2.6 : ke sekolah baru sama om baik!
***
Pagi hari yang cerah, secerah hati sosok ceo terkenal ini. Ya siapa lagi jika bukan Ali, lelaki itu sudah bangun dari jam 5 subuh hanya untuk berangkat menemui putranya itu. Ia ingat jika Varo juga bersekolah di sini, sekitar sudah 1 mingguan ini. Sama seperti ibunya, ia jadi tak sabar melihat semua penjuru mata menatapnya kagum. Menatap dirinya seorang papah yang sangat tampan.
Melangkahkan kakinya keluar kamar, berhenti karna mendengar suara sosok wanita yang sangat ia benci. "Ali, tunggu." menatap ke arahnya malas, menghembuskan nafasnya kasar.
"apa lagi?" tanyanya dengan datar juga dingin, kedua tangannya ia simpan di saku celana mahalnya. Menatap Jihan penuh misteri.
"aku kayanya ngidam deh, Li. Kamu mau kan beliin aku makanan? Makanan yang ada di deket rumah aku lho, Li."
Mengerinyit marah, ia menikahi Jihan semata-mata bukan benar-benar mencintai perempuan itu. Tapi untuk melancarkan aksinya, tapi lihatlah? Dengan seenaknya dia menyuruh seorang Alirendra? Kurang ajar. "kamu menyuruh saya? Apa kamu tidak ingat saya siapa dan kamu siapa?" tanya Ali dengan remeh.
"aku istri kamu, dan kamu suami aku." sahut Jihan dengan riangnya.
Tersenyum sinis, mendorong Jihan ke belakang. Membuat gadis itu terpojok. "jangan terlalu percaya diri, kamu saya nikahi hanya untuk menjadi babu saya. Bukan istri saya, asal kamu tau istri saya itu Prilly talia, bukan kamu."
"ayolah, lihat kamarmu. Kamarmu saja di kamar pembantu, kamu tidak berhak menyuruh saya Jihan almaera." menegakkan tubuhnya, menatap Jihan remeh. Menggelengkan kepalanya, melenggang pergi begitu saja. Ia tak akan memperdulikan Jihan yang terus berteriak dari atas tangga.
***
Sesampainya di apartemen Prilly, Ali segera turun. Membereskan jasnya yang sedikit berantakan, ia tak ingin Varo melihatnya berantakan. Melangkah masuk, memasuki lift. Dapat di lihat dari jauh, Prilly sudah keluar dari apartemennya. Keluar dari lift saat sudah menginjakkan kakinya di lantai Prilly tinggal. Melangkah cepat ke arah dua orang yang ia sayangi.
"hallo," sapanya dengan senyuman yang mereka di bibir manisnya itu, menatap Varo dan Prilly bergantian.
Keduanya nampak menatap Ali heran, termasuk Varo. Ia sudah kenal betul dengan Ali, sudah beberapa hari ini Varo melihat Ali dan tentunya lelaki itu membantunya terus menerus. "om yang selalu nolong Varokan?" tanya bocah itu dengan penasaran.
Ali mengangguk tegas, jujur ia bangga saat anaknya mengatakan itu. Ia merasa seperti hero pelindung anaknya. Menatap ke arah Prilly dengam sedikit senyuman indah di bibirnya. "mau berangkat bersama?" tawat Ali.
Menggeleng keras, tentu saja ia tak mau. "saya bisa bawa mobil sendiri, tuan tidak perlu repot-repot."
"saya merasa tidak sama sekali di repotkan, nyonya Prilly talia."
"tidak, sekali lagi saya tidak mau di antar oleh anda. Varo ayo, kita udah telat." Varo mengangguk, menyalimi Ali tentu saja lelaki itu kaget. Ia terharu, meskipun raut wajah Varo tak mencerminkan apapun tapi anak itu sangat berbakti.
Ia jadi tidak sabar saat Varo memanggilnya papah. Kembali lagi ke Varo dan Prilly, dua orang itu hampir memasuki lift. Namun terhenti saat Zayn menghadap ke arah mereka. Zayn seperti orang bingung, namun sedetik kemudian ia menatap ke arah Ali. Tersenyum ke arahnya. "Li! Sini." panggilnya, membuat Ali segera mendekat ke arahnya.
"lo maukan anterin Varo sama Prilly ke kantor?" tersenyum smirk, memang sudah takdirnya.
Eh bukan takdir tuhan, tapi takdir Ali. Memang Ali sudah merencanakan akan merusak mobil Prilly, dengan begitu Prilly akan mau di antar Ali. Lagi pula, Ali sudah tau kali jika Prilly akan menolaknya, maka dari itu dia harus siap siaga. Untung saja satapam di apartemen itu mau di ajak kerja sama.
![](https://img.wattpad.com/cover/275170741-288-k924976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkranasi 1/2 [end]
Saggistica[spin of Mr. Ali] (story Ali-Prilly) Reinkranasi, adakah itu? Sebuah keercayaan bagi sebagian manusia. Tapi tidak untuk seorang CEO muda Alirendra argantara, pemilik perusahaan Rendra corp. Suatu hari saat di kantor, lelaki itu sedang memikirkan se...