Prolog

1.7K 140 47
                                    

Ramein, part 1 bakal publish hari ini juga kalo rame di part prolog. Jangan lupa komennya!

Follow akunku juga ya ..., maaf kalo banyak typo.

***

“kenapa melihat saya seperti itu?”

“hah? Gue? Ngeliatin lo? Enggak, gue ga liatin lo. Jangan kepedean,”

“berani kamu sama saya?!”

“ett—gue bilang engga ya engga! Lo ga denger apa tadi? Budek ya pasti, pergi sono ke THT. cek telinga sapa tau bermasalah,”

KRING!!!

“hah—hah—hah, mimpi itu lagi. Sebenarnya siapa wanita itu? Dan siapa lelaki itu?” lelaki yang kini terbangun dari tidurnya menggeleng kepala, lebih baik dia mandi. Kini jam menunjuk ke angka 5 dia harus bersiap setelah itu berangkat.

Cukup jauh jangka rumah ke kantornya, lelaki itu sangat menyukai sunyi dan sepi. Menurutnya sangat menyenangkan juga menenangkan.

10 menit selesai dari mandi, lelaki itu berjalan pelan ke arah lemari. Mengambil acak baju kantornya, dengan wajah dinginnya mengaca tetap sama. Hidup yang sangat membosankan.

Kehidupannya hanya bekerja, pulang makan tidur. Bekerja, pulang, makan tidur. Bukan tak mau mencari pendamping, wanita satu saja yang selalu mengintilnya kemanapun ia pergi sungguh merepotkan.

Tok... Tok...

“tuan,” menatap sekilas ke arah pintu.

“masuk,”

Terdapat maid yang menunduk takut di sana. Mengangkat satu alisnya bertanya. “maaf mengganggu tuan, di luar sudah ada non sasya. Katanya sedang menunggu tuan,”

Sasya!

Mau apa lagi wanita itu?. Menghembuskan nafasnya berat, sekali lagi menatap kembali maid itu. “usir dia, saya sedang tidak ingin bertengkar,” katanya dengan geram, mengambil tas kerjanya.

***

Di sisi lain, terdapat wanita sedang bergelayut nyaman di kasurnya. Menyipitkan mata, membola seketika.

“HAH?! UDAH SIANG!” segera menyibak kasar selimutnya, berlari ke kamar mandi. Hari ini hari interview dia, walaupun papahnya mempunyai perusahaan besar tapi dia tidak ingin mendopeng di belakang ayahnya.

Wanita itu ingin berkarir dengan keringatnya sendiri, cukup mengharukan. Bahkan orang tuanya sangat bangga, putri mereka lulus s2 di fakultas bisnis. Keinginan mereka yang awalnya tak ingin memaksa sang putri tapi keberuntungan berpihak ke orang tua wanita itu. Anaknya memilih memasuki fakultas yang di inginkan keduanya.

Dengan nilai tertinggi, prestasi tertinggi. Bagaimana tak bangga kedua orang tuanya itu? Bahkan kuliah sang putri tak memungut uang orang tuanya itu, tapi putrinya mendapatkan beasiswa untuk kuliah pertama kali dan mendapatkan lagi beasiswa untuk s2 di amerika serikat.

“mah, pah. Aku berangkat ya!” pekik perempuan itu dari tangga, meninggalkan keduanya di meja makan.

“Prilly ga mau makan dulu?”

“udah telat, assalamualaikum ...,” pekiknya lagi, menaiki mobil biasa yang ia beli. Mobil avanza bukan mobil sport yang ia punya.

Sederhana tapi elegan, itulah kata yang mendeskripsikan sosok Prilly talia bramatyo itu.

Di perjalanan ia turun sebentar, mengunjungi pedagang kaki lima. Tersenyum ramah, membeli 10 ribu cilor. 10 ribu cireng juga nasi uduk di sebrangnya. Kembali menaiki mobil, makan di dalam.

Reinkranasi 1/2  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang