"Minggir lo!"Guanlin mendorong Mark agar menjauh dari Haechan. Guanlin meraih tangan Haechan untuk dirangkulkan pada lehernya.
"Who are you?"
"Bahasa inggris gue remed. Intinya lo jangan deketin Haechan lagi, dia udah ada yang punya."
Guanlin berjalan sambil menuntun Haechan yang sudau setengah sadar. Tapi Mark menarik jaket Guanlin, jadilah Guanlin berhenti lagi.
"Maksud nya apa ya? Haechan udah ada yang punya? Kamu serius?"
"Gini yah friend. Haechan ini pacar sahabat gue, gue gak mau nantinya sahabat gue sakit hati cuma gara-gara liat Haechan sama lo kayak tadi." kata Guanlin.
Mark berdiri dan berhadapan dengan Guanlin, "Sejak kapan kalo boleh tau?"
"Kepo banget sih bule. Udahlah, suruh siapa ngeghosting terus tiba-tiba balik lagi."
"Saya gak ngeghosting. Saya pernah bilang ke Haechan buat tunggu saya sebentar."
"Sebentar? Lo yakin sebentar?"
Pertanyaan Guanlin membuat Mark terdiam.
"Gue gak peduli sih. Tapi percuma lo pergi tanpa ada kabar sama sekali pas disana, gue bener gak?"
Wow, bahkan Mark terkejut dengan kata-kata Guanlin. Bagaimana dia bisa tau?
"Kamu bener. Ini semua salah saya. Tolong bawa Haechan pulang, ya."
"Emang itu tujuan gue."
Guanlin pun pergi dari sana, meninggalkan Mark dengan perasaan campur aduknya.
▪▪▪▪▪
"Hai."
Renjun yang tengah menopang dagu dengan tangan nya itu langsung menengok. Oh, rupanya Jaemin.
"Juga."
Jaemin tersenyum, "Lo kenapa? Haechan mana?"
"Gak apa-apa. Gak tau dan gak peduli."
Kening Jaemin berkerut, "Kok? Kok gak peduli?"
"Hidup itu gak lengkap ya kalo gak ada konflik."
Jaemin menatap tangan Renjun yang sekarang sedang mengaduk-aduk minuman di depan nya.
"Tanpa konflik kayaknya ada yang kurang, tapi gue benci itu." Renjun lalu menghadap ke arah Jaemin, "Seminggu ini Haechan jadi beda. Dia kayak jauhin gue, padahal awalnya dia gak mau pisah sama gue."
"Haechan kayak gitu pasti ada alesan nya. Gak mungkin dia tiba-tiba gitu dengan alesan yang gak jelas. Coba lo tanya. Tapi gue saranin lo jangan dulu emosi."
Renjun menghela napas, "Kok gue ngerasa nanti gue bakal canggung lagi ya sama Haechan?"
Jaemin menepuk bahu Renjun, "Nggak akan kok."
Sepertinya hati Renjun sudah mulai berdamai dengan Jaemin. Tidak terlalu buruk juga ternyata berbicara dan membagi keluh kesahnya pada laki-laki di depan nya.
"Jaem."
"Ya?"
"Ayo temenan."
Jaemin terkekeh, "Gue udah anggap lo temen gue kok."
▪▪▪▪▪
Renjun berhenti di samping halte, menopang tangan nya dilutut sambil mengatur napas nya. Tadi dia berlari dari kelas menuju halte.
Renjun bisa melihat ada Haechan sedang duduk disana, lalu motornya yang terparkir disamping jalan raya.
Perlahan Renjun mendekati Haechan dan duduk disamping nya.
Haechan lantas menengok, kemudian tersenyum. Renjun membalas tatapan Haechan tanpa senyuman karena dia sedang cemas.
"Haechan."
"Iya?"
"Kamu kenapa sih? Kamu baik-baik aja kan? Kenapa jadi beda?" tanya Renjun.
Bukan nya langsung menjawab, Haechan malah menarik tubuh Renjun untuk dia peluk.
"Aku gak mau kehilangan kamu Ren."
Renjun tidak menjawab, dia hanya akan mendengar apa yang dikatakan Haechan selanjutnya.
"Chan. Gak apa-apa. Harusnya kamu cerita." jeda Renjun, "Aku sedikit kecewa karna tau semuanya dari orang lain, bukan langsung dari kamu."
Haechan perlahan melepas pelukan nya pada Renjun. Laki-laki itu menatap remaja didepan nya dengan rasa bersalah.
"Aku tau kamu pasti lagi bingung kan?" tanya Renjun, "Aku gak tau asal mula nya kalian. Aku cuma tau kalo kalian kemarin main ke club, dan kamu mabuk."
"Maaf." Haechan menunduk kemudian meraih kedua tangan Renjun, "Iya, aku bingung. Dulu, dia bikin aku nyaman. Dia ninggalin aku dan bilang nya pergi sebentar. Tapi ternyata lama, dia juga gak pernah kasih kabar. Aku takut dia kasih harapan lagi ke aku dan nantinya aku takut kalo aku ninggalin kamu."
Renjun menatap Haechan dengan matanya yabg sudah berkaca-kaca.
"Aku udah suruh dia buat jauhin aku. Kenapa? Karena aku cinta sama kamu."
Butiran bening itu berhasil lolos dari mata seorang remaja Huang Renjun. Haechan selalu membuatnya terharu, Haechan selalu berhasil membuatnya jatuh dan jatuh kembali pada laki-laki itu.
"Kalo nanti dia bakal terus ketemu aku, sebisa mungkin aku pertahanin benteng yang udah aku bangun."
"Kamu selalu bikin aku terharu chan." mata berair itu kembali menatap mata Haechan, "Kamu selalu bikin aku bahagia, sedangkan aku gak pernah ngelakuin sesuatu yang bikin kamu bahagia."
"Sshhh.." Haechan mengusap jejak air mata di pipi Renjun, "Kamu cukup ada disisi aku aja, itu udah bikin aku bahagia."
Setelah berkata itu Haechan tersenyum kemudian mengacak rambut Renjun, "Ayo kita pulang. Jangan nangis disini nanti ada yang culik."
Tangisan Renjun semakin menjadi, paniklah Haechan.
▪▪▪▪▪
Scene terakhir itu Renjun cuma becanda kok :)
Maaf ngebosenin nih up terus
KAMU SEDANG MEMBACA
B.Y.S | Hyuckren
Fanfiction❝ I always by your side.❞ ft. Nomin • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2021