23📨

627 125 14
                                        

Tiga hari kemudian Lisa diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Dengan berbagai jenis obat juga waktu kontrol yang sudah terjadwal, dokter akhirnya mengijinkan perempuan itu untuk pulang. Lisa senang bukan main, hidup di rumah sakit terlalu membosankan baginya. Orang tua Ten juga Lisa sudah kembali ke Thailand setelah perempuan itu meyakinkan mereka kalau dia baik-baik saja sekarang. Meskipun berat hati, akhirnya mereka kembali ke Thailand semalam.

Senyum Lisa merekah begitu melihat Hendery muncul dengan boneka berukuran sedang ditangannya.

"Hendery!" Girang perempuan itu dengan kedua tangan yang digerak-gerakkan ke depan seperti anak kecil.

Pemuda itu melangkah mendekati ranjang Lisa dengan suara kekehan. "Selamat pagi, Nyonya." Sapa Hendery ramah.

"Apa itu buatku?" Tanya Lisa bersemangat, Hendery mengangguk. "Hadiah untuk Nyonya, semoga anda suka." Ucap si pemuda menyerahkan boneka berambut blonde lengkap dengan ikat kepala juga kelinci kecil di tangannya.

Lisa memekik girang, "So cute!!!" Perempuan itu langsung mengelus lembut rambut panjang si boneka, tak lama ia pun mendekapnya penuh sayang.

Lisa memekik girang, "So cute!!!" Perempuan itu langsung mengelus lembut rambut panjang si boneka, tak lama ia pun mendekapnya penuh sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ten ikut tersenyum dari tempat ia duduk, pria itu sejak tadi duduk di sofa sembari membalas beberapa pesan yang masuk ke ponselnya. Semua administrasi Lisa sudah selesai, kini mereka tinggal menunggu Lisa untuk bersiap pulang.

"Noona..." Lirih Lisa. Hendery yang masih berada disamping ranjang Lisa menyatukan kedua alisnya bingung. "Noona... kau harus memanggilku Noona." Lanjut Lisa dengan suara riangnya.

"Ta—tapi Nyonya..." Sahut Hendery yang merasa segan. Bahkan meski dia sudah lama kerja dan dekat dengan Ten, pemuda itu masih tak berani untuk memanggil pria itu dengan akrab. Sangat berbanding terbalik dengan Juyeon juga Changmin, padahal Ten sendiri tak pernah memaksanya untuk berlaku seformal itu.

"Noona!" Tegas Lisa sekali lagi. Hendery menggaruk tengkuknya, merasa bimbang karena rasanya akan sangat aneh. "Kenapa? Kau takut Ten marah?" Tanya perempuan itu. Hendery menggeleng heboh. "Tidak, sama sekali tidak. Hanya saja—"

"Kau terlalu banyak berpikir. Mulai sekarang panggil aku Noona! Ini perintah. Kau tak boleh membantah perintah istri atasanmu, kan? Kata Lisa dengan wajah serius yang dibuat-buat.

"Bukan begitu suamiku?" Tambahnya dengan wajah usil. Hendery langsung berbalik dan melihat Ten hanya mengancungkan jempol tanda setuju tanpa mau repot mengalihkan perhatian dari layar ponselnya.

Pemuda itu menghela nafasnya, "Baik Nyon—Noona." Ralat Hendery cepat saat Lisa membolakan matanya.

Ten tertawa mendengar interaksi keduanya. Lisa si perempuan iseng sudah kembali. Pria itu yakin setelah ini Hendery akan merasa canggung bersikap santai pada istrinya.

"Hyung..." Ten mengalihkan fokusnya dari layar ponsel begitu mendengar suara Changmin diambang pintu. Pemuda itu langsung membungkuk sopan menyapa Lisa saat matanya tak sengaja bersitatap dengan istri sang bos. Meskipun penasaran dengan sosok berkacamata itu, Lisa tetap membalas sapaan itu dengan senyuman ramah.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang