21. Still you

3.9K 472 18
                                        


Sudah istirahat kedua, tetapi Renjun sama sekali belum menemukan Haechan. Apa dia tidak sekolah?

Tapi apa alasan nya dia tidak sekolah? Mungkinkah Haechan benar-benar mendengar perkataan bunda nya?

Renjun tidak bisa membayangkan betapa sakit hati nya Haechan mendengar itu semua. Karena secara tidak langsung, bunda tidak merestui hubungan mereka.

Renjun memang tau trauma bunda nya. Ayah meninggalkan bunda ketika dia menemukan perempuan yang lebih menarik dari bunda nya. Padahal bunda sangat mencintai laki-laki itu.

Tapi haruskah bunda melarang nya bersama Haechan? Bagaimana pun juga bunda nya itu sama sekali tidak berhak untuk melarang nya untuk terus bersama Haechan.

Haechan baik padanya, Renjun harus membalas itu semua.

"Oh. Renjun?"

Renjun mendongak ketika ada seseorang memanggilnya, "Um? J--"

"Iya, gue Jaemin. Boleh ikut duduk?" tanya Jaemin sambil menunjuk kursi kosong di sebelah Renjun.

Renjun hanya mengangguk, lalu Jaemin duduk disamping Renjun.

"Kebetulan kita ketemu disini. Gue mau ngomong sesuatu."

Renjun melirik Jaemin, "Ngomong apa?"

"Gue.. gue bingung sama Jeno. Sekarang dia pacaran sama gue, tapi dia selalu mikirin lo. Segitu cinta nya ya Jeno sama lo?"

Renjun menatap mata Jaemin, kemudian dia tersenyum tipis, "Jeno gak secinta itu sama gue, dia cuma sedikit nyesel karena pernah nyia-nyiain gue."

"Em.. gimana?"

"Dulu gue selalu ngejar laki-laki bernama Jeno itu. Tapi dia gak pernah peduli dan gak lama dia akhirnya sadar kalo gue seserius itu sampe gak mentingin harga diri." Renjun menjeda kalimatnya, "Tapi tetep aja, Jeno tetep orang yang sama. Walau kita udah pacaran tapi dia gak pernah absen buat sakitin hati gue."

Jaemin baru saja mengetahui fakta soal sikap Jeno yang seperti itu. Tapi bagaimana bisa Jeno memberikan perhatian nya 24/7 pada dirinya sendiri?

"Lo bisa bedain mana yang beneran cinta sama yang nggak, Jaem. Nyatanya Jeno lebih cinta sama lo dibanding gue."

"Tapi kenapa dia terus bilang kalo dia selalu kepikiran sama lo?"

Renjun mengangkat bahu acuh, "Gue gak tau."

Jaemin bahu Renjun, "Itu bukan pertama kali nya Jeno selalu laporan gitu ke gue, tapi sering. Inti dari pertemuan kita, gue cuma mau bilang. Lo mau gak balik lagi sama Jeno? Gue tau Jeno pasti nyesel, tapi lo gak mau gitu kasih kesempatan lagi buat Jeno? Gue rasa, kali ini dia bener-bener cinta sama lo."

Renjun terdiam untuk beberapa detik kemudian menyingkirkan tangan Jaemin dari bahu nya. Renjun pun menggeleng.

"Gak bisa, Jaem. Gue udah punya Haechan. Gue ngerasa lebih baik pas sama Haechan, gue ngerasa lebih bahagia sama Haechan dibanding sama Jeno."

Tatapan Jaemin menjadi turun.

Renjun menghela napas, "Daripada lo putus asa kayak gini, mending lo bantu Jeno move on dari gue. Kalo lo emang sayang juga sama Jeno, harusnya lo bikin Jeno lupa sama masa lalu nya."

Jaemin tidak merespon sama sekali.

"Tenang aja. Gue dukung lo sama Jeno kok, dan emang dari awal udah kayak gitu walau kadang gak rela dikit. Tapi santai aja, sampe kapanpun gue gak bakal balik lagi sama Jeno."

▪▪▪▪▪

Nomor Haechan pun tidak bisa dihubungi. Tadi Renjun sempat melihat daftar absen kelas Haechan, dan laki-laki itu hadir di sekolah.

Tapi mengapa mereka tidak bertemu? Apa Haechan sengaja untuk tidak menemuinya?

Renjun sudah menggerutu sejak tadi, menghentak-hentakkan kaki nya ke lantai. Renjun memilih untuk melupakan itu semua. Mungkin hari ini Haechan memang tidak mau bertemu dengan nya. Baiklah, besok juga mereka akan bertemu.

Remaja itu pun melangkah untuk pergi ke perpustakaan.

Sebelum masuk kesana, Renjun harus membuka sepatunya. Dia pun masuk ke dalam dan mengitari rak buku untuk mencari buku yang menarik dibaca.

Dan dia menemukan nya, tapi itu tinggi sekali. Yah, kalian tau tinggi badan Renjun. Tapi keberuntungan datang padanya, seseorang dengan baik hati mengambilkan nya.

"Jeno?"

"Em.. hai." sapa Jeno sambil tersenyum, walau dia sama sekali tidak mau melakukan itu.

Mereka saling pandang cukup lama. Tapi Renjun langsung tersadar ketika ada sebuah tangan merangkul bahu nya.

"Jangan di pantengin gitu dong. Pacar orang. Ayo sayang." ajaknya.

Renjun hanya pasrah ketika dirinya di bawa oleh Haechan keluar dari perpustakaan.

Diluar, Renjun langsung mendorong tubuh Haechan untuk menjauh.

"Kemana aja sih?? Sengaja ngehindar ya? Padahal dari tadi aku nyariin, aku kira kamu emang gak mau ketemu aku. Kenapa? Kamu marah? Ngomong!!" Renjun yang awalnya menatap lantai langsung melihat ke arah Haechan yang sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Ngapain senyum-senyum??" sewot Renjun.

"Lucu banget kalo lagi ngomel. Mau aku sosor, tapi masih di sekolah."

Renjun langsung salah tingkah oleh kata-kata, "Tau ah!"

Renjun hendak pergi tapi Haechan dengan segera menarik tangan Renjun, lalu memeluk tubuh remaja itu.

Tentu saja Renjun membalas pelukan Haechan, "Kangen."

Haechan terkekeh, "Tenang aja. Aku gak kemana-mana. Kamu gak usah takut atau khawatir. Marah kenapa sih? Aku gak bisa marah sama kamu sebenernya."

Haechan mengelus rambut Renjun, "Inget ya, cuma kamu dan bakal terus kamu yang ada di hati aku."

Ketika mereka sedang asyik berpelukan, seseorang dengan paksa memisahkan mereka.

"Lo berdua teletubis yak? Enak banget pelukan. Dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak."

"Bacot Hyunjin."

▪▪▪▪▪


































Teletubis :)

Teletubis :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
B.Y.S | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang