Lisa terbangun ketika mendengar suara berisik dari area dapur, tanpa mencuci muka terlebih dahulu perempuan itu segera keluar dari kamarnya dan memastikan siapa yang membuat kebisingan. Saat mendekati ruang makan, Lisa bisa melihat seseorang sedang berjongkok di depan kulkas dengan sebagian tubuhnya tertutupi pintu kulkas yang terbuka lebar.
'Ten? Dia sudah pulang?' Batinnya. Ia sempat melirik jam yang tergantung di dinding, jam sembilan malam. Entah karena benar-benar sibuk atau sengaja menghindar, Lisa belum bertemu lagi dengan suaminya itu sejak pembicaraan terakhir mereka tiga hari lalu.
Niatnya ingin menyapa, namun yang terjadi adalah Lisa hampir terjatuh karena terkejut saat melihat orang yang berjongkok itu bukan Ten. "Ya! Siapa kau?!" Teriak Lisa heboh. Matanya bergerak liar mencari sesuatu yang sekiranya bisa ia jadikan senjata.
Mendengar suara pekikan yang nyaring membuat orang itu terkejut, ia bahkan jatuh terduduk dengan wajah pucat pasi. Melihat Lisa yang berlari mengambil sesuatu dibalik pintu, membuat orang itu dengan sigap berdiri. "Nyonya! Nyonya! Nyonya!" Teriaknya tak kalah heboh.
Lisa kembali dengan sebuah payung ditangannya, ia bahkan mengangkat tinggi benda itu bersiap mengayunkan satu pukulan kuat. "Nyonya! Saya asisten, Tuan Lee!" Teriak orang itu sekali lagi dengan wajah panik. Ia bahkan mengangkat kedua tangannya, membuat tameng untuk menahan pukulan yang bisa ia terima kapan saja.
Gerakan Lisa terhenti, menurunkan senjatanya dan menatap pria itu dengan seksama. Setelan jas formal, rambut yang tertata rapi dan bau parfum yang menguar membuat Lisa menghela nafasnya lega. Ia melempar asal payung ditangannya, melangkah melewati si pria yang masih menutup kedua mata karena takut. Suara payung yang menghantam lantai membuat pria itu membuka kedua matanya, dan bingung kemudian karena Lisa tidak berada di depannya.
"Nyo—nya?" Panggilnya takut-takut.
"Disini." Sahut Lisa dari dapur. Dengan tergesa pria itu menghampiri sang nyonya, disana Lisa sedang meneguk segelas air. Bukan air dingin, hanya air biasa.
Lisa melirik pria itu dengan ekor mata. "Kau asisten, Ten?" Tanyanya memastikan kembali.
Pria itu membungkuk sopan, "Maaf Nyonya mengejutkan anda. Saya, Hendery. Asisten Tuan Lee, suami anda." ucapnya memperkenalkan diri.
Perempuan itu mengangguk, "Kenapa kau disini? Mana Ten?"
"Tuan sedang berada di Jepang, Nyonya. Dan saya disini untuk mengisi kulkas milik, Tuan. Sebelum berangkat, Tuan Lee meminta saya untuk membeli beberapa makanan." Jelas Hendery.
Lisa terkejut, "Jepang? Sejak kapan?"
"Kemarin, Nyonya."
"Kapan dia kembali?"
"Mungkin besok atau lusa, atau bisa juga lebih lama. Tergantung urusan disana, Nyonya."
"Bukankah kau asistennya? Kenapa kau disini?" Heran Lisa. Tidak mungkin kan suaminya itu pergi sendiri ditambah lagi jika itu terkait dengan perusahaan.
"Ah, itu..." Hendery menggaruk tengkuknya, "...Tuan Lee pergi dengan asisten yang lain." Jelasnya.
perempuan itu mengangkat sebelah alisnya menatap Hendery, "Yang lain?"
"Iya, Nyonya. Saya asisten utama, dan yang pergi bersama Tuan itu asisten kedua; Sana." Jelasnya lagi.
"Sana?" Lisa memiringkan sedikit kepalanya, "Perempuan?"
Hendery mengangguk membenarkan. "Sana Minatozaki." Kata pemuda itu menyebutkan nama lengkap rekan kerjanya.
Mendengar itu, muncul sedikit perasaan tak suka dihati Lisa. Kenapa suaminya itu lebih memilih pergi dengan asisten perempuan disaat dia memiliki asisten pria?
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts
FanfictionTen Lee dan Lalisa... Teman kecil yang akhirnya berubah menjadi teman hidup. Satu keputusan terpaksa yang harus diambil keduanya demi kebebasan masing-masing. Dua manusia berbeda mulai dari keseharian, karir juga kesibukan. Dua manusia berstatus men...