Masih di tempat yang sama, kamar Haechan. Langit sudah kembali cerah, jam menunjukkan pukul satu siang tetapi mereka berdua enggan keluar dari kamar untuk sekedar jalan-jalan.Keduanya tengah bermain ponsel, Haechan menyandarkan kepala nya di bahu Renjun. Sedangkan Renjun sedikit bersandar pada dipan kasur itu.
"Chan." panggil Renjun.
"Hm? Kenapa?" gumam Haechan.
"Nanti anterin aku pulang ya. Aku harus pulang, bunda pasti nyariin."
"Iya, nanti sore aja ya? Soalnya aku masih mau sama kamu."
"Manja banget dih."
"Biarin kan pacar sendiri." Haechan menaruh ponsel nya lalu memeluk tubuh Renjun dengan kepala yang kini bersandar di dada remaja itu.
"Aku sayang banget banget sama kamu Ren."
"Chan, aku bosen denger kamu ngomong gitu terus. Iya aku tau chan, kamu emang bucin akut ya sama aku?"
Haechan terkekeh, tadinya Haechan ingin mencium pipi Renjun tapi remaja itu malah menghindar. Haechan menatap Renjun begitupun sebaliknya.
"Nyosor mulu kayak soang, heran banget." kata Renjun.
Haechan mengerucutkan bibirnya, "Seru tau isengin kamu."
Renjun menggeleng-gelengkan kepala lalu sekilas mengecup bibir Haechan.
"Udah ya. Ayo, aku mau pulang." Renjun bangkit dari kasur untuk mengambil tas nya.
"Yah..." Haechan menghela napas, "Iya deh."
Haechan mengambil dua jaket dari lemari, satu untuknya satu untuk Renjun. Haechan menghampiri Renjun untuk memakaikan nya jaket.
"Pake ya. Ini jaket yang waktu itu, simpen aja di kamu." ujar Haechan seraya meresleting jaketnya.
"Nggak apa-apa emang?"
"Iya, aku yakin kamu nggak bakal buang jaket ini."
"Nggak akan dibuang sih, paling aku sobek-sobek."
"Yaampun, gini amat punya pacar." Haechan mencubit kedua pipi Renjun.
Mereka akhirnya pergi keluar, sebelum benar-benar pergi Renjun berpamitan pada adik perempuan Haechan.
Haerim sangat menyayangkan pamitnya Renjun untuk pulang. Walau tak sering berinteraksi, rasanya akan ada yang hilang setelah ini.
"Pegangan ya, kalo bisa ku borgol sih tangan kamu Ren."
"Lebay banget sih."
Haechan terkekeh kemudian melajukan motornya, meninggalkan halaman rumah.
▪▪▪▪▪
"Jajan dulu yuk." ajak Haechan seraya membuka helm nya.
Haechan sengaja memberhentikan motornya di depan-- lebih tepatnya di sebrang minimarket.
"Boleh deh, sekalian ngestock di rumah."
Haechan mengangguk lalu menarik tangan Renjun untuk dia genggam, mereka akan menyebrang. Haechan sedang tidak modus, tenang saja.
Mereka masuk ke dalam minimarket itu. Mereka berdua berpencar untuk mengambil kebutuhan mereka masing-masing, setelah selesai mereka pun mengantri di kasir. Em, sebenarnya hanya Renjun yang mengantri.
Haechan sudah lebih dulu keluar, katanya dia mau membeli sesuatu. Entah apa, Renjun tidak tahu.
Akhirnya selesai, Renjun lebih baik duduk di depan minimarket sambil menunggu Haechan kembali. Namun, di tempat duduk itu sudah ada seseorang yang sangat familiar baginya.
"Jeno?"
Laki-laki bertopi yang sedang bermain ponsel itu lalu mendongak, "Renjun?"
Renjun perlahan mendaratkan bokong nya di kursi. Dia sedikit merapikan rambutnya lalu terdiam.
"How?"
"Hm? Apa Jen?" tanya Renjun balik.
"Gimana... sama Haechan? Pasti lebih bahagia sama dia kan?" ujar Jeno sambil tersenyum.
Renjun mengangguk, dia tak bisa berbohong karna memang nyatanya dia lebih bahagia bersama Haechan.
"Iya, jauh lebih bahagia." jawab Renjun tanpa memperdulikan perasaan Jeno, "Kamu juga gimana sama Jaemin?"
"Bahagia juga, tapi gak lebih dari bahagia. Sederhana aja." setelah Jeno berkata seperti itu mereka berdua kembali terdiam.
"I miss you."
Renjun menoleh ke arah laki-laki itu, "Mmm..."
"Rasanya masih gak rela ngelepas kamu buat orang lain. Aku egois kalo harus tetep pertahanin kamu sedangkan aku juga suka sama orang lain. Tapi dengan aku bicara gini, aku masih ngerasa egois sebab jauh dari pikiran aku kalo aku masih mau kamu Ren." Jeno menunduk.
Lega setelah Jeno berkata seperti itu, tapi dia juga salah telah berkata begitu pada orang yang sudah menjadi hak milik orang lain.
"Jeno, kalo kamu mau aku jujur, aku juga gak jauh beda dari kamu. Tapi ternyata dengan kita pisah, itu gak memperburuk semuanya, Jen. Masing-masing dari kita udah dapet kebahagiaan nya sendiri-sendiri, adil kan?"
Jeno hanya mengangguk tanpa berkata sepatah kata pun. Renjun lalu mengelus bahu Jeno.
"Ini semua masih awal buat kamu, kamu sama Jaemin. Aku yakin kok Jaemin punya caranya sendiri buat bahagiain kamu, begitupun kamu ke dia." Renjun sangat paham, mereka dua orang yang baru saja kenal dan dipaksa oleh perasaan masing-masing.
Mereka terlalu terburu-buru.
"Aku boleh peluk kamu buat terakhir kali nya?" pinta Jeno.
Awalnya Renjun ragu, tapi akhirnya dia mengangguk. Apapun masalahnya, pelukan adalah solusinya.
▪▪▪▪▪
Tenang Hyuckren gak akan karam kok TT
KAMU SEDANG MEMBACA
B.Y.S | Hyuckren
Fanfiction❝ I always by your side.❞ ft. Nomin • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2021