"Kamu pake jaket Haechan yang waktu itu ya?" tanya Jeno tiba-tiba ketika hening baru saja mengelilingi mereka."Emm... iya, Jen. Kenapa?"
Jeno tersenyum kemudian menggeleng, "Bahkan aku sama sekali belum pernah pinjemin jaket ke kamu. Terbukti kan kalo aku itu buruk buat kamu?"
"Udah, Jeno. Kamu jangan terlalu menganggap diri kamu buruk, kalo kamu beneran seburuk itu dulu aku gak bakal kejar-kejar kamu."
Jeno menghela napas, percakapan seperti ini sangatlah nyaman bagi Jeno. Rasanya terasa bebas karena mereka sudah tak terikat sebuah hubungan lagi.
Lalu Haechan muncul dari arah kiri minimarket itu.
"Lo? Lo ngapain disini Jen?" halis Haechan menyatu.
"Tenang dulu, chan. Gue gak sengaja kok ketemu Renjun."
"Iya Haechan, kamu jangan salah paham."
Haechan menghela napas, dia mengambil kantong yang berisi beberapa makanan dan barang yang dibeli di minimarket lalu tangan satu nya dia pakai untuk menarik Renjun agar pergi dari sana.
"Chan!" Renjun menghempas tangan Haechan.
"Aku gak suka kamu deket-deket lagi sama Jeno! Setiap dia sakitin kamu, aku selalu ada dan tau. Makanya aku gak bisa lupain kesalahan nya ke kamu, Renjun." Haechan menatap kedua mata Renjun, "Aku gak mau kalo milik aku ada yang sakitin lagi. Cukup Jeno, jangan ada lagi."
Hati Renjun sangat tertegun mendengar perkataan Haechan. Kenapa harus sekarang dia mengenal lebih jauh soal Haechan? Laki-laki itu selalu membuatnya aman dan nyaman.
Sebuah senyuman pun terukir di bibir remaja Huang itu, "Makasih chan."
▪▪▪▪▪
Akhirnya mereka berdua sampai di halaman rumah Renjun. Selalu ada aroma masakan setiap sore, itu tanda nya bunda Renjun sedang memasak.
"Bunda." panggil Renjun.
"Yaampun nak, kamu kemana aja? Bunda khawatir sama kamu."
"Kemarin hujan, Renjun gak bisa pulang. Jadinya Renjun milih nginep di rumah--"
"Rumah Jeno?" potong bunda nya, Renjun menggeleng.
"Rumah Haechan."
"Haechan?"
Lalu Haechan datang menyusul ibu dan anak itu. Lantas dia membungkuk sebentar.
"Halo, bunda. Selamat sore."
Bunda Renjun tersenyum lalu mengajak anaknya itu untuk masuk.
"Ayo chan." ajak Renjun.
"Tunggu, bunda mau ngomong berdua sama kamu Renjun."
Renjun menatap bunda nya lalu beralih pada Haechan, laki-laki itu hanya menganggukan kepala nya seolah paham dengan perkataan bunda Renjun.
Ibu dan anak itu masuk, mereka duduk di karpet ruang tv. Tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat juga dengan pintu utama.
"Mana Jeno? Dia gak kesini lagi? Kok kamu bisa sama laki-laki lain selain Jeno?"
"Bunda," Renjun memegang tangan bunda nya, "Aku udah putus sama Jeno."
"Apa? Apa kamu bilang? Kalian putus? Kenapa Renjun? Jeno baik--"
"Dia gak baik bunda." potong Renjun, "Selama ini Renjun nyembunyiin semuanya dari bunda, Renjun pura-pura seolah Renjun sama Jeno baik-baik aja tapi kenyataan nya nggak bunda." jelas Renjun.
Bunda nya menatap tangan Renjun yang menggenggam erat tangan sang bunda.
"Jeno, lebih pilih orang lain dibanding Renjun. Dan juga Renjun udah pengen ngelepasin Jeno, selama ini Renjun selalu disakitin sama Jeno, bunda."
"Kamu serius Renjun?"
"Bunda, kalo bunda gak tanya mungkin Renjun bakal terus nyembunyiin ini semua. Renjun tau bunda sayang sama Jeno makanya Renjun gak mau bilang."
"Jeno..." bunda menghela napas, "Bunda percaya nak sama kamu." bunda mengusap pipi Renjun.
"Bunda marah nak sama Jeno, karena udah sakitin anak bunda." lanjut bunda.
Renjun tersenyum pada bunda nya.
"Bunda boleh minta sesuatu sama kamu nak?" tanya bunda.
"Apa itu?"
"Kamu tau trauma bunda, jadi tolong setelah ini kamu jangan dulu berhubungan sama siapapun. Kalo nanti kamu sakit buat kedua kali nya, kamu sama aja nyakitin bunda juga."
Renjun terdiam sejenak, "Terus.. Haec--"
"Termasuk dia. Walau dia keliatan baik, tapi bunda mohon mau gak mau kamu jangan dulu deket sama siapa-siapa."
Renjun kembali menatap bunda nya lalu dia memilih pergi dan berjalan menuju depan rumah. Diluar, Renjun tidak menemukan Haechan, bahkan motor nya pun sudah tidak ada disana.
Hanya ada kantong belanjaan dari minimarket yang di letakkan diatas meja. Mungkinkah Haechan mendengar semuanya?
Renjun meremat rambutnya lalu dia mengeluarkan ponsel untuk menelpon Haechan tapi sama sekali tidak angkat oleh sang oknum.
Renjun kembali menghampiri bunda nya dan kembali duduk di depan bunda nya, "Bunda harus percaya kalo Haechan gak bakal sakitin aku juga! Bunda harus percaya bunda! Aku sayang Haechan!"
Kalimat terakhir Renjun sukses membuat mata bunda membulat karena terkejut.
"Apa tadi?"
"Aku sayang Haechan."
Bunda terdiam sebentar kemudian berdiri dan masuk ke dalam kamar, meninggalkan Renjun yang juga terdiam disana.
Sekali lagi Renjun akan menghubungi Haechan, tapi satu notifikasi pesan membuat niatnya urung.
Haechan
| Aku pulang
| Maaf gak pamit
| Buru-buru soalnya
| Besok ketemu di sekolah ya ♡
16.24Seharusnya Renjun lega setelah membaca pesan dari Haechan, tapi entah kenapa dia malah merasa ada sesuatu terjadi pada Haechan.
▪▪▪▪▪
Maaf ya up terus :)
![](https://img.wattpad.com/cover/259272632-288-k245744.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
B.Y.S | Hyuckren
Fanfiction❝ I always by your side.❞ ft. Nomin • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2021