Haechan membanting tas nya di atas meja belajar yang ada di kamarnya. Kemudian dia merebahkam tubuhnya di atas kasur dengan posisi terlentang, menatap langit-langit kamarnya sesekali menghela napas."Lo kenapa?" tanya Haerim yang tidak sengaja lewat kamar sang kakak dan masuk ke dalam.
"Nggak apa-apa. Tumben lo nanya gitu?"
Haerim lalu duduk di samping Haechan yang sedang tiduran itu.
"Cerita aja, bang. Anggap gue temen lo, selama ini lo yang selalu dengerin gue curhat. Sekarang giliran lo yang curhat."
"Ngapain juga gue ceritain sesuatu yang bukan hak gue."
"Maksud lo?"
Haechan bangkit dan duduk menghadap ke adik perempuan nya.
"Iya, gue pengen cerita. Tapi kayaknya nggak pantes."
"Cerita aja, nggak apa-apa. Gue dengerin."
"Oke deh." Haechan melipat kaki nya dan meletakkan dagu nya diatas lutut, "Lo tau kan ya cowok kemarin yang ke rumah."
"Kak Renjun kan? Kenapa? Ada apa sama kalian?"
"Udah dari lama gue suka sama dia, cuma gue baru bisa deket sama dia sekarang-sekarang. Tapi disisi lain, dia suka sama orang lain dan mereka sama-sama suka."
Haerim menatap sang kakak dengan kedua halis nya yang naik, "Lo nggak jujur sama dia?"
"Nggak, karna udah telat. Dia udah suka sama orang lain. Tapi si orang itu malah suka nyakitin Renjun. Gue pernah bilang ke Renjun supaya lepasin orang itu, tapi dia nggak mau. Gue juga sadar abis itu, bahwa gue salah udah nyuruh dia kayak gitu. Mungkin susah bagi dia dapetin orang itu, dan pastinya susah juga buat ngelepasin nya gitu aja." jelas Haechan yang kemudian menghela napas panjang.
Haerim membisu untuk beberapa saat, bingung harus merespon apa karna ini tentang perasaan nya kakak nya.
"Mungkin perjuangan abang harus dimulai dari sekarang. Abang bilang kalo kak Renjun disakitin sama orang yang dia suka. Coba deh abang alihin perasaan nya ke abang, dengan itu dia nggak akan ngerasa sakit lagi. Terus lo kalo udah dapetin dia juga jangan sampe disakitin."
"Ntar gue disangka nikung gimana?"
"Nikung? Kayaknya cowok yang disukain kak Renjun bakal seneng karna bisa ngelepas kak Renjun demi orang yang dia suka mungkin?"
Masuk akal. Jeno sedang dekat dengan Jaemin, apa mungkin Jeno juga suka pada Jaemin? Ya, Haechan harus mengalihkan perasaan Renjun padanya.
"Oh ya gue mau nugas ini jadi lupa. Gue keluar dulu ya, bang." Haerim berdiri untuk keluar dari kamar Haechan.
"Thanks ya, dek."
▪▪▪▪▪
"Eittsss! Sini lo!"
Haechan yang baru saja masuk ke gerbang sekolah tiba-tiba kerah seragam nya di tarik oleh Guanlin.
"Paan sih bocah?"
"Kemarin gue denger lo neriakkin orang, lo neriakkin Jeno apa Renjun?"
"Jeno lah!" bohong Haechan.
Guanlin menatap sinis Haechan, "Awas ya lo kalo ngatain Renjun!"
"Suka lo sama Renjun??!"
"Dia bestie terbaik gue ya. Gue nggak mau ada yang ngejelekkin dia. Kalo ada, nggak akan segan-segan deh gue mutilasi badan nya."
"Wih psikopet." Haechan melepas cengkraman Guanlin secara paksa, "Minggir lo! Mau masuk gue."
Haechan berjalan sambil sengaja menyenggol bahu Guanlin.
Di koridor, Haechan melihat Renjun sedang berjalan, sendiri, tanpa Jeno. Tumben?
Tadi nya Haechan ingin memanggil anak itu, namun urung. Dia mempercepat langkahnya, mendahului Renjun.
"Haechan!" panggil Renjun, membuat langkah Haechan terhenti.
"Apa?" jawab Haechan tanpa menoleh.
"Ke kelas?"
"Iya."
"Bareng, boleh?"
Haechan membuang napas kasar, "Ayo."
Renjun tersenyum kemudian berlari untuk berjalan di samping Haechan.
"Lo lagi bete?" tanya Renjun.
"Nggak."
"Terus?"
"Gue suka sama lo." pelan Haechan, saking pelan nya Renjun meminta Haechan untuk mengulangi kata-katanya.
"Apa? Lo ngomong apa? Yang kenceng dong."
"Bukan apa-apa. Lupain aja."
Renjun memajukan bibirnya sebal. Haechan bisa melihat itu dari ujung matanya, tentu saja dia merasa gemas. Tapi dia menahan agar tidak mencubit pipi remaja itu.
"Gue sampe duluan nih." kata Haechan sudah sampai di kelasnya.
"Yahh..."
"Kenapa sih?"
"Anterin gue ke kelas dong."
Perkataan Renjun membuat halis Haechan bertaut, "Kok jadi manja sih?"
Renjun berbalik untuk pergi dari sana. Tidak lama Haechan berjalan di sampingnya.
"Iya gue anterin. Lucu banget sih?"
▪▪▪▪▪
Sudah hampir 15 menit, pandangan Jeno tidak terlepas dari Jaemin yang sedang menghitung jumlah siswa yang akan tampil pensi nanti, hanya angkatan nya saja, tidak semua.
Jaemin tidak sengaja mendapati Jeno yang terus menatapnya, "J-jeno? Lo bengong?"
Jeno tidak menjawab.
Jaemin mengibas-ngibaskan tangan nya di depan wajah Jeno. Akhirnya Jeno sadar dan berkedip beberap saat.
"Ih kok bengong??"
"Iya maaf. Terlalu fokus liatin lo jadi kebablasan bengong."
"Bosen kah? Kalo bosen balik ke kelas aja, nggak apa-apa."
"Nggak deh. Gue pengen nemenin lo disini aja."
Pipi Jaemin bersemu setelah Jeno berkata seperti itu. Dia kembali menulis, namun rasanya tidak bisa fokus karna lagi-lagi Jeno menatapnya.
Selang beberapa detik, Jeno meraih tangan Jaemin yang sedang menulis itu. Jaemin mendongak dan menatap Jeno.
"Kenapa Jen?"
Jeno hanya tersenyum kemudian dengan cepat tangan nya menjauh dari tangan Jaemin ketika secepat kilat sebuah nama terlintas di otak nya.
Renjun.
_____
![](https://img.wattpad.com/cover/259272632-288-k245744.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
B.Y.S | Hyuckren
Hayran Kurgu❝ I always by your side.❞ ft. Nomin • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2021