Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hujan masih belum reda sejak tadi, Renjun sudah sangat gelisah karna hari mulai gelap sedangkan dia masih terjebak di rumah Haechan.
"Kamu kenapa?" tanya Haechan seraya mengusap rambut remaja itu.
Kaki Renjun tak bisa diam, dia benar-benar cemas. Bagaimana jika bunda nya mencari nya?
"Chan, duh... hujan kapan reda ya?"
"Kenapa hm? Mau pulang?" Haechan menyelipkan rambut Renjun yang agak panjang itu di belakang telinga.
"Iya, nanti kalo bunda cari aku gimana?"
"Dia pasti ngerti kok kalo lagi hujan gini."
Renjun menghembuskan napas nya kasar, suasana hati nya tiba-tiba menjadi tidak enak. Walau sepertinya tidak ada hal buruk yang berkaitan dengan nya.
"Renjun sini." ajak Haechan yang sudah merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Renjun menurut dan ikut tidur disamping Haechan, remaja Lee itu kemudian memeluk tubuh Renjun dari samping.
"Gemes banget!!" saking gemas nya Haechan memeluk tubuh Renjun sangat erat.
"Chan aku sesek!!"
Haechan buru-buru melonggarkan pelukan nya dan terkekeh pelan.
"Kenapa sih chan?" tanya Renjun yang telah mengubah posisi nya jadi duduk, menatap Haechan yang masih setia tiduran itu.
Haechan tersenyum melihat Renjun, "Gemes, lucu banget sih ren? Jadi pengen kumakan."
Renjun memutar bola mata nya. Lalu entah sejak kapan, Haechan berada di depan nya lalu mendorong tubuh Renjun sedikit kasar sampai remaja itu kembali tiduran.
"Haechan!" teriak Renjun.
Haechan lalu memposisikan tubuhnya diatas tubuh Renjun, mengungkung tubuh remaja itu.
Perlahan Haechan mendekatkan wajah nya ke wajah Renjun lalu mengecup bibir remaja itu. Renjun tidak menolak malah rasanya dia suka sekali ketika mereka seperti ini.
Renjun melingkarkan tangan nya di leher Haechan. Bibir mereka yang awalnya hanya menempel akhirnya bergerak, saling mengecup bergiliran.
Tiba-tiba rasa cemas itu hilang dengan sendirinya, sekarang yang ada di pikiran Renjun hanyalah, bagaimana agar ini semua tak pernah berakhir? Renjun ingin seperti ini terus.
Jari-jari Haechan mulai merayap diatas tubuh remaja itu, perlahan membuka satu persatu kancing seragam Renjun.
Karna pegal, Haechan sementara melepas ciuman mereka dan sekarang dia menatap tubuh Renjun yang begitu putih dan mulus. Haechan tersenyum miring, kini dirinya mendaratkan bibirnya di leher remaja itu. Sedikit menggigitnya agar meninggalkan bekas disana.
"H.. Hae... Haechan..." ah sial sekali Renjun tak bisa menahan nya.
Haechan kembali tersenyum ketika Renjun menyebut namanya dengan nada suara seperti itu.
"Chan... besok sekolah. Nanti keliatan."
Haechan pun menatap laki-laki di bawahnya, tangannya lalu mengusap dahi Renjun yang berkeringat.
"Nggak usah sekolah." Haechan terkekeh, "Aku mau kita gini sampe besok."
Mata Renjun membulat, "Kamu gila ya c--"
Haechan memilih membungkam bibir Renjun dengan bibirnya, dia sedang tidak mau mendengar omelan kekasihnya itu. Sangat menganggu indra pendengaran nya.
Kini mereka pun kembali hanyut pada situasi sebelumnya, Renjun juga semakin menikmati perlakuan Haechan pada nya.
▪▪▪▪▪
Renjun berdiri di depan wastapel tepat di hadapan cermin. Dia menatap leher sampai dada nya yang penuh bekas merah akibat perbuatan si kurang ajar Lee Haechan.
Karna kejadian semalam, Renjun tidak jadi pulang dan akhirnya menginap di rumah Haechan. Ah sang tuan rumah pun sama sekali belum bangun, dia masih asyik memeluk guling dengan tubuh yang sudah tidak memakai baju, seperti dirinya.
Sepertinya yang kurang ajar disini bukan hanya Haechan, tapi dirinya juga. Tidak sedikit bekas merah di leher Haechan akibat perbuatan Renjun. Itu adil namanya.
Renjun menghampiri Haechan dan kembali tidur di samping laki-laki itu. Menatap Haechan yang masih setia memejamkan mata.
"Haechan.." panggil Renjun yang nyaris terdengar berbisik.
"Hm?" gumam Haechan yang kemudian membuka mata, setelah itu dia tersenyum mendapati pemandangan indah di pagi hari yang masih menyisakkan beberapa butiran air dari langit.
"Bangun, dah pagi."
Haechan menganggukan kepala nya, perlahan dia mendekat ke arah Renjun. Memeluk tubuh remaja itu lalu menyembunyikan wajahnya di dada Renjun.
Jelas saja Renjun terkejut disisi lain dia merasa gemas karna perilaku Haechan yang tiba-tiba seperti bayi, manja sekali.
Renjun ikut memeluk Haechan, mengusap-usap rambut laki-laki itu penuh kasih sayang.
"Renjunnie." panggil Haechan dengan suara serak nya.
"Iya?"
"Jangan tinggalin aku ya?"
Renjun tertawa pelan, "Iya, aku nggak akan tinggalin kamu chan."