21📨

597 124 10
                                    

Tidak ada satu pun yang tahu kalau Lisa sudah sadar. Bahkan Ten yang nyaris tak pernah meninggalkan ruangan pun tidak menyadari itu. Lisa tersadar saat mendengar suara Ten yang sedang mengobrol dengan seseorang diponselnya.

Susah payah ia berusaha membuka kelopak mata, mencoba beradaptasi dengan cahaya lampu yang bersinar terang. Kepalanya terasa berputar, perutnya terasa kosong bahkan badannya terasa kaku. Sebenarnya sudah berapa lama ia tertidur?

Dari tempatnya Lisa bisa melihat punggung Ten yang sedang berjalan kesana kemari dengan ponsel yang masih tertempel ditelinga. Rahangnya nampak mengeras, wajahnya pun terlihat sangat serius.

Lisa kembali memejamkan mata. Pusing masih menyerang kepalanya. Meski begitu, ia berusaha mengingat kejadian yang sudah ia alami sampai harus dirawat dengan berbagai jenis selang yang menempel pada tubuhnya. Tak butuh waktu lama, karena kini ingatan itu muncul bagai kepingan foto yang sedang diterpajang di depan matanya.

Otak Lisa mengingat semuanya. Dimulai dari Taehee yang menjemputnya di apartemen, melakukan rekaman di studio Teddy, menggoda Rose bersama Jisoo, mengejar Rose yang marah sampai makan bersama di kantin agensi. Lisa bahkan ingat kalau saat itu ia memesan ramen, dan kejadian terakhir yang diingatnya adalah Rose yang hanya berdiri diam tanpa melakukan apapun saat ia terus meminta tolong.

Perempuan itu kemudian memegangi perutnya, merasakan kekosongan disana. Lisa tidak perlu bertanya untuk tahu apa yang sudah terjadi pada janin dalam perutnya. Janin itu mati.

"Dia masih belum sadar, Hyung."

"....."

"Rose? Aku belum bertemu lagi dengannya."

"....."

"Ada Juyeon dan Changmin yang menjaga perempuan itu."

"....."

"Melihatnya saja sudah membuatku muak. Apa yang perempuan itu lakukan pada Lisa sangat keterlauan, Hyung! Lisa sahabatnya!"

Tubuh Lisa menegang mendengar teriakan Ten. Otaknya kembali berpikir dengan keras. Apa maksud dari ucapan Ten barusan?

"Lisa percaya padanya, melebihi rasa percayanya padaku. Bagaimana perempuan itu bisa dengan gampangnya menghilangkan nyawa bayi tak berdosa?"

"....."

"Aku tak masalah bayi itu mati. Toh, bayi itu bukan anakku. Yang jadi masalah disini—Rose hampir saja membunuh Lisa, Hyung."

Deg!

Dada Lisa kembali sesak seakan dihantam bongkahan batu besar. Omong kosong apa yang sedang dilontarkan, Ten? Apa maksudnya Rose hampir saja membunuhnya? Dan lagi, Rose sengaja membunuh bayinya? Lelucon macam apa ini.

✖️✖️✖️✖️✖️

Mungkin karena kelelahan dan belum tidur semalaman, Ten akhirnya tertidur sangat pulas di atas sofa. Pria itu berbaring dengan bantal yang menyangga kepala, tanpa selimut, tanpa berganti pakaian, ia nampak lelap menyusuri pulau mimpi.

Dalam keheningan Lisa berhasil melepas semua selang yang menempel dibadannya. Jarum infus pun ia lepas tanpa merasa kesusahan. Berbekal informasi yang ia dapat dari pembicaran Ten, Rose berada di kamar 201 dan sedang dalam pengawasan.

Mengendap-endap bagai pencuri, Lisa akhirnya berhasil keluar dari ruangan tanpa membangunkan sang suami. Helaan nafas lega ia hembuskan saat berhasil berada diluar ruangan.

Meskipun kakinya terasa tak bertenaga, perutnya terasa seperti disobek-sobek, Lisa tetap memaksakan langkahnya untuk menghampiri Rose. Ia ingin melihat kondisi perempuan itu, ingin memastikan sesuatu dan berharap apa yang didengarnya beberapa jam lalu hanyalah omong kosong belaka.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang