06. Not a priority

5.2K 676 111
                                    


Tadinya Haechan ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur, namun urung ketika Jeno mengajaknya bermain basket sebentar sebelum pulang ke habitat masing-masing.

Haechan juga sengaja mengajak Guanlin beserta Hyunjin untuk join dengan permainan nya bersama Jeno.

"Gue jadi wasit aja dah." ujar Hyunjin sambil duduk di lapangan sekolah itu, tidak peduli jika seragam nya itu kotor nantinya.

"Main lah, bang." sahut Guanlin.

"Gue jago nya main bola sepak. Pala lo mau gue sepak nggak, lin?"

"Anjing." umpat Guanlin dengan suara pelan. Dirinya bingung, kenapa selalu jadi bahan bullyan seperti ini.

Haechan bersama Jeno hanya tertawa melihat sikap laknat Hyunjin terhadap Guanlin.

"Siapa tau mau liat kemampuan gue dalam bermain sepak bola gitu."

"Nggak. Makasih." Guanlin mendribling bola basket seraya menjauh dari Hyunjin, disusul oleh Jeno yang sekarang sedang menghadang anak itu.

"Gimana lo sama Jaemin?" tanya Hyunjin pada Haechan.

"Gue kan cuma temenan sama dia."

"Tapi lo nempel mulu sama dia anjir. Gue tunggu lo jadian sama dia ya, abis itu traktir gue."

Kening Haechan berkerut, "Doi lo kapan peka noh!!"

"Masih bocah, wajar, masih polos."

"Udah legal dia, goblok!"

"Santai dong babi!"

Haechan berlari ketika Hyunjin melepas sepatu nya dan hendak melemparkan nya ke arahnya. Hyunjin bertekad ingin melempar Haechan dengan sepatunya.

Remaja itu bangkit, mengejar Haechan dan melemparkan sepatu nya.

BUG

"AWW!!"

Bukan.

Itu bukan suara ringisan Haechan. Itu suara remaja yang baru saja lewat di tepi lapangan.

Haechan berlari menghampiri remaja itu, memeluk kepala nya dan mengusap-usap bagian yang terkena lemparan sepatu Hyunjin tadi.

"Sakit nggak?" tanya Haechan.

"Sakit lah anjing, pening nih pala gue."

Haechan terkekeh dan kembali mengusap-usap kepala Renjun yang kini tengah bersandar di dada nya.

"Ekhem!" Jeno berdehem.

"Oh iya sorry. Lupa kalo ada pawang nya." dengan segera Haechan mendorong tubuh Renjun agar menjauh. Tapi dorongan Haechan terlalu kencang sampai membuat Renjun terjengkang.

"Bangsat!" umpat Renjun.

Jeno menghampiri Renjun, membantu nya untuk berdiri. Jeno menepuk-nepuk seragam bagian belakang Renjun yang tampak kotor.

"Sialan lu!"

"Maaf, khilaf tadi."

"Kamu mau ke uks?" tanya Jeno.

"Ngapain?"

"Ya siapa tau kepala kamu bocor gara-gara di lempar sepatu sama Hyunjin."

"NGGAK SENGAJA BANG!" sahut Hyunjin.

"Lo sih maen lempar aja!" Haechan menggeplak kepala bagian belakang Hyunjin.

"Asyik juga ya jadi kang nyimak orang gelut." suara Guanlin yang setelah itu mendapat bogeman dari Haechan dan Hyunjin.

Tidak sadar, jika Jeno dan Renjun sudah menjauh dari lapangan sekolah.

Hyunjin langsung merangkul bahu Haechan yang sedang memperhatikan dua remaja yang pergi dengan tangan bertaut.

"Emang paling bener sama Jaemin, chan."

"Tapi Jaemin suka nya Jeno."

▪▪▪▪▪

"Serius nggak apa-apa nih? Atau mau pulang aja?" tanya Jeno pada Renjun yang tengah menyeruput minuman coklat nya.

"Iya nggak apa-apa kok Jen. Cuma selewat aja sakit nya."

Jeno tersenyum. Tangan nya terulur untuk mengusap kepala Renjun.

"Maaf ya."

Renjun menoleh ke arah Jeno, "Kok minta maaf?"

"Maaf dulu aku pernah nyakitin kamu, ngebiarin kamu kedinginan. Dan dengan tega nya aku ninggalin kamu di tengah hujan."

Renjun meraih tangan Jeno, "Udah lupain aja. Yang penting sekarang aku udah sama kamu, Jen."

"Jeno."

Jeno beserta Renjun menoleh ke sumber suara.

"Jaemin?"

"Gue nyariin lo. Jadi gimana?"

"Oh iya." Jeno menoleh ke arah Renjun, "Aku mau nemenin Jaemin ngedata siswa yang bakal ikut pensi nanti. Nggak apa-apa kan?"

Wajah Renjun seketika berubah menjadi muram, "I-iya, Jen."

"Sama itu... nanti aku nggak bisa anterin kamu pulang juga. Mau anter Jaemin beli alat piket kelas nya."

"Iya, Jen." lagi-lagi Renjun menjawab dengan kata-kata yang sama.

Jeno mengangguk kemudian mengajak Jaemin untuk pergi dari sana.

Renjun menghela napas lalu menunduk, menyembunyikan wajah merah nya, menahan rasa kesal. Lalu pandangan nya memburam, air mata sudah memenuhi pelupuk mata nya.

Sesuatu pun mengejutkan Renjun. Sebuah tangan melingkar di tubuhnya. Renjun tau dia siapa, dengan segera Renjun ikut memeluk orang itu.

Menyembunyikan wajah nya yang kini telah basah di pundak laki-laki itu.

"Di bilangin juga apa." suara Haechan seraya menepuk-nepuk punggung Renjun, "Lepasin Jeno. Baru kayak gini aja lo udah nangis, gimana ntar kalo lo terus perjuangin anak itu? Makin sakit ntar hati lo."

Renjun tidak menjawab sama sekali, lebih memilih untuk terus menangis dan membasahi seragam laki-laki itu.

"Ingusan nggak?" tanya Haechan.

Renjun memukul punggung Haechan, yang dipukul hanya terkekeh pelan.




















_____

Hyuckren?

Nomin?

Noren?

Atau...

Guanren?

:)

B.Y.S | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang