Jennie merasa gusar saat kembali ke studio dan tidak menemukan Lisa juga Rose. Perasaannya tak enak, entah hanya firasat atau memang sesuatu sedang terjadi. Tanpa berpamitan, Jennie yang mendapat informasi kalau kedua rekannya sedang berada di kantin segera melesat bagai roket.
Dengan ponsel ditangan kanannya, ia masih sibuk mencoba menghubungi Juyeon juga Changmin. Dua pemuda yang merupakan juniornya saat masih bekerja dengan Ten. Namun, berapa kali pun ia mencoba panggilan itu selalu sibuk.
Jennie Kim, merupakan salah satu anak buah Ten yang bekerja cukup lama jauh sebelum akhirnya ia menjadi seorang idol. Perempuan kurang beruntung yang hampir saja menjadi korban perdagangan manusia jika saja Ten tidak menyelamatkannya.
Sejak saat itu, Jennie memakai nama Ruby sebagai nama lainnya dalam menjalankan tugas. Kini Jennie bukan lagi anak buah Ten, pria itu meminta Jennie untuk fokus menjalani karirnya. Tentu saja hal itu tidak membuat Jennie diam saja dan menurut. Baginya, apa yang sudah Ten lakukan dimasa lalu sampai kapan pun tidak akan bisa ia balas. Oleh karena itu, atas inisiatifnya sendiri Jennie selalu mengawasi dan menjaga Lisa dalam diam.
Selama ini dirinya menaruh curiga pada Rose, meskipun perempuan itu dekat dengan Lisa namun ada beberapa hal yang membuat Jennie tidak serta merta bisa percaya pada Rose. Bukan sekali dua kali Jennie menemukan Rose menangis sembari memaki Lisa, ibarat kiasan; Rose bagai serigala berbulu domba jika berdekatan dengan Lisa.
Masih dengan kepanikan yang menyerang, Jennie memilih menggunakan tangga dari pada lift. Mulutnya terus merapalkan doa, berharap tidak terjadi apa-apa dengan Lisa. Kalau sampai hal buruk terjadi, ia akan bisa membunuh dirinya sendiri karena merasa gagal.
Begitu sampai di kantin, ia menelisik seluruh ruangan dan tidak menemukan dua rekannya. Tanpa menunggu lama, perempuan itu segera memeriksa satu persatu private room yang berada disana. Jantungnya nyaris berhenti berdetak saat membuka kasar pintu private room yang berada di sudut ruangan.
Jennie melihat Lisa sudah tergeletak dengan darah yang membanjiri lantai dan juga Rose yang masih terdiam berdiri tak jauh dari Lisa. Menyadari kehadiran seseorang, Rose berbalik dan memasang wajah sendunya.
Dengan wajah memerah, Jennie melangkah cepat menghampiri Rose dan tanpa berkata perempuan itu langsung melayangkan satu pukulan tepat dirahang Rose. Pukulan yang tidak diantisipasi itu membuat Rose limbung, ia jatuh terduduk sembari memegangi rahangnya yang terasa bergeser.
"Eonni..." Lirih Rose yang masih terkejut.
"Diam kau, sialan!" Jennie meraih kerah baju Rose, menarik perempuan itu untuk kembali berdiri. "Apa yang sudah kau lakukan pada, Lisa? Hah?!" Teriaknya dengan mata memerah.
Rose mendecih, "Apa ini? Kau sedang bersikap sok pahlawan? Bukankah kau membencinya, Eonni?!" Balas Rose dengan seringainya.
"Tutup mulutmu!" Seru Jennie dengan tatapan tajamnya.
"Sebenarnya peran apa yang sedang kau mainkan? Lisa pantas menerima semua ini, agar dia sadar tidak selamanya yang dia inginkan bisa dia dapatkan." Kata Rose dengan seringai puasnya.
Jennie memerah karena amarah. Cengkraman di kerah Rose semakin menguat, "Jangan harap kau bisa selamat setelah ini, brengsek!" Satu pukulan kembali Jennie layangkan, kali ini pukulan itu berhasil membuat Rose terjatuh menabrak sudut meja. Perempuan itu pingsan seketika dengan luka dalam didahinya.
Nafas Jennie terengah-engah, tubuhnya bergetar melihat Lisa yang tidak bergerak dengan darah yang tergenang disekitarnya. Tepat saat itu, pintu kembali terbuka, menampilkan seorang pemuda yang tertegun dengan sebuah senjata ditangannya.
'Yoshi?'
Jennie membatin. Tentu saja dia mengenal pemuda itu karena mereka berada di agensi yang sama. Tapi, kenapa pemuda itu muncul disini dengan memegang senjata. Apa dia anak buah Ten?

KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts
Fiksi PenggemarTen Lee dan Lalisa... Teman kecil yang akhirnya berubah menjadi teman hidup. Satu keputusan terpaksa yang harus diambil keduanya demi kebebasan masing-masing. Dua manusia berbeda mulai dari keseharian, karir juga kesibukan. Dua manusia berstatus men...