5📨

728 142 5
                                    

"Aku ingin memiliki dua anak nanti."

"Kau ini, masih bocah tapi sudah memikirkan soal anak."

"Memangnya kenapa? Apa yang salah? Hanya memikirkan, bukan membuatnya sekarang juga."

"Ya! Astaga, mulutmu benar-benar."

"Membuat cookies, menyeduh susu, membacakan buku cerita—bukankah itu terdengar menyenangkan?"

"Hmm..."

"Kau harus menjadi paman yang baik untuk mereka nanti, memanjakan mereka seperti anak sendiri! Kau mengerti?"

"Sebelum menghadirkan 'mereka', kau harus mencari ayahnya terlebih dahulu."

"Tentu saja! Dan yang pasti, itu bukan kau Phi."

"Ya. Ya. Ya. Sekarang, cepat selesaikan tugas sekolahmu. Aku harus pergi satu jam lagi."

Ten tersenyum tipis, matanya masih menatap lurus pada langit biru yang terlihat cerah dari balik kaca jendela ruangannya. Untuk sesaat ingatannya berkelana kembali ke waktu dimana ia dan Lisa masih dekat layaknya teman bermain yang selalu menghabiskan waktu bersama.

Lisa berumur 10 tahun sangat menggemaskan dan juga menyebalkan di mata seorang remaja berumur 15 tahun. Gadis kecil itu akan selalu mengetuk pintu kamar Ten tanpa perduli dengan waktu; pagi hari, sore hari atau bahkan malam hari. Entah untuk mengerjakan tugas, berbagi cemilan atau sekedar menonton bersama. Bertahun lamanya mereka berbagi cerita, tangis dan juga tawa.

Ten menghela nafasnya berat, ia tidak menyangka kalau hubungan diantara mereka harus berubah seperti ini. Karena sejak awal pun, tidak ada yang menginginkan hal itu terjadi. Dulu hubungan keduanya terasa dekat dan hangat, layaknya pertemanan murni yang bebas melakukan apa saja. Tapi kini yang terjadi justru sebaliknya. Sekalipun pernikahan itu sudah berjalan selama tiga tahun, hubungan mereka tetap dingin dan juga berjarak.

"Tuan..." Panggilan dari sang asisten membuat Ten menoleh, menatap datar Hendery yang berdiri tidak jauh darinya dengan seorang pemuda disana.

" Panggilan dari sang asisten membuat Ten menoleh, menatap datar Hendery yang berdiri tidak jauh darinya dengan seorang pemuda disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ji Changmin—" Ten menyenderkan badannya ke sandaran kursi. "—apa yang kau bawa?" Tanyanya seolah sudah tahu maksud kedatangan pemuda itu.

Pemuda bernama Changmin itu meletakkan sebuah amplop coklat diatas meja kerja Ten. "Seseorang mengirimkan ini padaku, Hyung." Katanya dengan wajah yang sedikit tidak nyaman.

Ten menyadari itu, ia mengambil amplop dimeja dan menatap si pemuda. "Sepertinya bukan sesuatu yang bagus," Lirihnya sebelum membuka dan mengeluarkan isi amplop itu.

Kedua pemuda disana bisa melihat bagaimana rahang Ten mengeras saat melihat isi amplop yang ia keluarkan. Beberapa lembar foto dengan wajah Lisa yang terlihat jelas sedang bersama seorang pria didalam mobil. Tanpa perlu memastikan pun Ten tahu siapa pria yang sedang berciuman dengan istrinya itu.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang