14📨

563 118 19
                                    

Sebuah mobil BMW 320i berwarna hitam terparkir tak jauh dari gedung GY entertaiment. Juyeon si pemilik mobil terus bergerak gelisah sejak Lisa masuk ke dalam gedung agensi beberapa jam yang lalu. Dengan ponsel yang berada ditangannya, ia masih mencoba menghubungi Jaden berharap pemuda itu berada di dalam sana.

Entah mengapa tapi Juyeon seakan memiliki firasat buruk saat ini. Ia terus menggigiti bibir bawahnya, berharap bisa menenangkan si hati yang tak juga berhenti gelisah. Rasanya Juyeon ingin menerobos masuk dan memastikan semuanya, tapi tentu saja tidak semudah itu karena untuk bisa masuk ke sana memerlukan kartu akses.

Haruskah ia menghubungi Ten? Tapi, pesawat yang ditumpangi Ten baru saja lepas landas setengah jam yang lalu. Yang artinya pesawat itu masih mengudara dan belum tiba di bandara Haneda, Tokyo.

Ya. Ten sedang melakukan perjalanan dinasnya ke Tokyo, Jepang.

Juyeon masih memainkan ponsel, masih berharap Jaden segera menjawab panggilannya. Sembari menunggu, matanya terus mengawasi setiap orang yang berlalu lalang melewati agensi. Atap gedung, deretan pepohonan, pengendara motor bahkan pesepeda pun tak luput dari perhatiannya.

Pemuda itu tersentak kaget saat ponselnya berdering nyaring memenuhi seisi mobil. Melihat nama Changmin yang tertera dilayar membuat si pemuda dengan cepat menerima panggilan itu.

"Juyeon!" Teriak Changmin begitu panggilan tersambung. Juyeon yang terkejut langsung menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Ya! Jangan berteriak!" Kesal Juyeon.

"Aku tak bisa mengakses CCTV mereka!"

"Apa maksudmu?" Bingung Juyeon.

"CCTV GY, aku tak bisa mengaksesnya lagi. Tadi saat aku sedang memperhatikan CCTV yang mengarah pada pintu masuk, tiba-tiba saja tampilan layarku menjadi error dan aku ter-log out dengan sendirinya."

"Kau—bagaimana bisa kau ditendang begitu saja?" Kaget Juyeon. Hal itu tentu saja membuat pemuda itu terkejut. Karena faktanya, sejauh ini belum ada satu orang pun yang bisa mengalahkan kelicikan dan keahlian Changmin sebagai hacker.

"Argh! Entahlah! Yang pasti saat ini seseorang sedang berusaha memboikot akses mereka. Bisa-bisanya orang itu menutup jalurku. Sialan!" Geram Changmin diseberang sana.

"Aku akan menghubungi Jaden sekali lagi, kau cobalah untuk terus masuk ke sistem mereka. Gagalkan apa yang sedang mereka lakukan. Kabari aku segera jika kau menemukan sesuatu. Oke?!"

Setelah panggilan itu terputus, Juyeon sekali lagi mencoba menghubungi Jaden. Mulutnya terus bergerak merapalkan deretan kalimat, 'Angkat, Jaden. Ayo angkat.' Berharap mantra itu beguna dan ampuh disaat seperti ini. Entah hanya sebuah kebetulan atau memang memiliki kekuatan terpendam, mantra yang sedari tadi diucapkan Juyeon terkabul dimenit berikutnya.

"Jaden!" Pekik Juyeon lega saat akhirnya panggilan itu berhasil tersambung.

✖️✖️✖️✖️✖️

Yoshi baru saja menyelesaikan latihan saat matahari kembali ke peraduannya sore itu. Dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhnya, si pemuda Jepang mengistirahatkan diri sembari berbaring di pojok ruangan. Nafasnya masih tersengal, bahkan tubuhnya pun masih mengeluarkan hawa panas.

"Yoshi ya..." si pemilik nama mendogak, mendapati Junkyu rekan satu grupnya berdiri tepat disampingnya.

"Ada apa?" Tanya pemuda itu, ia memilih kembali memejamkan matanya.

"Ponselmu berdering sejak tadi, kau tidak mendengarnya?" Ucap pemuda Kim itu menyodorkan ponsel Yoshi yang sengaja ia ambil dari saku jaket pemuda itu.

Helaan nafas panjang terdengar, "Biarkan saja, paling juga ibuku." Balas pemuda itu santai. Ibunya akhir-akhir ini memang sering sekali menghubunginya, menanyakan hal-hal klasik seperti 'kau sudah makan?' 'Jangan lupa vitaminmu.' 'Jangan sampai cedera.' dan lain sebagainya.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang