"Dasar pakboy sia!!"Jeno yang lewat di sebelah Haechan tiba-tiba menatap remaja itu dengan halis menyatu. Haechan tiba-tiba menyemprot nya dengan sebutan seperti itu.
"Lo kenapa sih?" tanya Jeno.
"Lo yang kenapa Jen!?"
Lagi-lagi Jeno bingung, "Gue? Emang gue kenapa?"
Haechan menatap Jeno dari ujung kaki sampai ke kepala laki-laki itu, dengan ekspresi wajah seperti tidak suka melihat lawan bicara nya di depan.
"Sumpah lo kenapa chan? Nggak biasa nya."
"Cih! Jen, kalo nggak sayang tinggalin aja."
"Apaan sih chan?"
Haechan mengangkat bahu acuh kemudian pergi sambil menggendong tas nya di sebelah tangan.
"Hai chan?"
"Apaan?" ketus Haechan.
"Kok gitu amat jawabnya?" ujar Jaemin, "Ini beneran Haechan temen gue kan?"
Haechan menghela napas, "Kesel gue, berlian seberharga itu malah dia sia-siain."
"Maksud lo apaan? Nggak ngerti."
"Ntar juga lo ngerti." Haechan pun benar-benar pergi kali ini.
Sementara Jaemin menggaruk kepala nya yang sama sekali tidak gatal.
▪▪▪▪▪
Haechan melihat Renjun bersama Guanlin yang sedang duduk di pondok dekat uks sambil membaca buku.
"Lo lagi. Kenapa tiap gue bareng Renjun selalu ada lo?" suara Guanlin.
"Lo punya dendam apa sih sama gue lin?" tanya Haechan yang ikut duduk di sebelah Renjun yang sama sekali tidak bersuara.
"Kagak. Gedeg aja gue sama lo."
"Dih?"
Renjun memutar bola mata, memang bukan momen yang bagus ketika Haechan dan Guanlin bertemu.
"Lo nggak ke kelas??" Renjun bertanya sambil menoleh ke arah Haechan.
"Ntar aja ah, kebetulan ada lo juga disini."
"Emang ada apa sama gue?"
"Lo marah ya sama gue?" Haechan menatap Renjun yang tampak kesal itu, "Gara-gara mau gue cium makanya lo marah?"
"HAH??" teriak Guanlin.
PLAK
Renjun memukul lengan Haechan cukup keras, membuat si oknum meringis kesakitan.
"Apa? Apa barusan kata lo kak?" tanya Guanlin.
"Apa sih lu manggil kakak? Sokap anjir."
Guanlin menyumpah serapahi Haechan di dalam hati. Guanlin tidak akan memperpanjang ini semua, karna pada akhirnya dia akan kalah bicara dangan laki-laki itu.
"Gue nggak marah."
"Terus kenapa muka nya di tekuk gitu?"
Renjun diam tidak menjawab. Haechan menangkup pipi Renjun hingga bibir laki-laki itu maju seperti mulut ikan.
"Pamit ah gua." Guanlin berdiri sambil membawa beberapa buku nya dan meninggalkan Renjun bersama Haechan.
"Nah gitu kek, minggat dari tadi."
Guanlin yang belum jauh itu hanya mengangkat jari tengah nya ke udara.
"Jawab dulu, kenapa muka nya di tekuk gitu?"
"Kenapa pas kemarin lo bawa gue ke parkiran sih? Kenapa nggak lewat belakang sekolah aja?"
Haechan terkekeh, "Lo sih, gue ngajak pulang bareng, ngeyel pengen sama Jeno."
Renjun menunduk sambil memutar-mutar tali ransel milik Haechan.
"Lepasin apa yang harus di lepasin."
Renjun mendongak, menatap Haechan yang sekarang malah memperhatikan tangan nya yang sedang memelintir tali ransel anak itu.
"Ibarat nya lo pegang pisau bagian tajem nya, makin lo pegang makin sakit yang lo rasain. Maka dari itu, lepasin yang seharusnya di lepasin. Paham kan maksud gue?"
"Tapi gue udah nyaman dan sayang banget sama dia."
"Pisau berkarat lebih sakit ngasih luka nya dari pada pisau yang masih baru."
Renjun kembali menunduk dan menghela napas panjang.
Ya, Renjun tidak boleh memaksakan semua nya. Selama ini Jeno tidak memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.
"Terus gue harus gimana?"
"Lepasin Jeno. Sebelum Jeno yang ninggalin lo duluan."
▪▪▪▪▪
Haechan menyeret Jaemin menuju kantin dan sengaja duduk di ujung kantin. Haechan mencegah Jeno untuk bertemu Jaemin, setengah hari ini Jeno selalu bersama dengan Jaemin.
Laki-laki itu membiarkan Jeno bertemu Renjun, dan mengajak nya makan di kantin.
"Lo kenapa sih chan?"
"Diem lu!" ujar Haechan sambil menutup kepala Jaemin dengan kupluk jaket anak itu.
"Gue kan mau makan bareng Jeno, chan. Ntar kalo dia nyariin gue gimana?"
Haechan membuang napas kasar, "Tadi nya mau gue jelasin semua nya ke lo, tapi itu sama aja gue nyakitin hati lo."
"Apa? Nggak mudeng gue, chan."
"Mustahil lo nggak suka sama Jeno, jujur aja."
"Ya emang gue suka sama dia, chan."
Lalu Haechan bungkam ketika Jaemin tanpa berpikir panjang berkata seperti itu di depan nya.
"Kenapa emang sih?" tanya Jaemin lagi.
"Udah diem aja deh."
Kemudian Haechan melihat Jeno bersama Renjun masuk ke dalam kantin. Jika dilihat, Jeno senang-senang saja ketika bersama Renjun.
Perasaan seseorang memang tidak ada yang tau. Namun sudah jelas, akhir-akhir ini Jeno lebih memprioritaskan Jaemin daripada Renjun.
Selama ini tampak Jeno dan Renjun mengobrol seperti biasa, Renjun pun sepertinya baik-baik saja ketika bersama Jeno.
Tetapi setelah itu, Jeno berdiri dan pamit pergi pada Renjun. Entah pergi kemana, Jeno tidak memberi alasan spesifik pada Renjun.
"Gue pergi juga ah, mau nyusul Jeno." ujar Jaemin yang ikut keluar dari kantin.
Tadi nya Haechan ingin menahan anak itu, tapi sudah terlanjur jauh. Haechan lebih memilih untuk menghampiri Renjun.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Haechan.
"Sejauh ini gue baik-baik aja kok. Kayaknya gue nggak bakal lepasin Jeno."
_____
Seru gak sih ini??
KAMU SEDANG MEMBACA
B.Y.S | Hyuckren
Fanfiction❝ I always by your side.❞ ft. Nomin • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2021