Setelah hampir 5 jam mereka habiskan hanya untuk merapikan semua barang dan membersihkan rumah, akhirnya Haechan dan Renjun bisa mengistirahatkan rasa penat mereka.
Renjun yang baru saja mau duduk tidak jadi sebab Haechan tiba-tiba memeluknya.
"Yaampun, chan. Aku mau istirahat."
"Kamu tau gak sih? Kalo aku peluk kamu tuh rasanya capek aku ilang gitu aja."
Renjun menggeleng-gelengkan kepala nya lalu memeluk leher Haechan. Tidak lama Haechan menjauhkan dirinya dan mengelus rambut Renjun.
"Istirahat aja gih. Sisa nya biar aku yang kerjain."
"Gak apa-apa?"
"Iya, sana istirahat."
"Oke." Renjun berjalan meninggalkan Haechan untuk pergi ke kamar. Sedangkan Haechan menuju dapur untuk mencuci lap yang tadi mereka pakai dan itu sangat kotor.
Rumah mereka biasa saja, hanya rumah sederhana yang cukup untuk 1 sampai 10 orang. Haechan juga sengaja tidak membeli rumah tingkat, karna tidak akan berguna sebab penghuni nya hanya dia dan Renjun.
Setelah mencuci beberapa lap kotor kemudian menjemurnya di halaman belakang, Haechan kembali ke dapur untuk membuat teh hangat. Haechan tau bahwa Renjun sangat menyukai teh.
Bukan hanya karna aroma nya yang wangi, tetapi juga teh bisa dibilang sebagai obat.
Selesai membuat 2 gelas teh, Haechan pun menuju ke kamar. Lalu dirinya menyimpan gelas teh itu diatas meja.
Haechan duduk di ujung ranjang, tangan nya terulur untuk mengelus rambut Renjun yang tengah terlelap itu.
Bibirnya tersenyum tapi tidak lama ekspresi nya berubah menjadi muram.
Entah kenapa, Haechan hanya takut. Walau Renjun sekarang sudah bersama nya, tapi konflik masih belum berakhir kan? Tidak mungkin setelah ini hidup kedua nya semulus jalan tol. Lika-liku perjalanan hidup mereka masih ada.
Haechan kini menatap tangan nya yang sudah di genggam oleh Renjun.
"Kamu bangun?" tanya Haechan, "Yah, maaf yah. Aku bangunin kamu."
Renjun bangun lalu mengubah posisi nya jadi duduk. Renjun menatap wajah Haechan sebentar, dia pun menangkup kedua pipi Haechan.
"Kamu kenapa? Kok kayak murung gitu sih?" tanya Renjun.
Haechan memegang tangan Renjun yang sedang menangkup pipi nya, "Meski kamu sekarang udah sama aku, tapi aku masih ngerasa takut nantinya--"
"Sstt... chan." Renjun sedikit menarik tangan nya dan otomatis wajah Haechan jaraknya dekat dengan wajah Renjun. Remaja Huang itu menatap kedua mata Haechan bergantian, "Aku juga masih ngerasa takut chan, but hey, kita udah bareng-bareng gini chan. Gak bakal ada kata pisah lagi di kehidupan kita."
Haechan menurunkan pandangan nya. Biasa nya dirinya lah yang suka mengatakan sesuatu yang membuat hati Renjun tersentuh, tapi kini sebaliknya.
"Chan, besok, aku bakal terus sama kamu, atau selama nya. Iya, besok dan selama nya kita bakal terus bersama."
Haechan bukan tipe orang yang gampang menangis, dia tidak seperti Renjun pada umumnya yang mudah menangis. Tapi kali ini dia benar-benar terharu dan sekaligus bersyukur atas pilihan nya, Huang Renjun.
Kemudian Renjun mengecup bibir Haechan cukup lama, setelah itu dia menepuk pelan puncak kepala Haechan.
"Aku gak pernah liat kamu nangis, tapi sekali nya nangis aku jadi pengen ikutan. Tenang, aku gak bakal ngeledek kok."
Haechan terkekeh lalu mengusap air mata nya dengan lengan baju nya.
"Kamu jangan ikutan nangis, aku gak suka liat kamu nangis." Haechan meraih kedua tangan Renjun, "Jangan dilepas ya cincin nya? Sampe mati juga gak apa-apa ini cincin gak dilepas."
Renjun mengangguk walau kalimat terakhir Haechan terdengar konyol di telinga nya, tapi tak apa, Renjun akan melakukan apa yang Haechan inginkan pada dirinya.
"Love you." ucap Haechan.
"Basi ah." Renjun meraih gelas berisi teh itu kemudian meneguk isinya.
▪▪▪▪▪
Hehe
Oke deh, book ini resmi selesai, terima kasih banyak untuk kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
B.Y.S | Hyuckren
Fanfiction❝ I always by your side.❞ ft. Nomin • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2021