembakan terdengar nyaring memenuhi area basement tapi perempuan didepan sana masih berdiri tegak tanpa terluka sedikit pun.

Ravn terjatuh dengan tangan yang berlumuran darah. Revolvernya terlempar entah kemana. Pria itu baru saja terkena tembakan yang ia sendiri tidak tahu dari mana asalnya.

Leedo yang terkejut langsung keluar dari van, namun begitu kakinya menginjak lantai basement saat itu juga ujung pistol seseorang tertempel sempurna di belakang kepalanya. Refleks pria itu mengangkat kedua tangan ke udara, ia belum ingin mati meskipun nyawanya masih belum bisa dikatakan aman.

 Refleks pria itu mengangkat kedua tangan ke udara, ia belum ingin mati meskipun nyawanya masih belum bisa dikatakan aman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Wah, senjata yang sempurna untuk membunuh seseorang." Kata seorang pemuda yang sedang berjongkok mengambil revolver milik Ravn.

"Ku pikir mereka hanya penjahat kelas teri, ternyata senjata yang mereka miliki tidak main-main." Sambung seorang perempuan yang masih menodongkan senjatanya di kepala Leedo.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang