16 - club

592 80 9
                                    

Double updet!

Jangan lupa tinggalin jejak kalian di sini ya!

Absen dulu siapa yang udah baca terus vote?

Udah follow belum? Kalo belum yuk cepet follow.

Kalo ada typo-typo maafin ya:)

Happy reading guys 💛

***

"tuang wine satu gelas lagi," kata Ali dengan datar, masih memandang bartender itu tajam.

Sosok yang bekerja sebagai bartender di club itu hanya mengangguk patuh, menuangkan satu gelas wine lagi di gelas Ali. Memang aneh, padahal Ali itu jarang sekali minum banyak tapi entahlah kali ini ia sudah menghabiskan 10 gelas wine dan langsung di tengguk habis.

Di satu sisi, Sasya. Wanita itu sedang bercumbu mesra dengan pelanggannya, tal sengaja matanya itu menatap Ali yang sangat kacau. Berantakan, tak beraturan. Padahal baru kemarin ia bertemu dengannya, saat kejadian Prilly terjatuh di tangga. Apa ada sesuatu dengan gadis itu?.

Tersenyuk simpul, melanjutkan aksinya. Mencubu habis pria tua di hadapannya. Biarlah, nanti ia akan mulai drama ini, Ali dan Prilly akan hancur di buat olehnya. Kita lihat saja.

***

"A—Ali ...," mengerjapkan matanya pelan, memandang ruangan serba putih itu. Dimana dia?.

Memandang lurus, bau obat-obatan yang sangat menyengat hidungnya membuat Prilly ingin munta, dengan sekuat tenaganya. Ia berdiri, mencari seseorang di sini. Tidak ada, kemana Ali? Apa dia tidak menjenguknya?.

Cit ...

Mata hazel itu langsung mengarah ke pintu, ia kira Ali. Ternyata Delia, wanita paruh baya itu tersenyum hangat kepadanya. Berjalan pelan menghampiri menantu kesayangannya itu.

"alhamdulillah kamu udah bangun, mamah udah takut banget waktu denger keadaan kamu dari Ali," kata Delia, mengelus pelan rambut Prilly. Memandang menantunya itu dalam.

Prilly hanya tersenyum hangat, matanya tak bisa diam. Ia terua mencari suaminya itu. Kemana dia? "mencari Ali, hm?" tanya seseorang, dari arah pintu itu.

Memandangnya, ternyata papah Ali. Om Prakash. "em ... Iya, Ali—nya kemana pah?"

"Ali sedang pergi, katanya ada urusan penting. Kamu jangan khawatir, dia akan kembali lagi," berjalan mendekat ke brangkar Prilly, berdiri tepat di samping Delia.

Sedangkan Prilly, ia hanya mengangguk percaya. Jika di ingat saat dirinya amnesia dulu Prilly hanya bisa tersenyum tipis, ternyata Ali-nya begitu manis waktu itu.

"ya sudah mending kamu istirahat kembali, papah dan mamah mau pergi keluar sebentar," mengangguk patuh, membaringkan tubuhnya di brangkar yang di desain khusus untuknya itu.

Entah perasaannya tak enak sedari tadi, ia memikirkan Ali. Kenapa hati-nya berdenyut nyeri, seakan Ali sedang-ah! Tidak, Prilly kembali menggeleng. Ali tak mungkin melakukan itu, ia percaya itu.

***

"terima kasih, Sya. Ini bayaran untuk service mu kali ini. Jujur service-mu sangat menggairahkan," bisik pria tua itu, setelahnya pergi dari hadapan Sasya.

Reinkranasi 1/2  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang