04. For your sake

5.9K 744 69
                                    


"Lo biasa nya ke perpustakaan umum, kok kemarin nggak ada?" Haechan yang baru saja menghabiskan makanan nya di kantin itu langsung bertanya pada teman di sebelah nya.

"Gue pulang duluan."

"Terus kenapa nggak bilang gue sih? Bisa gue anterin padahal."

"Kemarin bareng Jeno."

"Apa??" Haechan langsung menoleh ke arah Jaemin dan menatapnya.

"Iya, waktu di jalan nggak sengaja ketemu, terus dia nawarin tebengan. Gue udah nolak, cuma di paksa."

Haechan terdiam untuk beberapa detik. Ah, berarti sebelum menjemput Renjun, Jeno terlebih dahulu mengantarkan Jaemin untuk pulang?

"Parah sih Jeno."

"Kenapa emang?" tanya Jaemin.

Haechan menggeleng, "Nggak."

Lalu dua orang siswa yang baru saja masuk ke kantin menyita perhatian Haechan. Lagi, Jeno merangkul Renjun seperti kemarin pagi.

Jaemin sih tidak melihatnya karena sibuk dengan makanan nya.

Bisa dilihat dari sudut mata Haechan, Jaemin sangat anggun ketika sedang makan. Cukup hati-hati dan bersih, tidak terburu-buru seperti dirinya.

Di sebrang sana juga, Jeno tidak sengaja melihat Jaemin yang duduk bersama Haechan. Mata nya hanya terkunci pada sosok Jaemin, tidak sadar bahwa Haechan terus memperhatikan nya sejak tadi.

"Jen? Mau makan apa?"

"Apa aja deh, samain." jawab Jeno yang masih memandang Jaemin dari jarak jauh itu.

Renjun yang melihat itu mengerutkan kening nya, lalu berbalik untuk melihat apa yang membuat Jeno fokus.

Detik itu, manik mata nya bertemu dengan manik mata Haechan yang kini menatapnya sambil tersenyum tipis ke arahnya.

"Udah belum tatap-tatapan nya?"

Refleks Renjun kembali menoleh ke arah Jeno, "A-apa sih, Jen?"

Jeno terkekeh, "Mau aku yang pesen atau kamu?"

"Aku aja deh. Samain kan? Yaudah, tunggu ya." Renjun beranjak dan tidak lama di susul oleh Haechan di sebrang sana.

Jeno melihat nya dan sama sekali tidak berniat untuk mencegah Haechan.

"Mas, es greentea nya satu lagi ya." suara itu membuat Renjun menoleh.

"Haechan?" gumam Renjun saat melihat Haechan tepat di samping nya, tidak ada jarak di antara mereka. Lengan mereka bersentuhan.

"Apa?"

"Jauh-jauh lo! Apaan deket-deket??" Renjun sedikit mendorong tubuh Haechan untuk menjauh.

"Ck." Haechan mendecak, "Udah tau ini juga desak-desakan, wajar kali mepet juga?"

"Ya lo nempel banget kayak lem."

Haechan terkekeh ketika melihat raut wajah Renjun yang tampak kesal. Haechan mengacak-acak rambut Renjun, terlanjur gemas pada laki-laki pendek itu.

Sedangkan Renjun membeku sementara sampai akhirnya memilih untuk menendang tulang kering Haechan.

"AW!"

▪▪▪▪▪

"Elo lagi!!" Renjun berteriak ketika dia baru saja memasuki ruang kesehatan sekolah atau uks itu.

"Apa sih? Dateng-dateng berisik?" seru Haechan.

"Lo ngapain disini?"

"Masih nanya lo? Nih liat!" Haechan mengangkat kaki kanan nya yang tampak di beri obat merah.

"Kaki lo kenapa?"

"Nanya lagi. Lupa lo ini gara-gara siapa?"

"Masa sih gara-gara gue tendang?" Renjun berjalan menghampiri Haechan yang sedang berbaring itu.

"Iya, memar terus kulit nya ke kelopek dikit."

"Coba liat." Renjun memegang kaki kanan Haechan.

Haechan tersenyum ketika Renjun mengusap luka nya dan meniup nya secara perlahan, namun tidak lama kemudian Haechan berteriak karena dengan sengaja Renjun menekan luka nya.

"AWW!! SAKIT!!" Haechan berusaha menahan tangan usil Renjun tapi tenaga anak itu cukup kuat.

"HEH!! JANGAN DI TEKEN!! LO NYIKSA GUE??!"

"RASAIN!! NOH RASAIN!!" Renjun masih terus menekan luka Haechan.

"HUANG RENJUN PLEASE!! SAKIT!!" mata Haechan sudah mengeluarkan air karena menahan sakit.

Namun Renjun tidak menghentikan perbuatan nya sampai Haechan berdiri dan mendorong Renjun ke tembok lalu mengapitnya dengan tubuhnya.

"S-sorry..." ujar Renjun sambil menahan napas, karena wajah Haechan begitu dekat dengan wajahnya.

Haechan tidak bersuara, dia sibuk memperhatikan setiap inci dari wajah mulus Renjun. Sampai tatapan nya terkunci pada bibir Renjun.

"Lo... mau ngapain?" tanya Renjun gugup.

Wajah Haechan semakin maju, dan Renjun pun sudah menutup mata nya.

"TOBAT BRO!!"

"SIALAN!!" umpat Haechan, "Lo kalo masuk uks tuh bersuara kek!"

"Seru bikin lo panik, wkwk." laki-laki bermata sipit itu tertawa tanpa dosa.

Sedangkan Haechan sudah ingin melempar tiang infusan ke wajah remaja bermarga Hwang itu.

"Lanjut aja, nggak akan gue laporin kok." kata Hyunjin.

"Males." kemudian Haechan pergi dari sana.

▪▪▪▪▪

"Lo balik bareng gue." ujar Haechan yang langsung merangkul bahu Renjun. Tidak lama setelah itu, Renjun malah menepis nya.

"Gue balik bareng Jeno."

Haechan memutar bola mata nya, "Lo tau nggak alasan gue ngajak lo balik bareng?"

Renjun hanya menggeleng.

"Tunggu sampe kita nyampe ke parkiran."

Haechan kemudian memimpin jalan Renjun di depan. Saat sampai, Haechan melipat kedua tangan di depan dada.

"Tau kan sekarang alasan nya?"

Renjun terdiam saat melihat Jeno dengan baik nya memasangkan Jaemin helm sambil tersenyum lebar. Setelah itu mereka berdua pergi dari area sekolah.

Haechan melirik Renjun sekilas, menghela napas lalu menarik tubuh laki-laki mungil itu untuk masuk ke pelukan nya.

"Pulang sama gue ya?"












_____

💃💃💃

B.Y.S | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang